• September 2024
    M T W T F S S
    « Aug    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    30  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

ALQUR’AN KITAB ORISINAL (1)

ALQUR’AN KITAB ORISINAL (1)

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Di dalam artikel pendek ini tentu tidak semua hal tentang Alqur’an dapat dijelaskan. Tulisan ini hanya sekedar eksplorasi secara ringkas untuk menggambarkan bahwa Alqur’an adalah kitab yang terjaga keasliannya berdasarkan atas kajian-kajian manuskrip tentang Alqur’an. Tulisan ini bukan tafsir Alqur’an akan tetapi hanyalah survey sosiologis-historis tentang Alqur’an dengan referensi yang sangat terbatas. Artikel ini memuat tentang perdebatan dan perbandingan dengan teks-teks kitab lainnya secara general.

Perdebatan tentang Kitab Suci nyaris terus terjadi sepanjang masa, semenjak Kitab Suci tersebut diturunkan oleh Tuhan kepada nabi atau rasul. Semua kitab suci. Tidak terkecuali juga Kitab Suci Alqur’an. Kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW ini juga mengalami perdebatan semenjak di diturunkan hingga sekarang. Jika di masa lalu tidak dipercayai sebagai wahyu Allah SWT, maka di masa sekarang tentu berbeda perdebatannya.

Tentu bisa dihitung dengan jari orang yang mempercayai bahwa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada orang-orang Quraisy adalah wahyu Allah SWT. Di masa awal hanya ada sebanyak 40 orang yang kemudian dikenal sebagai assabiqunal awwalun. Di antara mereka adalah Khadijah, Abu Bakar As shiddiq, Ali bin Abi Thalib dan sebagainya. Merekalah orang yang mempercayai kenabian Muhammad sehingga mempercayai bahwa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW adalah wahyu Allah yang kelak dikenal sebagai Alqur’an.

Tidak hanya Alqur’an yang terus menjadi perdebatan, akan tetapi juga kitab Taurat dan injil. Taurat adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa AS. Sedangkan kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS. Juga ada Zabur atau Talmud yang diturunkan kepada Nabi Dawud. Hakikat diturunkannya kitab-kita tersebut secara berurutan atau bergantian adalah untuk melakukan koreksi atas kitab-kitab yang sudah ditulis sebelumnya atau dikodifikasi oleh umat agama masing-masing. Kitab suci memang dikodifikasi oleh umat agama masing-masing setelah Sang Rasul wafat. Kitab Taurat ditulis setelah Nabi Musa wafat kira-kira puluhan tahun, Kitab Injil ditulis oleh umatnya kira-kira 60 tahun setelah ketiadaan Nabi Isa. Dan Kitab Suci Alqur’an ditulis untuk kodifikasi pada masa Khulafaur Rasyidin, Usman bin Affan, pada tahun 25-30 hijrah.

Semula wahyu Allah kepada Nabi Muhammad tertulis di dalam pelepah kurma, tulang hewan atau batu dan juga dihafal oleh banyak sahabat. Akan tetapi lama kelamaan bisa saja terjadi kerusakan tulisan tersebut dan juga semakin banyak sahabat yang wafat, sehingga Khalifah ketiga berusaha untuk mengkodifikasi kitab suci Alqur’an, sehingga kitab Suci Alqur’an tersebut disebut sebagai Mushaf Usmani. Meskipun bervariasi cetakan dan bacaannya, akan tetapi semua Kembali kepada teks yang sudah dibakukan oleh Usman bin Affan.

Pada masa Rasulullah sebenarnya sudah ada upaya untuk menuliskan wahyu Allah kepada Nabi Muhammad. Ada banyak sahabat Nabi yang bisa menulis dan kepadanya diperintahkan untuk menulis teks Alqur’an, ayat demi ayat atau wahyu demi wahyu. Setelah Nabi wafat, maka naskah Alqur’an yang sudah terkumpulkan tersebut disimpan di rumah Hafsah binti Umar, istri Nabi, dan kemudian disimpan di rumah Umar bin Khatab dan setelah itu disimpan di rumah Usman bin Affan. Jadi bukan hanya dihafal akan tetapi benar-benar tertulis. Dan bahkan Nabi terlibat dalam verifikasi atas kumpulan teks-teks tersebut.

Berbeda dengan Taurat yang terdapat variasi-variasi di dalam teks dan bunyi teks atau kandungan teksnya, misalnya ada Taurat yahudi dan taurat Samariyah, maka injil juga ditulis oleh banyak murid Isa atau di dalam agama Kristiani disebut sebagai Yesus Kristus. Sekurang-kuranya ada empat yang disebut sebagai Injil  Kanonik atau  injil yang diakui oleh gereja, misalnya Injil Matius, Injil Markus, Injil Yohanes dan Injil Lukas, juga terdapat beberapa Injil yang disebut sebagai Injil apokrif atau Injil yang tidak dijadikan sebagai rujukan utama bahkan ada yang ditolak, misalnya Injil Barnabas. Injil Barnabas merupakan salah satu teks yang ditulis oleh Barnabas sebagai hawariyyun atau pra penolong Isa Al Masih.

Dipastikan bahwa dalam kerangka untuk kodifikasi Alqur’an yang masih berada di dalam berbagai tulisan tersebut dibicarakan oleh para sahabat Nabi. Keuntungannya, ada yang hafal seluruh isi teks Alqur’an dan ada yang tertulis, sehingga tidak sulit untuk menyamakan pandangan tentang bagaimana susunan suratnya, susunan ayatnya, susunan bunyi teksnya dan juga tata letaknya. Jadi tidak hanya mengandalkan ingatan atau hafalan tetapi juga dicrosscheck dengan tulisan atau tulisan dicrosscheck dengan hafalan. Inilah barangkali makna Allah akan menjaga kitab suci Al qur’an.

Jarak antara Nabi Musa dan Isa adalah 1500 tahun. Nabi Musa keluar dari Mesir pada tahun 1513 SM pada saat usianya 80 tahun. Dan wafat tahun 1473 SM. Sedangkan jarak antara Nabi Isa dengan Nabi Muhammad adalah 571 tahun terhitung dari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Jadi jarak antara Nabi Musa dengan Nabi Isa selama 15 abad, sedangkan jarak antara Nabi Isa dengan Nabi Muhammad adalah enam abad.

Jika kita menggunakan premis bahwa setiap Nabi yang lahir belakangan adalah koreksi atas ajaran agama sebelumnya, maka jarak waktu koreksi dari Nabi Musa ke Isa itu luar biasa panjangnya, sedangkan jarak koreksi dari Nabi Isa ke Nabi Muhammad relative lebih pendek. 15 abad berbading 6 abad. Koreksi atas ajaran agama sebelumnya itu secara sosiologis sangat dimungkinkan sebab telah menjadi kecenderungan umat manusia untuk mengubah apa yang sudah diyakininya. Semula asli dan kemudian karena factor penafsiran sehingga makin lama makin jauh penafsiran atas ajaran agama tersebut, bahkan lama-lama menjadi berubah.

Inilah yang mengilhami atas pandangan Peter Berger, bahwa agama adalah kabar angin dari langit. Sebagai kabar angin maka tentu akan mengalami  perubahan di tengah perubahan social dan penafsiran demi penafsirannya. Makanya, ada yang mendekati maknanya dengan makna teksnya dan ada yang jauh dari makna teksnya. Dan ini adalah keniscayaan di dalam dunia beragama.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..