• September 2024
    M T W T F S S
    « Aug    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    30  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

GOLONGAN PARA PECINTA NABI MUHAMMAD SAW

GOLONGAN PARA PECINTA NABI MUHAMMAD SAW

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Sebagaimana biasa,  pengajian di Masjid Al Ihsan yang dilakukan pada Hari Selasa, 27/08/2024 menghadirkan suatu tema yang kiranya cukup menarik, yaitu tentang penggolongan social religious yang terkait dengan Nabi Muhammad SAW. Apalagi dewasa ini sedang riuh rendah pembahasan tentang para habaib yang lagi menuai kritik dari para pengkaji nasab.

Ada tiga hal yang saya sampaikan pada pengajian pada Komunitas Ngaji Bahagia (KNB) kali ini, yaitu: pertama, tentang pentingnya terus bersyukur kepada Allah karena kenikmatan spiritual yang terus kita dapatkan. Rasanya kita semakin berumur tetapi berkat adanya tempat ibadah, maka kita menjadi semakin religious. Tiap waktu yang memungkinan kita dapat melakukan  shalat jamaah di masjid, tiap pagi kita bisa  membaca Alqur’an meskipun satu surat, Surat Al Waqi’ah, dan juga bisa tahsinan untuk memperlancar bacaan kita tentang Alqur’an dan sekaligus juga penjelasan-penjelasan sekedarnya tentang arti dari ayat-ayat yang kita baca.

Di masa kita masih muda,  kita sibuk dengan bekerja dan bekerja, mencari rizki yang dijanjikan Tuhan, menemukan rezeki untuk keluarga dan sebagainya. Semuanya kita lakukan bahkan untuk beribadah itu waktu dan ruangnya menjadi sempit. Rasanya. Tetapi seirama dengan semakin bertambahnya usia, maka kita semakin merasa berdekatan dengan Tuhan. Dan kita juga bersyukur, karena masyarakat Indonesia itu semakin religious dibandingkan dengan masyarakat Eropa atau Amerika. Kita merupakan bangsa yang paling tinggi kepercayaannya kepada Tuhan yang Maha Esa.

Kedua, islam memang mengenal penggolongan social. Di dalam Alqur’an dijelaskan tentang sesungguhnya Allah menciptakan manusia lelaki dan perempuan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, yang semuanya agar saling mengenal. Namun demikian, yang terbaik di antara manusia adalah yang paling bertaqwa. Sebagaimana  tercantum di dalam Surat Al Hujurat, ayat 13. Ada tiga konsep yang kita tahu dari ayat ini, yaitu konsep lelaki dan perempuan,  penggolongan berdasarkan jenis kelamin. Lalu ada penggolongan social berbasis pada kebangsaan dan kesukuan atau kabilah serta ketaqwaan kepada Allah.

Maka dikenal ada Bangsa Arab, ada Bangsa Persia, ada Bangsa Palestina, ada Bangsa Yahudi, ada Bangsa Eropa, Bangsa Amerika dan sebagainya. Bangsa Amerika juga terdapat Bangsa Amerika Utara, dan Amerika Selatan atau Amerika Latin. Dikarenakan adanya suatu wilayah kenegaraan, maka kemudian dikenal penyempitan wilayah kebangsaan, misalnya bangsa Arab lalu dikenal ada Bangsa Arab Saudi, Bangsa UAE, Bangsa Qatar, dan sebagainya. Bangsa atau Bani Israel juga dikenal ada Bangsa Samaria, Bangsa Yahudi dan Bangsa Azkenazi. Di Eropa juga dikenal ada Bangsa Inggris, Bangsa Perancis, Bangsa Belanda, Bangsa Spanyol dan sebagainya. Konsep kebangsaan dikaitkan dengan negara secara administraif dan kewilayahan atau geografis.

Setiap bangsa kemudian memiliki bahasanya sendiri-sendiri. Misalnya ada Bahasa Persia, ada Bahasa Yunani, Ada Bahasa Sansekerta, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Perancis, Bahasa Spanyol dan seteresnya. Mereka mengembangkan bahasanya sendiri-sendiri. Tetapi ada rumpunnya masing-masing. Misalnya rumpuan Bahasa Ibrani yang menjadi induk dari Bahasa di Timur Tengah, Bahasa Sansekerta yang berada di dalam rumpun Bahasa  Persia, India, Pakistan dan sebagainya, lalu rumpun Bahasa Inggris yang terkait dengan bahasa-bahasa di Eropa dan sebagainya.

Ketiga,  dari penggolongan berbangsa-bangsa dan berkabilah-kabilah tersebut kemudian dikenal ada penggolongan social religious yang terkait dengan Nabi Muhammad SAW. Mereka dapat dinyatakan sebagai pecinta Rasulullah, dalam konteks sebagai dzurriyah Rasul dan  pecinta ilmu dari Rasulullah SAW. Ada beberapa penggolongan lagi terkait dengan para pecinta Rasul, yaitu: kaum syiah. Kita tetap harus meyakini bahwa Syiah adalah salah satu penggolongan religious di dalam Islam. Ada yang disebut sebagai penggolongan sebagai ahlu sunnah wal jamaah, dan golongan habaib atau para habib.

Mari kita bahas tentang Syiah secara selintas. Syiah merupakan bagian dari umat Islam. Yang merasakan bahwa mereka adalah orang orang-orang yang menjadikan dirinya sebagai bagian dari keturunan Ali dan Hussein. Mereka menyebar ke dalam berbagai wilayah tetapi yang paling banyak berada di Iran. Syiah itu terdiri berbagai sekte. Ada yang benar dan ada yang menyimpang dari perspektif tafsir ahlu sunnah wal jamaah. Misalnya yang menyimpang adalah Syiah Rafidhah, yang lebih mengutamakan Ali dibanding Nabi Muhammad. Tetapi juga ada Syiah yang ajarannya nyaris  sama dengan Islam Sunnah wal jamaah. Yang berbeda  dalam hal imamah.

Kemudian ada golongan habaib yang berada dalam koridor Islam ahlu sunnah wal jamaah. Mereka adalah golongan yang merasa sebagai keturunan Rasulullah. Dzurriyah Nabi Muhammad SAW. Golongan ini merasa sebagai keturunan fisikal Nabi Muhammad SAW. Mereka sekarang sedang diuji dengan temuan-temuan nasab yang tidak sebagaimana keyakinan mereka, bahwa mereka dianggap keturunan kaum Yahudi. Test DNA yang secara ilmiah akan memberikan jawaban atas mereka ini sesungguhnya keturunan siapa. Haplogroupnya ada dikaitkan dengan Yahudi Azkenazi, kaum Yahudi yang berasal dari Kaukasus di Eropa Tengah, yang kemudian hijrah ke seluruh daratan Eropa dan kemudian pada zaman Hitler mereka terusir dari wilayahnya dan kemudian pada tahun 1948 mendirikan Negara Israel atas prakarsa Amerika dan Inggris.

Kemudian golongan Islam ahlu sunnah wal jamaah non habaib. Mereka adalah orang-orang Islam yang secara kultural selalu mendawamkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW melalui berbagai ritual yang dilakukannya. Misalnya membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Di Indonesia dikenal sebagai umat Islam Ahlu Sunnan wal Jamaah, yang mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW melalui madzab empat (Imam Syafi’I, Imam Hambali, Imam Hanafi dan Imam Maliki) atau juga umat Islam yang tidak menjadikan imam-imam madzab sebagai panutan tetapi mengamalkan ajaran Islam yang relevan dengan ahli sunnah.

Masing-masing penggolongan bisa berbeda sesuai dengan aspek teologis berdasarkan madzab ulama masa lalu, atau aspek ritual atau ibadah sesuai dengan imam madzab atau ulama di masa lalu dan dimensi relasi social yang sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam yang diyakininya. Akan tetapi sekali lagi, bahwa cara kita beragama itu adalah berdasarkan atas tafsir yang dilakukan oleh para ulama di masa lalu, maupun sekarang.

Hal ini semata-mata karena kita tidak bisa mengakses langsung atas ajaran agama yang benar-benar sesuai dengan amalan Rasulullah. Melalui pemahaman beragama seperti ini maka tidak akan melahirkan pemahaman dan prilaku beragama yang hanya membenarkan dirinya sendiri,  akan tetapi juga mengakui bahwa ada yang bisa berbeda dengan tafsir agamanya.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..