• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

IMAN TANPA KERAGUAN

IMAN TANPA KERAGUAN

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Akhir-akhir ini ada keenderungan yang kuat untuk menulis tentang iman,  tetapi bukan dalam perspektif ilmu kalam, tetapi lebih kurang dari perspektif sosiologis atau antropologis. Tentu saja, sebab saya bukanlah ahli ilmu kalam dengan kerumitan tentang bagaimanakah Allah itu. Biarlah hal ini menjadi pembicaraan di kalangan ahli teologi saja. Saya akan lebih menyoroti hal yang doktriner atau yang empiris, bagaimana orang mengekspresikan tentang keyakinannya dimaksud.

Iman itu sesuatu yang misterius, sebagaimana ajaran agama juga mesti harus ada hal-hal yang misterius. Jika ajaran agama lalu semuanya masuk akal atau rasional, maka agama akan menjadi ilmu pengetahuan. Jika demikian, maka agama tidak lagi menjadi ajaran Tuhan yang penuh dengan kesakralan dan kemisteriusan. Para ahli antropologi, sosiologi dan psikhologi juga sampai pada pandangan bahwa agama itu sesuatu yang misterium tremendum et fascinosum. Agama itu penuh dengan misteri yang menyenangkan dan menakutkan.

Sebagai yang misterius tentu tidak semuanya bisa dirasionalkan. Harus tetap ada yang tersisa. Yang tersisa itu adakah bagaimana dzat Tuhan, Sifat da af’al Tuhan atas dunia dan seisinya. Bagaimana Tuhan menciptakan tata surya yang sedemikian hebat, teratur dan mengagumkan. Bagaimana Tuhan merekayasa keberadaan manusia dari tidak ada menjadi ada. Bagaimana proses awalnya dan bagaimana proses akhirnya.

Manusia diciptakan Allah dari sari pati tanah. Jika di masa sesudahnya melalui pembuahan benih sperma ke ovum dalam rahim perempuan, maka bagaimana kala penciptaan manusia pertama. Di sini lalu banyak teori, misalnya teori evolusi Darwin, yang menyatakan bahwa ada proses perubahan dari jenis primate yang kemudian berevolusi menjadi manusia. Meskipun ada missing link dari makhluk non manusia kemudian menjadi manusia, namun ini adalah ijtihad yang dilakukan oleh seorang manusia untuk memberikan penjelasan atas asal usul manusia.

Kajian ilmiah seperti ini ternyata tidak mampu menjelaskan asal usul manusia yang berasal dari primate dan kemudian menjadi manusia. Berbagai kajian berikutnya tidak mampu menjawab atas missing link yang terputus. Misalnya, perkembangan otak dan fisik yang menjadi sempurna, dan sebagainya. Tetap menyisakan misteri yang tak terjawab.

Kemudian manusia mengembangkan cara untuk memahami Tuhan lewat ciptaannya. Ditemukan berbagai teleskop untuk menjawab akan keteraturan alam dan kerumitannya sekaligus. Dari kajian sains ditemukan bahwa alam memang teratur dan sesuatu yang teratur tentu tidak bisa terjadi dengan sendirinya.  Dipastikan  ada supreme being atau rasio agung yang menciptakannya atau super intelek atau super mind, yang tentu harus melebihi apa yang diciptakannya.

Meskipun kajian-kajian sains telah membuktikan tentang adanya Tuhan sebagai pencipta, tetapi tetap saja ada orang yang meragukan keberadaan atau eksistensi Tuhan. Mereka masih beranggapan bahwa Tuhan tidak bisa diyakini keberadaannya, atau sekurang-kurangnya memberikan alternatif orang boleh percaya boleh tidak. Bagi yang percaya tentang Tuhan adalah kaum beragama dan yang tidak percaya atau meragukan keberadaannya tentu bisa disebut seorang atheis atau agnostic.

Iman kepada Tuhan memang bukan dan tidak akan pernah bisa dibuktikan secara empiris, karena Tuhan adalah Yang Maha Gaib. Ghaibul ghuyub. Kegaiban dari seluruh kegaiban. Sains tidak akan mampu menjelaskan Tuhan berbasis pada kajiannya. Yang dikaji dalam sains adalah wujud-wujud yang alami atau natural yang bersifat luar biasa, sejauh akal bisa menjangkaunya melalui peralatan seperti teleskop, bagaimana alam dan tata suryanya tersebut diadakan. Meskipun dengan telescope yang paling canggihpun tentu tidak akan dapat mendeteksi bagaimana Tuhan tersebut dan dimanakah Tuhan tersebut. Sejauh yang bisa dikaji adalah jejak-jejaknya yang berupa tata surya dengan segenap galaksi  dan keberadaan benda-benda langit dan lainnya di dalam jagat raya.

Jika Tuhan kemudian bisa dibuktikan dengan perangkat sains,  maka keberadaan Tuhan itu sudah bukan misteri lagi. Tuhan tidak lagi menempati ruang kegaiban karena kegaiban tersebut telah diacak-acak oleh sains yang diciptakan manusia. Inilah ketidakmungkinan bagi Tuhan untuk dikaji secara empiris, karena Tuhan bukan sesuatu yang empiris. Jadi biarkanlah Tuhan berada di dalam ruangnya yang misterius agar manusia terus mencari dan mencarinya. Sekali lagi, ada manusia yang menemukannya dan ada manusia yang tidak mampu menemukannya.

Di sinilah factor hidayah atau petunjuk atau bisikan gaib tersebut berperan. Ada orang yang sudah dibentangkan tanda-tanda kekuasaan Allah melalui sains dan kemudian berikrar untuk menyatakan:  “la ilaha illallah Muhammadur Rasulullah”, atau “Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”, dan ada yang tidak sampai kepada perolehan bisikan gaib di dalam hatinya sehingga hatinya tetap berada di dalam keyakinan sebelumnya, baik keyakinan adanya Tuhan dalam konsepsi agama selain Islam dan ada yang tetap berada di dalam keraguan.

Allah sudah membentangkan tanda-tanda keberadaannya melalui hipotesis keberadaan-Nya, dengan ayat-ayat Alqur’an yang “rasional” atau ayat-ayat kauniyah atau ayat alam semesta dan juga ada ayat-ayat yang hanya dapat dipahami dengan penglihatan mata batin atau ainun bashirah, yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Hanya orang-orang khusus yang memiliki kedekatan khusus dengan Allah saja yang bisa melakukannya, karena mendapatkan keridlaan dari-Nya.

Bagi orang awam seperti kita, maka yang penting adalah meyakini dengan sepenuh hati dengan segenap pikiran, rasa, hati dan batin  bahwa Allah itu adalah Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Rahman dan Rahim, Yang Maha Pencipta, Yang Maha Kuasa dan sebagainya. Tuhan yang memiliki kekuasaan yang berbeda dengan hambanya, Tuhan yang Maha Kasih Sayang yang berbeda dengan hambanya, Tuhan yang Maha Pencipta yang berbeda dengan ciptaannya dan Tuhan yang Maha Tunggal sama sekali tidak berbilang, “qul huwallahu ahad”, “Katakan Muhammad bahwa Tuhan itu esa”.

Saya ingin menyatakan bahwa jangan pernah ada keraguan sebiji dzarrah pun tentang keberadaan Allah sebagai Rab dan Ilah dari kita semua. Tuhan yang selamanya akan tetap misterius, sampai nanti kala di surga,  maka Allah berjanji akan menemui orang yang berpasrah diri kepada-Nya atau menjadi muslim.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..