BERDOA SEBAGAI ANJURAN TUHAN
BERDOA SEBAGAI ANJURAN TUHAN
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Selasa, 04/05/2024, saya memberikan ceramah agama pada Komunitas Ngaji Bahagia (KNB). Sebagaimana biasa maka di dalam pengajian ini harus tertawa lepas 17 kali. Dan saya rasa pagi itu sungguh terpenuhi. Bagi penceramah yang sangat serius tentu tidak bisa mengikuti irama di dalam KNB, sebab genre pengajian ini adalah mengaji dan tertawa. Ngaji sehat. Bukankah jika di dalam suatu forum kemudian bisa tertawa sebanyak 17 kali, maka orang itu dipastikan bahagia. Kebahagiaan tidak ditentukan oleh aspek ekonomi semata tetapi juga nuansa batin atau hati yang riang gembira. Jika ingin bahagia jadilah anggota KNB. Promosilah.
Pada pagi hari tersebut, maka saya menyampaikan materi tentang “Tuhanpun meminta kita untuk berdoa”. Tema ini diilhami oleh Ustadz Syahwal, alhafidz, yang setiap menjadi imam shalat shubuh berjamaah selalu berdoa di dalam doa qunut dengan tambahan doa: “wa qul rabbighfir warham wa anta khairur rahimin” yang artinya kurang lebih: “dan katakanlah, Wahai Tuhanku ampunilah kami, rahmatilah kami, Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat”.
Doa ini yang saya kupas, sebab dengan doa tersebut Allah SWT memberikan peluang bagi kita untuk selalu berdoa kepadanya. Bahkan saya nyatakan: “janganlah lelah untuk berdoa, kapan dan di mana saja. Berdoa merupakan salah satu cara kita untuk memasrahkan diri atas usaha yang kita lakukan. Ada trilogy: berusaha, berdoa dan bertawakkal”. Trilogy ini harus sungguh dipegangi sebab semua yang kita lakukan itu ada takdirnya, ada kepastiannya, dan kita tahu kepastian itu dapat kita peroleh atau tidak setelah semuanya terjadi. Doa adalah harapan. Dan jika kita memiliki harapan, maka akan membuat kita juga sungguh-sungguh dalam melaksanakan kewajiban.
Nabi Nuh A.S saja berdoa kepada Allah sebagaimana diceritakan di dalam Surat Nuh ayat terakhir. Diceritakan di situ doa Nabi Nuh A.S sebagai berikut: “rabbighfirli wa liwalidayya wa liman dakhala baitiyal mukminan, minal mukminina wal mukminati”. Yang artinya: “Ya Tuhanku, ampunilah aku, dan siapapun yang memasuki rumahku dengan beriman dan semua orang beriman laki-laki dan perempuan.” Tegaslah sudah bahwa doa merupakan pengamalan para Nabi dan Rasulullah. Ada banyak doa di dalam surat-surat Alqur’an yang di dalamnya terdapat doa-doa Nabiyullah, misalnya doa Nabi Yunus, Doa Nabi Ibrahim, doa Nabi Yusuf, doa Ashabul Kahfi dan sebagainya.
Hal ini menggambarkan bahwa doa memegang peranan penting di dalam Islam. Nabi Muhammad SAW juga banyak mengajarkan agar kita berdoa kepada Allah SWT. Misalnya Nabi mengajarkan agar orang tua kita diampuni Allah dan mendapatkan kebahagiaan di alam kuburnya, maka salah satu yang dibaca adalah: “subhanallah al ‘adhim wa bihamdihi”. Berdasarkan pandangan para ahli dinyatakan bahwa membaca teks tersebut sebanyak 300 kali dalam waktu pagi antara subuh dan terbitnya matahari, maka dosa-dosa orang tua kita yang hidup maupun yang sudah meninggal akan diampuni oleh Allah. Alangkah indahnya.
Itulah sebabnya anak shaleh merupakan asset yang sangat berharga. Orang tua sungguh merindukan hadirnya anak yang saleh di dalam kehidupannya. Anak shaleh itu melebihi kekayaan, jabatan dan kekuasaan. Jika kekayaan, jabatan dan kekuasaan itu akan ditinggalkan kala seseorang wafat, akan tetapi anak saleh yang dapat mendoakan orang tuanya itu tidak akan terputus. Berbahagialah orang tua jika memiliki anak yang saleh yang dapat mendoakannya.
Berdasarkan pengalaman spiritual, yang tentu saja tidak bisa diverifikasi, bahwa roh di alam kubur itu berada di alam kegelapan. Kecuali orang-orang yang mendapatkan rahmatnya Allah. Maka orang yang sudah wafat itu mengharapkan agar ada yang menolongnya. Bahkan mereka berkeinginan untuk dikembalikan ke dunia untuk dihidupkan kembali. Akan tetapi tentu tidak bisa untuk hal tersebut. Di sinilah peran doa dan bacaan apapun dari kalimat thayyibah itu yang akan memberikan cahaya bagi kehidupan roh di alam kubur. Pada saat seorang anak, cucu, keluarganya membaca doa dan bacaan-bacaan kalimat thayyibah, maka mereka sangat bergembira. Bersuka cita.
Kita yang hadir pada pengajian ini dipastikan akan senang jika orang tua atau kerabatnya menjadi berbahagia karena kita bisa menolongnya lewat upaya-upaya religious. Kita juga pantas bersyukur karena Allah memberikan peluang bagi kita untuk secara konsisten beriman kepada Allah SWT. Makanya kita dapat mendoakan kepada keluarga kita yang sudah wafat. Untuk mengamalkan bacaan, misalnya subhanallah al adizim wa bihamdihi tentu tidak dapat kita lakukan setiap hari tetapi mungkin satu pekan sekali. Bagi yang Aparat Sipil Negara (ASN), maka hari Ahad saya kira bisa menjadi waktu untuk melakukannya. Sepekan sekali sudah untung dibandingkan tidak sama sekali.
Yang penting akhirnya adalah mari kita terus berdoa. Ada kalanya doa tersebut dikabulkan seketika, ada kalanya ditunda waktunya dan ada kalanya dikabulkan justru di alam akherat. Mari terus berdoa karena doa tersebut harapan. Jangan lelah berharap dan jangan lelah berusaha kemudian bertawakkal kepada Allah. Trilogy kehidupan ini sangat penting sebab ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Wallahu a’lam bi al shawab.