• October 2024
    M T W T F S S
    « Sep    
     123456
    78910111213
    14151617181920
    21222324252627
    28293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PERISTIWA MENARIK PADA BULAN SURO

PERISTIWA MENARIK PADA BULAN SURO

Saya berkesempatan untuk memberikan asupan rohani pada jamaah Shalat Shubuh di Mushalla Raudlatul Jannah di Dusun Semampir, Desa Sembungrejo, Merakurak Tuban, Selasa, 09/07/2024. Pengajian temporer ini sengaja saya lakukan untuk para jamaah yang rata-rata orang tua. Di dalam  shalat shubuh memang jamaahnya terbatas. Kebanyakan orang tua atau kawan-kawan saya di masa lalu. Berbeda dengan jamaah shalat Maghrib atau Isya’ yang jamaahnya relative lebih banyak dengan usia yang bervariasi.

Untuk mengawali ceramah ini saya nyatakan bahwa “kita semua ini beruntung sebab bisa melakukan shalat shubuh berjamaah. Tidak banyak orang yang bisa melakukan shalat berjamaah di waktu shubuh. Apalagi bisa shalat malam, lalu shalat qabilyah shubuh dan diakhiri dengan shalat subuh. Jika kita melakukannya, kita termasuk orang yang beruntung karena dijamin untuk mendapatkan surganya Allah.

Ada tiga hal yang saya sampaikan, yaitu: Pertama, bulan Suro itu bagi orang Jawa disebut sebagai bulan prihatin. Bulan yang di dalamnya terdapat keprihatinan sebab di dalam bulan Suro terdapat peristiwa-peristwa yang membuat kita harus prihatin. Maka salah satu caranya adalah dengan melakukan tirakatan.

Bulan Suro di dalam kalender Jawa dirumuskan oleh Kanjeng Sultan Agung Hanyakrakusuma, dari Mataram, yang menciptakan kalender Saka. Nama bulan Suro kiranya dapat dikaitkan dengan Asyuro di dalam tradisi di Islam di Timur Tengah. Asyuro dikaitkan dengan peristiwa Karbala, di mana cucu Rasulullah Sayyidina Hussein dan kerabat serta pengikutnya sebanyak 72 orang dibantai oleh pasukan Muawiyah dibawah pimpinan Umar bin Said bin Abi Waqash. Sebanyak 4000 pasukan yang disiapkan untuk menangkap atau membunuh terhadap Sayyidina Hussein Radiyallahu anhu. Panah yang mengenai tenggorokannya dan tahapan berikutnya ditebas kepalanya dan diserahkan kepada Umar bin Abi Waqash. Tongkatnya kemudian dijadikan alat untuk memainkan kepala Sayyidina Hussein yang suci.

Kiranya peristiwa ini yang menjadikan bulan Suro itu dijadikan sebagai bulan tirakatan. Bulan yang penuh dengan ritual yang utama di antaranya adalah puasa dalam tradisi Islam Jawa. Puasa mutih dalam tradisi Islam Jawa kebanyakan dilakukan pada bulan Suro. Orang yang melakukan puasa mutih selama 40 hari dengan membaca Kidung Rumekso ing Wengi kreasi Kanjeng Eyang Sunan Kalijaga akan dapat memperoleh kemampuan “ainun bashirah” dibandingkan orang tidak mampu melakukannya. Achmad Chodjim banyak bercerita tentang hal ini.

Kalender Jawa atau Kalender Saka memang mirip dengan kalender Islam. Nama-nama bulannya juga ada yang sama dan ada yang berbeda. Misalnya Bulan Suro, Sapar, mulud, Ba’da Mulud, Rejeb, Ruwah, Pasa, Sawal, Selo dan  Besar. Bandingkan dengan nama bulan dalam Kalender Islam, yaitu Muharram, Safar, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadlan, Syawal, Dzulqa’dah dan Dzylhijjah”. Di dalam penyusunan  kalender Jawa, Kanjeng Sultan Agung diinspirasikan oleh kalender Islam.

Kedua, Bagi orang Jawa bulan Suro juga menjadi saat untuk memandikan pusaka atau wesi aji. Jamas wesi aji. Dulu, ayah saya selalu memandikan pusaka yang dimilikinya pada bulan Suro. Sayangnya pusaka-pusaka tersebut diberikan kepada kerabat dan sudah diketahui di mana rimbanya. Ada yang diminta orang. Ada sebanyak 10 pusaka yang disimpan di rumah. Sayangnya di saat saya kuliah di Surabaya dan berlanjut menjadi dosen di IAIN Sunan Ampel, maka pusaka-pusaka tersebut diberikan kepada kerabat saya, dan tidak ada satupun yang masih disimpannya. Bulan Suro juga dihindari untuk melakukan hajadan, misalnya mengkhitan anak atau melakukan perkawinan. Sirikan. Masyarakat Jawa sangat meyakini ketidakbolehan melakukan hajatan pada bulan Suro.

Di dalam tradisi Jawa, maka bulan baik untuk melakukan hajadan adalah Bulan Mulud, Safar, Ba’da Mulud, Rejeb, Ramadlan, Syawal, dan Besar. Bulan Suro,  ruwah dan Selo. Tiga bulan ini seharusnya dihindari di kala ingin melakukan hajadan, misalnya pindah rumah, masuk rumah baru, menikahkan anak, mengkhitankan anak, membeli barang berharga termasuk rumah, mencari pekerjaan dan sebagainya.

Ketiga, sebagai umat Islam Jawa, maka sebaiknya memang kita harus melakukan amalan-amalan yang baik pada bulan Muharram. Misalnya banyak melakukan dzikir, wirid atau infaq dan sedekah. Melakukan amalan baik tentu merupakan pertanda kebaikan yang dilakukan. Pada bulan ini, kita bisa banyak membaca doa sebagaimana yang dibaca oleh para Nabiyullah yang diselamatkan pada tanggal 10 Muharram. Misalnya doa Nabi Ibrahim yang berbunyi “Hasbunallah wa ni’mal wakil”, atau doa Nabi Yunus “La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadh dhalimin” atau doa Nabi Adam: “Rabbana dhalamna anfusana wain lam taghfirlana wa tarhamna la nakunanna  minal khasirin”. Semoga kita semua dapat melakukannya.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..