• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

BARAKAH

BARAKAH

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Salah satu kebahagiaan yang saya rasakan adalah di kala bisa memberikan sedikit ceramah tentang relasi antara agama dengan masalah-masalah social di kalangan masyarakat Islam, khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pada hari Selasa, 30/07/2024, sebagaimana biasanya, diadakanlah ngaji bersama jamaah shalat Shubuh di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya. Tradisi ngaji pada Komunitas Ngaji Bahagia (KNB) selalu  diselingi dengan humor sekurang-kurangnya 17 kali. Dan pada ngaji pagi itu, saya kira memenuhi ketentuan untuk tertawa sebanyak itu.

Ada tiga hal yang saya sampaikan pada waktu mengaji dimaksud, yaitu: Pertama, barakah itu di masyarakat kita, dimaknai hanya untuk hal-hal yang terkait dengan rejeki yang berupa harta atau kekayaan. Jadi dipahami bahwa berkah itu hanya urusan ekonomi atau urusan materi. Secara maknawi, barakah di dalam Bahasa Arab, atau berkah di dalam Bahasa Indonesia, atau berkat di dalam Bahasa Jawa adalah bertambahnya kebaikan atau di dalam Bahasa Arab dinyatakan sebagai ziyadatul Khair. Para ahli ilmu keislaman menyatakan seperti itu. Jadi yang namanya berkah itu jika terjadi bertambahnya kebaikan. Jika kita mendapatkan sesuatu dan sesuatu tersebut menambah kebaikan pada diri kita, maka itulah yang disebut sebagai keberkahan atau barakah. Keberkahan tentu tidak dipahami sebagai keberkahan rezeki saja. Apalagi hanya dimaknai dengan pemahaman hanya pertambahan harta dalam bentuk uang atau asset lainnya. Berkah atau barakah memiliki sejumlah makna yang di dalamnya terdapat kebaikan demi kebaikan.

Kedua, makna berkah atau barakah sangat variative. Di antara makna yang bisa dipelajari di dalam teks Suci Alqur’an adalah keberkahan fisik yaitu pertambahan kesehatan, kekuatan atau  ketiadaan rasa sakit yang diderita. Makanya di dalam doa dinyatakan: wa afiyatan fil jasad. Jasad yang sehat atau badan yang sehat. Nabi Muhammad SAW pernah diberikan kekuatan fisik dalam melakukan Isra’ dan Mi’raj. Bagaimanakah manusia bisa berjalan dengan sangat cepat dari Mekkah ke Masjid Al Aqsha, Palestina dalam satu perjalanan dan dilanjutkan dengan perjalanan cepat menembus langit dan sampai di Sidratul Muntaha, Mustawa dan bertemu  Allah SWT. Di dalam satu pendapat dinyatakan bahwa Nabi Muhammad Mi’raj dengan fisiknya dan ada pendapat lain hanya sukmanya atau rohnya saja. Kita perlu beriman sebagaimana imannya Sayyidina Abu Bakar dengan tidak bertanya secara teologis tentang bagaimana hal tersebut dilakukan. Barakna haulahu dapat diterjemahkan sebagai Nabi Muhammad SAW dikelilingi dengan kekuatan fisik yang sangat hebat sehingga bisa menembus sebagaimana kekuatan melebihi cahaya.

Barakah juga bisa dimaknai sebagai  ziyadatul khoir fil ‘ilmi. Bertambahnya kebaikan di dalam ilmu. Maknanya jika kita memiliki ilmu, maka ilmu tersebut akan menambah kebaikan untuk diri dan masyarakat. Ilmu yang bermanfaat bagi diri dan orang lain. Bukankah pahala ilmu yang beramanfaat itu akan terus berlangsung meskipun orangnya sudah wafat. Al ilmu yuntafa’u bih. Ilmu yang bermanfaat bagi dirinya.  Yang bisa memanfaatkan ilmu bukan hanya guru, dosen atau penceramah, akan tetapi kita semua bisa memanfaatkannya. Ilmu yang tidak hanya berhenti pada pengetahuan akan tetapi menjadi amalan. Di kala kita bisa mengamalkan ilmu, maka ilmu itu bermanfaat.  Jika ada orang lain yang mencontoh ilmu tersebut untuk diamalkan maka kita telah memperoleh manfaatnya ilmu. Misalnya, saya melakukan puasa Senin Kamis sebagaimana diceritakan oleh Pak Suryanto, maka secara tidak langsung saya mendapatkan manfaat ilmu dan demikian pula Pak Suryanto. Gampang untuk menjadikan ilmu bermanfaat.

Lalu barakah dalam makna ziyadatul khoir fil iqtishadiyah yaitu bertambahnya kebaikan di dalam perekonomian khususnya rezeki yang berupa harta, kekayaan dan kekuasaan. Jika secara ekonomi kita bertambah hartanya atau asetnya dan harta atau  asset tersebut tidak menambah kebaikan, maka artinya harta dan asset kita tidak berbarakah. Tetapi jika pertambahan harta dan asset tersebut lalu berguna untuk masyarakat maka berarti bahwa asset dan harta tersebut bermanfaat. Allah sudah menyediakan washilah atau perantara atau instrument agar harta dan asset kita bermanfaat, yaitu dengan zakat, infaq, sedekah dan wakaf. Agama yang paling komplit dalam ajaran pilantropi adalah Islam. Melalui instrument tersebut dapat mengantarkan umat Islam untuk mencintai amalan shalihan berupa infaq ke masjid, zakat dan sedekah ke anak-anak yatim dan juga memberikan wakaf dalam bentuk harta tidak bergerak atau wakaf uang.

Ketiga, semua variasi ziyadah tersebut kemudian berada di dalam konteks ziyadatul khoir fiddin. Jadi ujung akhir dari semua ziyadah tersebut adalah keberagamaan kita menjadi semakin baik. Dunia spiritualitas kita semakin luar biasa. Shalat makin baik, puasa semakin baik, wirid semakin banyak dan terstruktur, dan zakat juga semakin bertambah. Akan menjadi hebat lagi jika kita melakukannya justru bukan kala banyak uang, akan tetapi juga tidak melupakan pilantropi  di saat rezeki ekonomi kita tidak sebaik sebelumnya. Alladzina yunfiquna fis sarrai wadh dharrai, Orang-orang yang berinfaq di kala sempit dan ulaika humul muflihun, mereka adalah orang-orang yang beruntung.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..