• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

BERIMAN DAN  BERBUAT BAIK: SEBUAH SISTEM

BERIMAN DAN  BERBUAT BAIK: SEBUAH SISTEM

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Iman atau keyakinan itu kunci dan amal shaleh atau perbuatan baik adalah akibat yang dikaitkan dengan iman atau keyakinan di dalam agama. Iman saja tidak cukup dan amal kebaikan saja juga tidak cukup. Keduanya adalah berkait kelindan secara sistemik. Iman adalah dasarnya dan amal kebaikan adalah akibatnya. Oleh karena itu sering menjadi perdebatan, apakah orang yang beriman sudah memenuhi standart keislaman atau hanya amal kebaikan sudah menjadi standart keislaman.

Bagi penganut Islam, maka keduanya harus berada di dalam satu kesatuan. Tidak boleh hanya memahami dan melakukan salah satunya. Islam yang kafah bagi saya adalah orang Islam yang memahami keduanya dalam satu kesatuan. Iman yang benar, bil lisan, bil qalbi dan bil fi’li adalah iman yang benar. Lesan kita menyatakan amantu bil lisani, hati kita menyatakan amantu bil qalbi dan amalan kita menyatakan amantu bil fi’li. Jika ini yang terjadi maka sesungguhnya kita sudah berada di dalam keislaman yang benar.

Kata iman terdapat sebanyak 956 kali disebutkan di dalam Alqur’an. Sedangkan iman dan amal shaleh disebutkan sebanyak 60 kali di dalam Alqur’an. Kata iman dan perubahannya disebutkan sebanyak 31 kali. Artinya bahwa ada banyak ayat di dalam Alqur’an yang menyebutkan tentang Iman dan juga amal saleh. Jika dipertanyakan mengapa kata iman itu ada banyak jumlahnya di dalam Alqur’an tentu saja dapat dikaitkan dengan iman sebagai fundamental issue di dalam Islam. Iman adalah kata kunci untuk memahami Islam. Tanpa iman maka seluruh amal perbuatan kita yang terkait dengan kebaikan tentu akan tertolak.

Memahami bahwa iman juga dikaitkan dengan amal shaleh juga dapat diartikan bahwa iman merupakan inti dari amal shaleh. Secara teologis dapat dijelaskan bahwa ada orang yang memiliki perbuatan baik bahkan sangat baik, akan tetapi berbasis pada keimanan yang salah atau tidak sesuai dengan prinsip ajaran Islam, maka amalnya itu menjadi sia-sia. Tidak ada gunanya. Ini pandangan teologis yang tidak bisa ditawar.

Semua agama di dunia memiliki pandangan yang sama. Yaitu doktrin kemutlakan kebenaran agama. Yahudi, Katolik, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu, bahkan agama-agama local juga berkeyakinan bahwa iman dan perbuatan baik merupakan satu kesatuan.  Iman kepada Allah dalam agama Nasrani juga mengikat kepada umatnya, Allah dalam agama Islam juga mengikat umatnya, Yahweh dalam agama Yahudi juga mengikat umat, demikian pula Hindu dan Buddha serta Khonghucu. Semuanya mengikat atas umatnya. Jadi ukuran iman adalah bagaimana seseorang meyakini akan keberadaan atas yang dianggap suci atau Tuhan yang dilafalkan dalam Bahasa yang berbeda sesuai dengan keyakinannya.

Semua orang Islam di seluruh dunia meyakini Allah sebagai rabb atau ilah. Sebagai rabb artinya Tuhan yang mencipta, memelihara, mengatur atas kehidupan manusia dan tata surya yang teratur dan berlaku seirama dengan kehendak Tuhan. Kemudian juga Tuhan dalam konteks ilah atau pusat sesembahan. Manusia akan meyakini akan eksisteni Tuhan dalam konteks sesembahan dan pengaturan.

Di dalam Islam, misalnya di dalam Surat An Nisa’, ayat 173, sebagai berikut: “fa ammal ladzina amanu wa ‘amilush shalihati fayuwafihim ujurahum wa yazidhum min fadhlihi, wa ammal ladzinasytankafu was takbaru fayu’adzibuhum ‘adzaban alima wa yazidu lahum min dunillahi waliyyau wa la Nashira”, yang artinya; “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Allah akan menyempurnakan pahala bagi mereka dan menambah sebagian dari karunianya. Sedangkan orang-orang yang enggan (menyembah Allah) dan menyombongkan diri, maka Allah akan mengadzab mereka dengan adzab yang pedih. Dan mereka tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah”.

Coba kita perhatikan kandungan ayat ini dengan menggunakan kata-kata kuncinya. Menurut saya ada empat kunci penting, yaitu iman dan amal shaleh. Keduanya merupakan inti dari ajaran Islam. Siapapun yang memiliki keduanya, maka dia akan dijamin untuk menjadi orang yang memperoleh rahmatnya Allah SWT. Inilah yang menjadi kata kunci berikutnya yaitu kesempurnaan pahala. Artinya bahwa semakin iman kepada Allah dan semakin baik amal perbuatannya, maka akan semakin besar peluangnya untuk memperoleh kesempurnaan pahalanya. Kata kunci berikutnya adalah enggan menyembah Allah dan menyombongkan diri di hadapan Allah, maka akan besar peluangnya untuk untuk memperoleh adzab Allah SWT.

Jika dibuat gambarannya maka iman dan amal shaleh bersepadan dengan karunia dan pahala Allah, sedangkan keengganan menjalankan ritual yang sesuai dengan ajaran agama dan menyombongkan diri di hadapan Allah SWT maka bersearah dengan adzab yang pedih. Orang yang melakukan kesombongan seperti ini, maka Allah tidak akan menjadi penolongnya.

Sebagai contoh manusia yang sombong adalah Fir’aun, yang merasa karena besarnya kekuasaan yang dimilikinya lalu manusia di bawah kekuasaannya harus menyembahnya layaknya menyembah Allah SWT. Akhirnya, Fir’aun ini meninggal di laut kala mengejar Nabi Musa AS. Demikian pula Raja Namrud yang juga menganggap dirinya Tuhan, dia menikahi ibunya sendiri dan akhirnya mati hanya karena seekor nyamuk yang masuk ke dalam kepalanya. Konon dia berada di dalam kesakitan selama 400 tahun lamanya. Dia meninggal karena kepalanya dibenturkan dengan benda keras.

Dengan demikian, orang yang beriman dan beramal shalih akan memasuki surganya Allah sedangkan orang yang ingkar kepada Allah dan menyombongkan diri akan masuk ke dalam nerakanya Allah.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..