• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

TIDAK ADA KEBAIKAN YANG SEMPURNA

TIDAK ADA KEBAIKAN YANG SEMPURNA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Ceramah agama dalam kultum bulan Ramadlan yang dilakukan oleh Ustadz Dr. Cholil Umam memang tidak Panjang. Pendek saja tetapi memiliki substansi yang luar biasa. Apa yang disampaikan menggambarkan tentang realitas keberagamaan kita dewasa ini di tengah kehidupan yang materialistic pada masyarakat yang religious. Ada paradoks yang nyata di dalam kehidupan kita sebagai masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat yang religious. Kultum di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency tersebut diselenggarakan pada Hari Rabo, 03/04/2024.

Ceramah ini mengungkap tentang pengalaman perjalanannya dari rumah sampai di Masjid Al Ihsan. Ada tiga hal yang disampaikannya, yaitu: pertama, kita perlu bersyukur kepada Allah SWT karena kita sudah menjalani puasa tahun ini. Alhamdulillah kita sudah puasa hari yang ke 23. Jadi puasa kita ini termasuk sepertiga akhir yang sebagaimana dijanjikan Allah adalah peribadahan yang akan menghalangi kita untuk masuk neraka. Kita semua harus bersyukur kehadirat Allah SWT karena diberikan kenikmatan Kesehatan, sehingga kitab isa melaksanakan puasa secara memadai. Di luar sana ada banyak orang Islam yang tidak bisa melakukan puasa, bisa karena disengaja atau karena sakit, tetapi kita diberikan kesehatan yang prima sehingga kita dapat melaksanakan puasa secara sempurna. Semoga puasa kita diterima oleh Allah SWT.

Kedua, dinyatakan di dalam perjalanan ke masjid Al Ihsan, maka di Rumah Makan Primarasa itu penuh sesak dengan mobil bahkan parkirnya penuh sampai meluber di jalan. Banyak sekali. Diyakini  pasti  itu ada acara buka bersama, yang sekarang ini sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat menengah perkotaan. Artinya yang hadir adalah orang-orang yang secara ekonomi berkemampuan hampir sama. Orang yang banyak uang. Lalu, kala sampai di depan Es Teler 77, maka diketahui ada seorang lelaki setengah baya yang berjualan sapu dan alat-alat rumah tangga. Dipastikan dia tidak melakukan shalat tarawih karena masih berjualan. Maka shadaqah diberikan kepada lelaki tersebut.

Pernah juga acara ada pengajian  di masjid Al Furqan, dan seharusnya diminta untuk berbuka bersama, akan tetapi sesudah acara di masjid harus mengisi acara lain yang tidak bisa ditinggalkan. Pada saat berjalan menuju ke tempat pengajian, maka ada seorang lelaki yang duduk di samping jalan dalam keadaan yang kurang sehat. Bingkisan tersebut diberikan kepadanya, sambil orang itu mengeluh sakit.

Di sini ada dilemma, apakah meneruskan perjalanan menuju pengajian atau harus mengantar orang yang sakit. Ini situasi yang paradoks. Jika mengantar orang ini, maka merasa bersalah karena tidak memenuhi undangan yang sudah disiapkan dalam waktu yang panjang dan kedatangan di pengajian tentu sangat penting. Tetapi harus meninggalkan orang itu dalam keadaan yang seharusnya ditolong untuk dibawa ke  puskesmas. Di dalam situasi rumit, maka seseorang harus memilih. Dan pilihannya adalah mendatangi pengajian dan mengabaikan orang yang sakit. Dua-duanya penting tetapi harus memilih salah satu. Dua-duanya kebaikan tetapi harus memilih satu kebaikan.

Inilah yang kemudian dikonsepsikan bahwa tidak ada kebaikan yang sempurna dan juga tidak ada kesalahan yang sempurna. Di dalamnya mungkin masih menyisakan sesuatu yang berada di antara keduanya. Masih ada kesalahan di dalam kebaikan dan masih ada kebaikan di dalam kesalahan. Jika terdapat dua hal yang sama-sama baiknya, maka manusia bisa memilih  mana yang dianggap terbaik.

Ketiga,  di dunia ini kita tidak boleh merasa paling baik sendiri. Sebab pasti ada kebaikan pada orang lain. Kita tidak boleh memonopoli kebaikan seakan-akan hanya kita saja yang baik. Sama halnya orang yang menyombongkan diri karena shalat dan amal ibadahnya dipastikan dialah yang akan menghuni surga. Seakan-akan surga itu dikaplingnya. Untuk masuk surga itu benar-benar haknya Allah. Makanya di dalam doa yang diminta adalah rahmatnya Allah SWT dan ridhanya Allah SWT. Allahuma inna nas aluka ridhaka wal Jannah wa na’udzu bika min sakhatika wan nar. Ya Allah sesungguhnya saya meminta kepada-MU keridalaan dan surga dan jauhkan kami dari siksa api neraka.

Terkadang kita juga berpikir, apakah yang mendapatkan malam lailatul qadar itu hanya orang yang bisa beri’tikaf di masjid saja. Apakah tidak ada peluang orang yang bekerja mencari makan dan berijtihad untuk memenuhi kebutuhan keluarganya itu tertutup peluangnya untuk mendapatkan malam lailatul qadar. Maka sesungguhnya terdapat peluang bagi siapa saja untuk mendapatkan keberkahan malam lailatul qadar. Orang yang bekerja sungguh-sungguh untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dilakukannya pekerjaan tersebut dengan ikhlas dengan tetap mengingat akan kekuasaan Allah, maka peluang tersebut dipastikan tetap terbuka.

Itulah sebabnya marilah kita semua berusaha untuk menjadi yang terbaik seraya mengharap ridha Allah semoga kita semua mendapatkan rahmad-Nya sehingga kita akan menjadi barisan dari ahli surga.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..