FIKIR DZIKIR KATSIR
FIKIR DZIKIR KATSIR
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Sebagai kewajiban dalam rangka menyemarakkan Bulan Ramadlan 1445 H, maka Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya menyelenggarakan acara kultum ba’da shalat Isya’ yang diikuti oleh warga di sekitarnya. Saya mendapatkan kesempatan untuk memberikan ceramah agama di masjid tersebut pada Kamis, 04/04/2024. Saya sengaja memilih tema penting dalam kehidupan beragama, yaitu: “Three in One: Fikir, Dzikir dan Katsir”.
Sebagaimana biasa, maka saya jelaskan terlebih dahulu mengenai pentingnya rasa syukur kepada Allah karena kita dapat menjalankan puasa Ramadlan 1445 Hijrah dengan baik. Kita sudah menjalani puasa 24 hari artinya kurang beberapa hari lagi maka kita akan mengakhiri puasa ramadlan. Harapan kita semoga kita dapat menikmati puasa lagi tahun depan.
Tidak mudah menjalankan ibadah puasa. Tidak semua orang kuat menjalankan puasa. Tidak semua orang dengan senang menjalankan puasa atau juga ada orang yang berada di antara senang dan kurang senang untuk menjalankan puasa. Semua itu tergantung dari kadar iman dan kekuatan ibadah yang kita miliki. Semakin kuat imannya, maka semakin kuat ibadahnya dan akan semakin bermanfaat iman dan ibadahnya tersebut. Marilah kita bersyukur atas nikmat Allah ini.
Pertama, fikir. Iman yang baik adalah iman yang didasari oleh keyakinan logis atau iman yang berbasis pada logika atau nalar kita. Kita diberi oleh Allah kemampuan akal untuk berfikir, baik untuk kepentingan duniawi maupun kepentingan agama. Dengan akal itu pula kita dapat membedakan mana yang baik dan benar, serta mana yang jelek atau buruk. Sungguh manusia memang diciptakan Tuhan sebagai sebaik-baiknya umat.
Jika kita berpikir tentang agama bukan berarti bahwa kita berpikir tentang dzat Tuhan atau pekerjaan Tuhan, atau apa yang dikerjakan Tuhan akhir-akhir , akan tetapi berpikir tentang ciptaan Tuhan, baik aspek ayat qauliyah atau kauniyah. Ayat qauliyah adalah tentang teks ajaran Islam, sedangkan teks qauniyah adalah tentang alam dan seisinya. Kita diminta oleh Allah agar berpikir tentang ciptaan Allah dan bukan dzat Allah. Tafakkaru fi khalqillah wa la tafakkaru fi dzatillah, yang artinya berpikirlah tentang ciptaan Allah dan jangan berpikir tentang dzat Allah.
Akhir-akhir banyak sekali informasi tentang sains yang sesuai dengan ajaran Islam khususnya yang tertuang di dalam teks suci Alqur’an dah hadits Nabi Muhammad SAW, misalnya tentang proses penciptaan manusia yang benar-benar sesuai dengan hasil kajian sains. Lalu, penciptaan bumi dan langit, galaksi dalam tata surya yang teratur dengan tingkat kerumitannya, dan juga kebenaran mu’jizat Nabi-Nabi, yang semua menggambarkan bahwa alam itu diciptakan oleh Akal Agung atau Super mind yang di dalam agama dikenal sebagai Tuhan atau Allah SWT. Hipotesis tentang keberadaan Tuhan sebagai Sang Maha Pencipta semakin terbukti dengan kajian sains atas ayat-ayat kauniyah.
Kita tentu senang bisa beriman kepada kebenaran ajaran Islam. Bisa beriman atas kebenaran adanya Allah Yang Maha Pencipta, kita akhirnya juga percaya kepada Kitab Suci Alqur’an, Nabi Muhammad, Malaikat, takdir dan hari akhir. Kita menjadi percaya tidak lewat kajian-kajian yang sulit sebagaimana ahli sains, akan tetapi hasil kerja kaum saintis itu kita menjadi semakin yakin akan kebenaran Allah SWT. Dari iman yang ikut-ikutan ke iman yang berdasarkan atas pemikiran tentang ciptaan Allah SWT.
Kedua, dzikir. Jika sudah menjadi kuat keimanan kita atas kebenaran ajaran Islam, maka tindakan selanjutnya adalah dzikir atau mengingat Tuhan. Dzikir ini sangat penting di dalam ajaran Islam. Bahkan shalat itu juga dzikir. Ada banyak bacaan tentang dzikir yang sudah dibakukan oleh para ulama berdasarkan atas teks di dalam Kitab Suci atau berdasar atas Hadits Nabi Muhammad SAW. Rumusan doa sudah sangat banyak. Rumusan dzikir juga sudah banyak. Tetapi dzikir yang sangat penting adalah kalimat tauhid.
Dzikir ini disebut kunci surga. Miftahul Jannah la ilaha illallah. Kunci surga dengan mengucapkan tidak ada Tuhan selain Allah. Jadi tidak salah jika kita banyak mengucapkan tahlil apakah dengan dibaca sendiri atau dibaca bersama-sama. Kalimat tauhid ini bisa dibaca di mana saja. Bisa di masjid, rumah, tempat kerja dan sebagainya. Yang tidak boleh hanya di toilet. Tidak usah ragu untuk membaca kalimat tauhid ini dimana saja dan kapan saja.
Berikutnya adalah membaca shalawat Nabi Muhammad SAW. Bisa dibaca yang panjang atau pendek. “Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad”. Nabi Muhammad SAW adalah satu-satu manusia yang diberikan oleh Allah otoritas untuk memberikan syafaat kepada manusia. Nabi-Nabi yang lain tidak diberikan hal tersebut. Makanya kita harus menjadi hamba Allah yang bisa dikenal oleh Nabi Muhammad dan caranya adalah dengan membaca shalawat. Allah dan malaikatnya saja membaca shalawat kepada Nabi Muhammad lalu kita tidak membacanya. Dzikir itu banyak sekali bacaannya. Semakin banyak berdzikir semakin menjadi tenang kehidupan kita. Ala bidzikrillahi tatmainnul qulub. Melalui dzikir kepada Allah, maka hati akan menjadi tenang.
Ketiga, katsir atau banyak. Iman yang benar sudah kita miliki, amal ibadah sudah dilakukan. Dzikir sudah menjadi kebiasaan, maka akhirnya kita masuk dalam golongan orang yang banyak amalan kebaikannya. “Wadzkurullaha katisran la’allakum tattaqun”. Yang artinya: “Dan berdzikirlah yang banyak mudah-mudahan menjadi orang yang bertaqwa”. Kita harus meyakini bahwa dengan iman yang benar, dengan ibadah yang benar dan banyak, maka kita akan menjadi orang yang banyak peluangnya untuk memasuki surganya Allah SWT.
Berbahagialah kita yang bisa menjadi goloangan orang Islam yang berpikir, berdzikir dan akhirnya katsir dalam peluang memasuki kebahagiaan di akherat. Surga Allah diperuntukkan orang yang melakukan three in one ini.
Wallahu a’lam bi al shawab.