• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

IMAN DAN AMAL SALEH: IDAMAN KAUM MUSLIMIN

IMAN DAN AMAL SALEH: IDAMAN KAUM MUSLIMIN

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Setiap jum’at pagi, para jamaah shalat Shubuh yang tergabung dalam Komunitas Ngaji Bahagia (KNB) selalu melantunkan bacaan Surat Al Kahfi. Acara ini sudah berjalan selama lebih kurang tiga tahun. Bacaan secara tartil atas Surat Al Kahfi dipimpin oleh Ustadz Alief Rifqi dan sebelumnya dipimpin oleh Ustadz Zamam dan Ustadz Firdaus. Mereka adalah para khafidz yang diberi amanah untuk menjadi imam shalat rawatib di Masjid Al Ihsan, Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya.

Surat Al Kahfi, secara umum bercerita tentang tokoh-tokoh historis sebagaimana diabadikan di dalam berbagai Kitab Suci, seperti Taurat, Injil dan Alqur’an. Agama-agama Semitis yang berada di dalam satu keturunan Nabi Ibrahim AS ini memang memiliki banyak kesamaan meskipun juga banyak perbedaan. Ada sisi yang sama misalnya kaitannya dengan sejarah-sejarah Nabi-Nabi meskipun ada titik tertentu yang membedakannya. Tokoh yang diceritakan adalah tentang tujuh pemuda yang ditidurkan di dalam gua selama ratusan tahun, tentang Nabi Musa dan Nabi Harun, Nabi Khidhir, Dzul Qarnain, Ya’juj dan Ma’juz, Nabi Isa  dan lain-lain. Mereka adalah tokoh-tokoh sejarah yang keberadaannya dapat dibenarkan berdasarkan atas komparasi teks yang terdapat di dalam agama-agama Semitis.

Saya tentu tidak akan membahas secara ilmu tafsir, sebab ini bukan keahlian saya, dan saya hanya akan membahas tentang penjelasan atas tarjamah di dalam akhir Surat Al Kahfi, yang saya rasa sarat dengan informasi kebaikan atau khabar fil khair atau tabsyir dan bukan tandzir atau peringatan. Akhir Surat Al Kahfi memberikan gambaran tentang orang yang berbahagia karena bisa berjumpa dengan Allah SWT di dalam akhirat.

Bunyi teks tersebut, pada Surat Al Kahfi, ayat 110, adalah sebagai berikut: qul innama ana basyarum mislukum yuha ilayya annama ilahukum ilahuw wahid. Fa man kana yarju liqa’a rabbihi fal ya’mal amalan shalihan wa la yusrik bi’ ibadihi rabbihi ahadan.”  Yang artinya: “Katakanlah (Muhammad) sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha esa. Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah menyekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya”.

Ayat ini memberikan gambaran tentang tiga  hal, yaitu: pertama, penjelasan kepada umat manusia bahwa Nabi Muhammad SAW adalah manusia sebagaimana kita semua. Secara fisikal Nabi Muhammad adalah manusia dengan sifat fisik kemanusiaan. Nabi perlu makan, minum dan memenuhi hasrat seksualnya. Hanya semuanya dilakukan atas wahyu Allah, tidak mengikuti hawa nafsunya, sebagaimana manusia pada umumnya. Nabi dikendalikan oleh wahyu Allah yang terus mengikuti dan mengontrolnya. Semua yang dilakukan secara fisikal oleh Nabi Muhammad merupakan wahyu yang hidup di dalam diri Muhammad SAW.

Kedua,  wahyu Allah kepada Nabi Muhammad merupakan wahyu agar orang bertauhid kepada Allah SWT. Manusia diajarkan agar tidak mensyarikatkan, menduakan, atau mentigakan, atau menjamakkan, bahwa ada ilah lain selain sifat ahadiyahnya sendiri. Allah itu Maha Esa, atau Maha Tunggal. Di dalam Bahasa Jawa disebut sebagai Sang Hyang Tunggal. Dia ini bukan Dewa, tetapi yang berstatus di atas para Dewa. Huwallahu ahad, Dia yang Maha Esa. Kata Esa tidak bisa diterjemahkan ke dalam kata Satu. Sebab kata Satu masih bisa dipecah-pecah. Tetapi Esa atau Tunggal adalah dzat yang tidak dapat dipilah dalam bentuk dan bilangan apapun. Sang Hyang Tunggal adalah Yang Mencipta, Yang Memelihara dan juga Mengakhiri Ciptaannya. Tuhan yang menciptakan manusia, memelihara dan mematikannya. Tuhan yang menciptakan tumbuhan, memelihara dan mematikannya. Dan seterusnya.

Ketiga, keinginan bertemu Allah di alam akherat. Sebagai umat Islam sangat pantas jika kita ingin berwawan wajah dengan Allah. Semua umat Islam yang menjalankan agamanya dengan baik tentu berkeinginan seperti itu. Allah melalui Nabi Muhammad SAW memberikan persyaratannya, yaitu dipersyaratkan untuk melakukan amalan shalihan atau amal shaleh atau amal kebajikan. Bagi orang yang berbuat baik, maka Allah menjanjikan akan dapat bertemu dengan-Nya di alam akhirat. Ada banyak sekali amal kebaikan tersebut, tetapi yang sangat baik adalah amal shaleh yang dilakukannya dengan keikhlasan dan penuh dengan kesyukuran. Bukan amal baik yang kemudian disebarkan ke mana-mana agar orang mengaguminya. Amal itu hanya untuk Allah semata untuk memperoleh ridhonya Allah semata. Selain itu yang mutlak adalah mengesakan Allah SWT. Perbuatan baik berada di dalam kerangka keimanannya kepada Allah.

Allah menegaskan bahwa jika kita ingin bertemu dengan-Nya maka persyaratannya adalah beramal yang baik dan tidak menyekutukannya. Jadi jangan ada sebiji dzarrahpun di dalam hati kita untuk menyekutkan Allah SWT.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..