• October 2024
    M T W T F S S
    « Sep    
     123456
    78910111213
    14151617181920
    21222324252627
    28293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

IQRA’: BACALAH AYAT TUHAN SECARA KONPREHENSIP

IQRA’: BACALAH AYAT TUHAN SECARA KONPREHENSIP

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Mengaji model dialog yang dilakukan di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency memang unik. Tidak ada narasumber yang dominan, sebab semuanya memiliki peluang untuk menjadi narasumber. Pengajian dimulai kembali pasca Ramadlan. Pada bulan Ramadlan mengaji Selasa ba’da Subuh tidak dilakukan sebab pada malam hari sudah dilakukan kultum yang diisi oleh berbagai da’i. Ngaji ba’da Shubuh diganti dengan tadarrus Alqur’an, yang dilakukan selama sebulan penuh. Ngaji Ba’da Shubuh dimulai dan dilaksanakan pada tanggal 23/04/2024.

Bermula dari penjelasan Pak Bintara, salah satu jamaah pengajian pada Komunitas Ngaji Bahagia (KNB), dinyatakan bahwa yang terpenting itu sesungguhnya adalah membaca atas alam ciptaan Allah SWT. Iqra’ di dalam wahyu pertama itu disampaikan oleh Malaikat Jibril di Gua Hira’. Di dalam wahyu pertama itu dinyatakan: “Iqra”. Sampai tiga kali. Jadi hal itu menekankan bahwa perintah membaca tersebut ditekankan di dalam Islam. Dinyatakan kita perlu membaca atas petunjuk alam, kita juga membaca tanda-tanda alam. Bagaimana terjadinya musim hujan, musim kemarau, tanda-tanda di dalam diri manusia. Dan sebagainya.

Berdasar atas penjelasan tersebut, kemudian saya tambahkan keterkaitan antara tiga kali Malaikat Jibril membaca iqra’. Muhammad adalah orang yang ummi atau tidak bisa membaca dan menulis. Muhammad yang ummi adalah desain Tuhan. Ummi tidak berarti bodoh, sebab  beliau memiliki kecerdasan yang luar biasa, kecerdasan kenabian. Di atas kecerdasan rasional, emosional, social dan spiritual. Kecerdasan kenabian diberikan Allah melalui pemberian wahyu yang khusus hanya untuk Nabi dan rasul saja.

Ada tiga hal dalam kaitannya dengan wahyu pertama yang dibacakan Jibril sebanyak tiga kali. Jibril mengatakan: “iqra”, lalu Muhammad menjawabnya: “ma ana biqori’in”. sampai tiga kali lalu Malaikat Jibril meneruskan: Iqra’, bismi rabbikal ladzi khalaq, khalaqal insana min ‘alaq, iqra wa rabbukal akramul ladzi ‘allama bil Qalam, allamal insana ma lam ya’lam”. Bacalah kata Malaikat Jibril, maka Muhammad menjawab: “saya tidak bisa membacanya”, setelah tiga kali, maka Malaikat Jibril meneruskan bacaannya: “bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, yang menciptakan manusia dari tanah, bacalah nama Tuhanmu yang mengajarkan dengan pena dan yang mengajarkan sesuatu yang tidak diketahuinya”.

Jika kita pahami dengan dalil logika, mengapa tiga kali Malaikat Jibril memberikan wejangannya kepada Muhammad, maka tentu ada tiga hal mendasar juga terkait dengan hal tersebut. Pertama, membaca ayat Qauliyah. Agar  kita membaca kalam Tuhan, membaca dengan Namanya. Bisa dimaknai agar kita membaca Alqur’an dan memahami artinya. Kita diajarkan untuk membaca kalimat demi kalimat di dalam Alqur’an, yang di dalam tradisi dinyatakan sebagai tadarrus Alqur’an. Kita sudah melakukannya meskipun belum optimal, misalnya di dalam bulan Ramadlan kemarin, maka setiap pagi kita mengkhatamkan masing-masing satu juz. Yang diharapkan tentunya adalah setelah puasa kita bisa melanjutkan tradisi tersebut. Bahkan di dalam KNB sudah selama dua tahun lebih melazimkan membaca Surat Al Waqi’ah dan juga tahsinan Alqur’an dan terjemahannya sekaligus. Ada banyak hal yang bisa dipahami dari acara tahsinan tersebut.

Kedua,  membaca ayat Kauniyah. Agar kita membaca ayat-ayat atau tanda-tanda kebesaran Allah melalui ciptaannya. Alam ini merupakan ciptaan Allah yang harus dipikirkan, direnungkan dan dipelajari. Tentu tidak ada yang sia-sia di dalam Allah menciptakan ciptaannya dimaksud. Allah meminta kepada kita semua untuk memikirkan ciptaannya dan jangan memikirkan siapa Allah itu. Kita diminta percaya tanpa keraguan. Kita dimintanya untuk meyakini dengan sepenuh hati dan pikiran. Tetapi yang harus dipikirkan adalah ciptaan Allah. Allah berulang kali menyatakan: “afala ta’qilun, afala tatafakkarun” dan sebagainya.

Berbagai temuan sains akhir-akhir ini memberikan indikasi tentang semakin menguatnya dalil keberadaan Tuhan. Hipotesis keberadaan Tuhan semakin menguat sebagai konsekuensi atas temuan sains mengenai alam dan tata suryanya. Alam yang teratur, jutaan galaksi yang beredar sesuai dengan tempatnya, keteraturan atas peredaran bintang sesuai dengan garis edarnya, semuanya membuktikan bahwa alam tidak tercipta dengan sendirinya. Tetapi dipastikan ada sesuatu yang sangat Maha Kuasa, atau di dalam sains disebut sebagai The Great Mind, atau The Supreme Being, yang menciptakan dan mengaturnya. Tidak ada yang meragukan bahwa jika alam itu terjadi dengan sendirinya akan memiliki keteraturan sebagaimana desain keteraturannya dalam system tata surya yang canggih dan mengagumkan.

Melalui  penemuan teleskop yang semakin canggih, maka semakin membuktikan bahwa alam dengan segala keteraturannya itu dipastikan ada yang menciptakan. 14 abad lebih Alqur’an sudah menjelaskan tentang keteraturan alam dan segala proses penciptaannya. Dan berdasarkan kajian akhir-akhir ini bahwa Alqur’an bukanlah ciptaan Muhammad tetapi merupakan kalam Tuhan yang benar adanya. Itulah sebabnya semakin banyak ilmuwan yang kemudian meyakini kebenaran Alqur’an dan kemudian menjadi muslim.

Ketiga,  membaca ayat akhirat. Kita diminta untuk membaca tentang adanya kehidupan lain selain kehidupan di dunia ini. Temuan akhir-akhir ini dalam bidang sains memberikan gambaran bahwa dunia yang kita tempati ini suatu ketika akan berakhir. Di kala tata surya sudah tidak lagi teratur seperti sekarang, maka dunia akan mengalami kehancuran. Temuan ini sejalan dengan ayat-ayat Alqur’an tentang hari kiamat yang digambarkan bahwa gunung-gunung  akan berhamburan, bintang-bintang akan bertabrakan, dan sebagainya sebagaimana digambarkan di dalam ayat-ayat makiyyah tentang kiamat. Kita harus membaca hal ini sehingga akan menghasilkan kearifan di dalam kehidupan.

Sesiapapun yang dapat membaca tiga hal tersebut, maka dialah yang akan selamat di dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi. Kita sudah meyakininya, semoga kita mendapatkan rahmatnya Allah swt untuk bisa memasuki surganya. Allahuma inna nas’alukal jannata wal ‘afwa ‘indal hisab.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..