• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

NABI NUH, MASALAH DAN DOA

NABI NUH, MASALAH DAN DOA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Kita sedang berada di Bulan Muharram dalam kalender Islam atau di dalam kelender Jawa disebut sebagai Bulan Suro, ternyata banyak peristiwa yang menggambarkan tentang relasi antara doa dan masalah yang dihadapi oleh para Nabi. Mungkin kita sebelumnya beranggapan bahwa para Nabiyullah itu tidak ada masalah alias oke-oke saja. Tetapi ternyata problem yang dihadapi oleh para Nabi itu jauh lebih besar dibandingkan dengan problema masyarakat pada umumnya.

Itulah sebabnya para Nabipun juga ada yang diberikan gelar Ulul Azmi, Nabi dengan sejumlah tantangan yang sangat luar biasa. Tantangan tentu saja berasal dari umatnya dan bagaimana beratnya medan perjuangan yang dilakukannya. Di antara Nabi yang mendapatkan julukan Ulul Azmi adalah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW. Tantangan tersebut terutama datang dari umatnya yang begitu menolak ajakan untuk beriman kepada Allah SWT.

Di antara Nabi yang dikenal sebagai Ulil Azmi adalah Nabi Nuh yang berdasarkan catatan di dalam Alqur’an mengalami tantangan yang sangat luar biasa. Sudah 1.000 tahun melakukan dakwah akan tetapi umatnya selalu menolaknya. Kaum Nabi Nuh selalu beranggapan bahwa apa yang disampaikan oleh Nabi Nuh adalah kebohongan belaka. Mereka tetap menyembah berhala dan sama sekali tidak mematuhi ajakan Nabi Nuh. Bahkan mereka menantang Nabi Nuh agar menurunkan adzab yang besar.

Pada suatu ketika Nabi Nuh mengeluh kepada Allah tentang betapa bengal umatnya. Allah kemudian memberikan arahan agar Nabi Nuh membuat kapal  yang besar untuk menampung umatnya yang percaya dengan ajarannya. Di tanah Iraq akan diturunkan musibah banjir besar yang akan menenggelamkan seluruh orang kafir tanpa tersisa. Pada  saat Nabi Nuh membuat kapal besar itu, maka umatnya menertawakannya. Mereka tidak meyakini bahwa akan terjadi banjir besar yang akan meluluhlantakkan kehidupan masyarakat.

Setelah kapal selesai,  Nabi Nuh mengumumkan bahwa bagi yang mau dan percaya akan kekuasaan Allah, maka dipersilahkan masuk kapal sambil membawa binatang ternak yang kelak akan menjadi cikal bakal ternak di tempat yang baru. Nabi meminta anaknya yang bernama Kan’an akan tetapi menolaknya. Kan’an akan naik gunung yang tidak akan terjangkau oleh banjir besar dimaksud. Demikian pula istrinya. Mereka tidak meyakini akan kebenaran perkataan Nabi Nuh yang berasal dari firman Tuhan. Padalah adzab tersebut sungguh terjadi. Semuanya bertumbangan dan yang tersisa hanyalah orang-orang mu’min yang mengikuti petunjuk Nabi Nuh.

Nabi Nuh dan umatnya yang patuh diberhentikan di Bukit Judiy atau Bukit Ararat, tempat ini masih debatable, tetapi yang jelas bukit Judiy merupakan sebuah bukit yang diyakini oleh umat beragama sebagai tempat yang diperuntukkan Allah untuk Nabi Nuh AS. Kapal Nabi Nuh mengarungi banjir besar selama 40 hari. Gunung Ararat diyakini berada di Wilayah Turki Timur berdasarkan atas bukti-bukti mengenai bangkai kapal yang diperkirakan berumur 4.500 tahun atau 5.000 tahun sebelum Masehi. Cerita mengenai Kapal Nabi Nuh terdapat di semua agama Samawi, yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam. Dan sudah dilakukan berbagai penelitian tentang adanya banjir besar dan kapal Nabi Nuh meskipun hasilnya tentu masih merupakan hipotesis sampai nanti akan terbukti benar secara ilmiah. Bukankah banyak hal yang semula mu’jizat lalu menjadi kenyataan secara empiris.

Diyakini bahwa peristiwa selamatnya Nabi Nuh dari banjir besar dalam sejarah umat manusia tersebut terjadi pada 10 Muharram. Artinya bulan Muharram merupakan bulan diselamatkannya rasul Allah dari berbagai marabahaya yang menimpanya. Dari hijrah Nabi Nuh ini akhirnya terlahir secara turun temurun manusia hingga hari ini. Nabi Nuh memiliki tiga putra yang menjadi nenek moyang umat manusia, yaitu Ham, Syam dan Yafit. Ketiganya melahirkan etnis Kaukasoid, Negroid dan Mongoloid.

Meskipun Nabi itu memiliki privilege dalam kehidupannya, akan tetapi para Nabi seperti Nabi Nuh tidak melupakan berdoa kepada Allah SWT. Di kala terjadi kegalauan dan kesedihan, maka Nabi itu mengadu kepada Allah. Sebagaimana Nabi Nuh yang mengadu kepada Allah tentang kelakuan umatnya. Bayangkan berdakwah tidak kurang dari 1.000 tahun dan hanya sedikit yang beriman kepada Allah.

Nabi Nuh berdoa kepada Allah: “Wa qur Rabbi anzilni munzalam mubarakaw wa anta khairul munzilin”, (QS. Almu’minun ayat 29) yang artinya: “Dan berdoalah: Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat”.  Doa ini dibaca di kala banjir mulai surut dan Nabi Nuh memohon  kepada Allah agar diberikan tempat yang layak dan diridhainya.

Di kala Nabi Nuh akan memulai perjalanannya dengan kapal dan umatnya, Nabi Nuh berdoa: “yursilis sama’a ‘alaikum madrara”, yang artinya: “niscaya Dia (Allah) akan mengirimkan  hujan kepadamu dengan lebat (QS. Nuh ayat 11).

Jika Nabi saja berdoa kepada Allah, maka sangat pantas jika manusia juga berdoa kepada Allah untuk meminta kesehatan, keselamatan dan keberkahan. Dan satu hal yang pasti bahwa Allah akan mengabulkan doa tersebut sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..