• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PUASA SEBAGAI PELATIHAN FISIK DAN JIWA

PUASA SEBAGAI PELATIHAN FISIK DAN JIWA

Prof. Dr. Nur Syam, MSI

Selama bulan puasa ini saya nyaris tidak banyak menulis dengan tema puasa. Hanya beberapa saja. Saya lebih banyak menulis tentang iman dalam konteks kehidupan umat Islam, meskipun bukan dalam konteks kajian teologis atau ilmu kalam. Itulah sebabnya, saya akan menulis tentang puasa dalam kaitannya dengan puasa sebagai medium pelatihan fisik dan jiwa.

Memang bisa terdapat beberapa  pertanyaan, apakah puasa sebagai pelatihan fisik dan jiwa memiliki sejumlah pengaruh di dalam kehidupan seorang muslim, ataukah puasa tidak memiliki dampak bagi kehidupan seorang muslim, apa ada  yang meningkat di dalam keyakinan dan ibadah kita kepada Allah atau stagnan saja iman dan ibadah kita kepada Allah. Tentu saja kita berharap bahwa puasa akan memberikan dampak bagi kehidupan seorang muslim, apakah dalam keimanan, ritual dan relasi sosialnya. Ini harapan kita. Tetapi terkadang harapan itu tinggal harapan dan puasa ternyata tidak mengubah apapun. Puasa menjadi ritual tahunan rutin atau upacara liminal dan kita melakukannya sebatas sebagai upaya untuk menggugurkan kewajiban.

Seharusnya, secara teologis kita menjalankan puasa sebagai kebutuhan. Kita yang memerlukan puasa. Sama sekali bukan Tuhan atau Nabi Muhammad SAW yang membutuhkan kita berpuasa. Puasa itu kebutuhan kita, keperluan kita. Jadi kitalah yang harus proaktif untuk menjalankannya. Puasa akan membuat hidup kita semakin bermakna, baik dari sisi kesehatan fisik, kesehatan mental dan kesehatan roh.

Ada dua  hal yang saya jelaskan di dalam tulisan ini, yaitu: pertama, benarkah puasa dapat menjadi instrument untuk membuat pelakunya semakin sehat. Jawabannya berasal dari para dokter yang melakukan penelitian tentang fasting. Ternyata puasa bisa menjadi perangkat untuk semakin sehat. Dengan perubahan pola makan dari makan di siang hari ke makan di malam hari, maka secara langsung akan membuat pencernaan kita istirahat dari mengolah bahan makanan seperti karbohidrat dan protein untuk dijadikan sebagai nutrisi  lalu diproduk untuk menjadi potensi kekuatan tubuh. Karbohidrat yang berlebihan dan protein yang berlebihan akan bisa menyebabkan terjadinya lemak, termasuk lemah jenuh.

Jika di dalam tubuh terdapat banyak lemak jenuh, maka akan terjadi kolesterol atau asam urat. Dalam jangka panjang akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan akan terjadi penyumbatan. Maka berpeluang terjadinya penyakit jantung coroner atau stroke. Puasa yang dilakukan siang hari akan menyebabkan lemak-lemak jenuh yang berada di pembuluh darah akan dijadikan sebagai bahan makanan. Jadi terdapat proses  pembersihan pada pembuluh darah. Makanya, pembuluh darah akan kembali menjadi bersih. Di kala tidak terdapat protein dan karbohidrat di dalam tubuh karena tidak ada asupan makanan, maka lemak jenuh itulah yang akan dijadikan sebagai asupan oleh tubuh. Itulah sebabnya, tubuh akan menjadi sehat di kala puasa. Hal ini sebagai kenyataan atas sabda Nabi Muhammad SAW bahwa: “shumu tasihhu”  atau berpuasalah agar kamu sehat.

Sekarang dikenal satu system puasa yang disebut sebagai intermitten fasting atau puasa selang seling. Puasa ini dijadikan sebagai sarana bagi orang yang berkeinginan untuk mengurangi lemak darah sebagai penyebab kolesterol atau asam urat atau gula darah berlebih atau diabetes. Berdasarkan pengalaman puasa seperti ini, ada yang 20 jam ada yang 72 jam tidak makan karbohidrat dan protein, hanya boleh minum air putih, maka gula darah akan menurun drastic. Hal ini tentu sesuai dengan hasil penelitian para dokter, bahwa puasa memang signifikan untuk kepentingan menurunkan gula darah dan juga kolesterol. Di antara sunnah Nabi Muhammad SAW dikenal puasa Senin dan Kamis, atau bahkan yang dikenal sebagai puasa Dawud, yakni sehari puasa sehari berbuka. Dengan demikian, ajaran puasa sangat masuk akal atau rasional dan sesuai dengan kajian sains dewasa ini.

Kedua, puasa untuk kesehatan rohani atau jiwa dan roh. Di dalam salah satu ungkapan dinyatakan bahwa: qalbun salim fi jismin salim atau hati atau jiwa yang sehat terletak pada badan yang sehat. Artinya bahwa manusia yang sehat rohani atau jiwa dan rohnya adalah orang yang sehat jasmaninya. Secara tidak langsung bisa dinyatakan bahwa puasa  bisa menyebabkan seorang pelakunya menjadi sehat fisiknya tentu juga akan menjadi sehat rohaninya.

Puasa merupakan pelatihan kesabaran, sebab makna puasa adalah menahan diri dari melakukan semua tindakan yang membatalkan puasa. Misalnya nafsu makan, minum dan nafsu seksual akan dapat dieliminasi dengan puasa. Orang diajari untuk bersabar. Jika keinginannya siang hari maka tunggu nanti malam saja. Masih ada waktu yang tersedia untuk memenuhi hasrat biologis dimaksud. Jika seseorang yang sedang berpuasa diajak melakukan kejelekan atau kemungkaran, maka bisa menyatakan bahwa “saya sedang berpuasa”. Tidak berarti bahwa kalau tidak berpuasa boleh melakukannya, akan tetapi puasa dapat menjadi barometer yang membedakannya dengan orang yang permisif dalam tindakan.

Makanya benar apa yang dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW: “ashiyamu junnah” atau “puasa adalah perisai”. Penghalang untuk melakukan tindakan yang tidak berada di dalam koridor ajaran Islam. Dengan demikian, maka sesungguhnya puasa dapat menjadi instrument untuk mengajari fisik dan batin kita agar selalu berada di dalam substansi ajaran Islam, yakni berbuat baik kepada Allah, kepada manusia dan kepada alam sekalipun.

Dengan demikian, orang yang berpuasa akan memperoleh dua kebahagiaan sekaligus, yaitu kebahagiaan fisikal dan rohani dan sekaligus kebahagiaan karena akan berjumpa dengan Allah kelak di alam surga.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..