MANUSIA DICIPTA DENGAN KESEMPURNAAN
MANUSIA DICIPTA DENGAN KESEMPURNAAN
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Yang memberikan ceramah pada Komunitas Ngaji Bahagia (KNB) di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency pada Hari Selasa, 28/05/2024 adalah Ustadz Dr. Cholil Umam, seorang penceramah yang tidak diragukan kapasitasnya. Ustadz Cholil merupakan seorang dosen pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Ampel Surabaya. Ceramah kali ini merupakan penafsiran atas Surat Asy Syams, ayat 7-9. Pak Cholil mengawali pembicaraannya bahwa ayat yang dibaca oleh Imam Shalat Rawatib Masjid Al Ihsan, Alief Rifqi (Al Hafidz) ini tentang bagaimana Allah bersumpah dengan banyak hal, seperti alam dan juga manusia.
Ayat yang dijelaskan oleh Ustadz Cholil tersebut jika diterjemahkan adalah sebagai berikut: “Demi Jiwa dan penyempurnaan (penciptaan) nya. Maka dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketaqwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” Jika kita renungkan betapa mendalamnya makna ayat ini. Allah bersumpah dengan jiwa manusia yang diciptakannya. Wawu di dalam ayat ini menunjukkan sebagai wawu qasam atau wawu yang berarti sumpah. Sama dengan Allah bersumpah dengan matahari, Allah bersumpah dengan waktu, Allah bersumpah dengan bulan, Allah bersumpah dengan waktu fajar dan sebagainya.
Jika dibaca dengan hati nurani, maka Allah itu sungguh telah menciptakan manusia sebagai makhluknya yang paling sempurna. Manusia diberikan akal untuk berpikir dan hati untuk merasakan kebesaran Tuhan atau merasakan kehadiran Tuhan di dalam kehidupan manusia. Tuhan hadir tentu tidak dengan fisik yang bisa dibayangkan. Laisa kamitslihi syaiun. Allah itu sungguh berbeda, dzat, sifat dan af’alnya.
Tuhan itu hadir di dalam dunia ini dengan ayat atau tanda yang disebut sebagai ayat kauniyah atau ayat-ayat yang dapat dipikirkan. Keberadaan fisik manusia yang sempurna, yang terdiri dari system saraf dan sel yang rumit dan fungsional antara satu dengan lainnya. Ada keteraturan di dalam tubuh manusia. Tumbuh-tumbuhan juga hidup dengan teratur, alam dan tata suryanya yang juga sangat teratur. Masing-masing beredar sesuai dengan garis edarnya, tidak bertabrakan antara satu bintang dengan bintang lainnya. Masing-masing berjalan sesuai dengan ketentuan Allah.
Manusia memiliki ratio atau akal untuk berpikir dan manusia memiliki hati untuk merasakan, maka Allah memberikan pilihan pada manusia untuk berbuat baik atau jelek. Allah sudah menurunkan Nabi dan rasul serta kitab suci yang dapat dijadikan pedoman, seharusnya manusia bisa memilih mana yang terbaik bagi dirinya. Di dalam Kitab Suci Al Qur’an terdapat kabar gembira atau tabsyir dan peringatan bagi yang lalai atau tandzir. Rasulullah sudah memberikan pedoman yang berupa sunnah-sunnahnya dan larangannya. Maka barang siapa yang mempedomani atas mana yang wajib, mana yang sunnah, mana yang makruh dan mana yang larangan, maka kala manusia tidak memilih yang terbaik berdasarkan atas ajaran agamanya, maka dia lalai atau ingkar dalam menjalankan ajaran agamanya.
Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan: “aku telah meninggalkan dua hal yang kamu tidak akan sesat yaitu Kitab Suci Al Qur’an dan Sunnah Rasul”. Jadi Allah sudah memberikan pedoman untuk melakukan kebaikan dan keburukan. Oleh karena itu maka manusia harus memaksimalkan potensi di dalam dirinya untuk berbuat kebaikan. Akal dan hati harus selaras untuk mengambil yang ma’ruf dan meninggalkan yang mungkar.
Alqur’an itu merupakan kitab suci yang berisi ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat qauliyah. Ada banyak pernyataan di dalam teks Alqur’an yang selaras dengan temuan-temuan para ahli ilmu pengetahuan dewasa ini. Makanya Allah menyatakan “apakah kamu tidak berpikir, apakah kamu tidak ingat, dan sebagainya. Allah mengingatkan agar manusia berpikir atas kebenaran ayat-ayat Alqur’an melalui penyelidikan atau penelitian tentang ayat-ayat kauniyah di dalam Alqur’an. Allah juga mengingatkan agar kita membaca Alqur’an sebab dengan membaca Aqur’an, maka hal tersebut merupakan bagian dari dzikir kepada Allah SWT.
Allah tidak hanya menyuruh berpikir dan merasakan kebenaran ajaran Islam, akan tetapi Allah juga meminta kepada kita untuk menyucikan diri atau menyucikan jiwa. Ada dua cara untuk menyucikan jiwa yaitu dengan beriman kepada Allah dan melakukan amalan-amalan shaleh. Kita yakin bahwa Allah itu ada, Allah itu maha kasih sayang, Allah itu maha kuasa dan sempurna dan sebagainya. Kita yakini dengan sebenar-benarnya. Jangan ragu-ragu. Semua kembalikan kepada Allah yang memiliki segalanya. Kita ini tidak punya apa-apa. Kekayaan, harta, pangkat, jabatan dan kekuasaan, semua milik Allah. Jika sudah diambil maka selesai semuanya.
Dan yang tidak kalah penting adalah amal shaleh. Ada contoh bagaimana Allah itu akan memudahkan kita dalam melakukan sesuatu karena kita menyenangkan atau memudahkan orang lain. Saya punya cerita kata Ustadz Cholil: “saya mengantarkan seseorang untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kapasitasnya. Saya datang ke kyai di Sidoarjo. Saya dengan kawan ini diterima kyai dengan baik, dan pada ujung pembicaraan saya sampaikan maksud saya. Kyai lalu mengontak seseorang yang memilki tugas and fungsi sesuai dengan yang saya mohon. Tidak dijawab mungkin karena sibuk. Kala saya sudah berdiri, tiba-tiba Hand Phone kyai berdering. Rupanya yang mengontak adalah orang yang tadi dikontak. Saya sudah berdiri untuk pamit sehingga dapat mendengarkan pembicaraan antara kyai dan orang dimaksud. Jadi saya mendengar sendiri kesiapan untuk memutuskannya pekan depan. Pak Cholil melanjutkan: “kemudahan ini saya peroleh karena sebelumnya saya bersedekah kepada orang di jalanan”.
Wallahu a’lam bi al shawab.