• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

AMPUNAN ALLAH

AMPUNAN ALLAH

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Malam 29 atau di dalam emic view disebut sebagai Malam Sanga pada bulan Ramadlan merupakan suatu malam yang banyak dinantikan orang, terutama bagi para pemburu malam lailatul qadar. Meskipun di dalam masyarakat diyakini bahwa malam lailatul qadar itu akan jatuh pada salah satu dari malam-malam ganjil pada akhir Ramadlan atau sepertiga terakhir dari bulan Ramadlan.

Pada malam tersebut, saya memberikan ceramah kepada para jamaah shalat Isya’, tarawih dan witir di Mushalla Raudlatul Jannah di Dusun Semampir, Desa Sebungrejo, Merakurak Tuban. Jamaah shalat tarawih laki-laki dan perempuan serta anak-anak yang memenuhi ruangan mushalla dimaksud. Malam 29 atau Malem Sanga tersebut bertepatan dengan hari Senin, 08/04/2024. Saya memberikan ceramah dengan tema “Ampunan Allah pada hambanya yang beriman, beribadah dan beramal shaleh.”

Pertama, harus bersyukur kepada Allah,  sebab kita sudah lulus melakukan puasa sampai hari yang ke 28, dan malam ini kita memasuki malam ke 29 atau disebut juga sebagai Malem Sanga. Yang kemudian menjadi penting semoga puasa kita benar-benar diakui sebagai puasa dengan jumlah hari yang sama, yaitu puasa yang makbul selama 28 hari. Tetapi kita harus yakin dengan penuh husnudh dhan bahwa puasa kita diterima sesuai dengan jumlah harinya. Kita harus meyakini bahwa Allah itu maha kasih dan sayang, sehingga dengan kasih sayangnya maka puasa kita juga diberikan pahala yang sesuai dengan tingkatannya. Yakinlah bahwa puasa kita bepahala sesuai dengan tingkatan puasa kita masing-masing. Ada tingkatan puasanya orang awam, puasanya orang khawas dan puasanya orang khawas lil khawas.

Kedua, malam ini  saya menjelaskan tentang ampunan Tuhan. Setiap malam jika kita melakukan tarawih, maka dipastikan setelah  selesainya shalat witir, lalu kita membacakan doa yang luar biasa kandungan maknanya, yaitu: “Allahumma innaka ‘afwun karim, tuhibbul ‘afwa wa’fuanna ya Karim”. Yang artinya: “Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pengampun yang Maha Agung, Engkau mencintai ampunan, dan ampunilah dosa kami, wahai Yang Maha Mulia”. Coba kita resapi bacaan ini. Sebuah bacaan yang terus kita lantunkan selama satu bulan. Tuhan yang Maha Pemaaf, Tuhan yang Maha Agung, Tuhan yang Maha Mulia.

Pengampunan Tuhan atas manusia itu luar biasa. Coba kita bayangkan berapa banyak kita menyembah dan mengabdikan diri kepada Allah lewat ritual-ritual keagamaan. Dalam sehari waktu kita sepanjang 24 jam. Jika shalat yang kita lakukan setiap waktu shalat itu lima menit, maka hanya ada waktu sebanyak 25 menit untuk shalat. Jika dzikir kita 10 menit, maka hanya ada waktu sebanyak 50 menit. Jika shalat malam dan dzikirnya itu sebanyak 60 menit berarti dalam sehari kita hanya beribadah selama dua jam 15 menit. Jika tidur kita selama tujuh jam, maka waktu terjaga kita selama 17 jam. Dari 17 jam itu yang dipakai ibadah sebanyak 2,15 menit. Jadi hanya sebanyak 12,64 persen. Ini sudah baik. Sudah ada waktu shalat malam dan dzikir selama satu jam. Bayangkan jika kita tidak melakukannya. Saya kira di antara lebih banyak yang tidak melakukannya.

Itulah sebabnya kita perlu berdoa kepada Allah agar Allah memberikan ampunan atas semua kesalahan, kekhilafan dan dosa-dosa kita. Jika Allah tidak mengampuni dosa-dosa kita maka kita termasuk orang yang celaka. Inilah yang disebut sebagai orang yang merugi. Allah sudah mengingatkan: “wal ashr. Innal insana lafi khushr. Illal ladzina amanu wa ‘amilush shalihati, wa tawa shaubil haqqi watawa shaubis sabr.” Yang artinya: “Demi waktu, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi. Kecuali orang yang beriman dan beramal shaleh  dan berwasiat tentang kebenaran dan kesabaran”. Insyaallah kita yang bearada di mushalla untuk mengamalkan shalat isya’, tarawih dan witir pada malam hari ini sudah termasuk dalam kategori orang yang beribadah kepada Allah.

Ketiga, Tuhan Allah merupakan Dzat yang menyukai ampunan. Itulah sebabnya, sebagai makhluknya, kita harus mengagungkan Asma Allah yang Maha Pengampun, Maha Pemaaf dan Maha Kasih Sayang. Karena Allah mencintai ampunan, maka manusia harus memanfaatkan peluang yang diberikan oleh Allah kepada kita untuk memohon ampunannya. Tuhibbul afwa wa’fuanna ya Karim”. “Allah itu mencintai ampunan dan ampunilah kami Ya Allah Yang Maha Agung”.

Doa ini akan sangat baik jika tidak hanya dibaca pada waktu Bulan Ramadlan, akan tetapi menjadi doa yang bisa kita lantunkan selain bulan Ramadlan. Memang ada keyakinan bahwa orang yang melantunkan doa pada bulan Ramdlan, maka peluang dikabulkannya lebih besar. Itulah sebabnya, semua masjid yang berselaras dengan Nahdlatul Ulama (NU) dipastikan imamnya membaca doa tersebut setelah selesai shalat witir.

Yang diperlukan sesungguhnya adalah keistiqomahan kita dalam melakukan amal ibadah. Bukan perkara banyaknya, akan tetapi keistiqamahan kita. Sedikit yang ajeg atau kontinyu jauh lebih baik dari banyak dilakukan tetapi jarang-jarang. Sedikit  tetapi terus dilakukan. Semoga kita dapat menjadi orang yang ajeg dalam menjalankan ibadah dan melakukan doa.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..