• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

AMAL SHALIH SEBAGAI TOLOK UKUR KEHIDUPAN

AMAL SHALIH SEBAGAI TOLOK UKUR KEHIDUPAN

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Sebagaimana biasanya, maka setiap malam pada malam Ramadlan dilakukan acara kultum atau kependekan dari kuliah tujuh menit sebagai bagian dari acara ritual shalat tarawih dan witir yang nyaris dilakukan oleh  masyarakat di seluruh Indonesia. Saya tidak tahu kapan istilah kultum itu dipakai sebagai istilah public untuk menandai ceramah agama yang dilakukan secara rutin dalam waktu yang tidak panjang. Kira-kira berkisar 15-20 menit saja.

Di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya juga diadakan acara kultum pada setiap malam pada Bulan Ramadlan. Acara yang melekat pada ritual tarawih dan witir. Kali ini, 27/03/2024, yang memberikan ceramah agama adalah Ustdz Dr. Cholil Umam, Dosen Program Studi Bimbingan Konseling Islam pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Ceramahnya tidak panjang tetapi mengena dan sesuai dengan kebutuhan siraman rohani pada jamaah masjid tersebut. Tema ceramahnya adalah kata ahsan. Disampaikannya ahsan itu mirip nama masjid ini, Al Ihsan. Ada tiga hal yang disampaikannya, yaitu:

Pertama, fi Ahsani taqwim. Manusia itu diciptakan Allah sebagai sebaik-baik makhluk. Manusia itu dibandingkan makhluk lainnya di dunia ini dinyatakan oleh Allah sebagai sebaik-baik makhluk. Karena manusia memiliki kelengkapan inteligensi yaitu inteligensi rasional, inteligensi emosional, inteligensi social dan inteligensi spiritual.

Jadi kita ini makhluk terbaik. Makanya manusia itu juga harus berpenampilan yang baik. Supaya menjadi lebih baik. Kita punya baju yang baik, kita punya sarung yang baik, kita punya kopyah yang baik, kita punya celana yang baik, maka yang baik-baik tersebut harus dipakai. Yang baik tidak mesti yang baru. Yang baik di dalam agama itu adalah kebersihannya dan keterbebasannya dari najis. Kalau sarung tidak harus bermerek BHS.

Oleh karena itu, jika kita shalat hendaknya dipakai pakaian yang terbaik, yang bersih dan tidak ada najisnya. Islam mengajarkan: “annadhofatu minal iman”, kebersihan merupakan sebagian dari iman. Kita menjadi senang jika melihat seseorang yang pakaiannya bersih, rapi, potongan rambutnya rapi, jika berkumis ditata yang rapi, kalau berjenggot juga rapi.  Tentu  saja semua itu menggambarkan tampilan terbaik bagi umat Islam.

Kedua, ahsanu qaulan atau perkataan yang terbaik atau sebaik-baik perkataan. Islam itu mengajarkan kepada  kita agar tutur kata kita merupakan  perkataan yang baik. Perkataan yang membuat orang lain sebagai lawan bicara  menjadi senang dan bahagia. Kalau kita berkata, maka  perkataan kita adalah perkataan yang lemah lembut yang membuat orang yang menjadi lawan pembicaraan itu menjadi senang dan bahagia. Kita memang harus berhati-hati di dalam berbicara. Terkadang tidak kita sadari bahwa pembicaraan kita ternyata menyakitkan hati orang. Pembicaraan tersebut dapat membuat orang tidak nyaman. Oleh karena itu setiap pembicaraan harus selalu  terukur kebaikannya. Perkataan demi perkataan yang kita ucapkan harus sesuai dengan berutur kata yang baik. Terkadang kita juga harus diam. Sebagaimana hadits Nabi  Muhammad SAW: falyaqul  khairan auliyasmuth, berkatalah yang baik atau lebih baik diam. Makanya ada yang menyatakan diam itu emas. Kita itu hidup dalam relasi social yang kompleks. Makanya kita harus hati-hati dan menjaga diri terutama dalam bertutur kata agar persahabatan atau perkawanan dengan orang lain itu akan terus berlangsung dengan kebaikan-kebaikan.

Ketiga, ahsanu amalan atau sebaik-baik amal perbuatan. Amal perbuatan itu tidak hanya amal perbuatan yang ditujukan kepada umat manusia tetapi juga amal perbuatan untuk Allah SWT. Amal perbuatan yang ditujukan kepada manusia adalah amal perbuatan yang berupa kebaikan yang mendahulukan kemaslahatan umum artinya bahwa perbuatan tersebut bisa membuat orang yang terkenai perbuatan menjadi senang.

Perbuatan yang kita lakukan tersebut memiliki makna kebaikan tidak hanya untuk diri kita tetapi juga untuk orang lain. Di dalam Bahasa Jawa dinyatakan: “wong liyo melu gumuyu” atau orang lain ikut menikmati dengan tersenyum. Perbuatan  kepada orang lain tersebut didasari oleh ajaran Islam. Sebuah perbuatan yang tidak menyakitkan orang, yang tidak menyusahkan orang dan perbuatan yang tidak membawa dampak buruk bagi orang lain. Jika kita ditakdirkan kaya, maka dalam relasi social kita tidak angkuh, sombong atau merasa yang paling hebat. Jika ditakdirkan menjadi pejabat, maka yang dilakukan adalah untuk kepentingan umat. Jika membuat kebijakan public, maka kebijakan tersebut berguna dan bermanfaat bagi orang lain atau rakyat.

Contoh lainnya, jika kita kaya maka kita mengeluarkan sedekah, infaq dan zakat. kita dapat  berbagi dengan orang lain yang membutuhkan. Sebagian harta kita  ada milik kaum dhuafa’, maka harus dikeluarkan sesuai dengan kadar kemampuan yang dimiliki. Contoh lainnya, jika ada orang yang kesulitan ekonomi maka bisa dibantu sesuai dengan kemampuan. Sedekah itu bisa menghilangkan bala’ sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: ashshadaqatu tadfa’u lil bala’ atau sedekah itu dapat dapat menghindarkan dari bala’ atau menghilangkan kesulitan, kesusahan dan mara bahaya. Orang yang bahagia adalah orang yang bisa terhindar dari kesulitan besar atau kecil.

Ketiganya tidak berdiri sendiri-sendiri tetapi three in one. Ketiganya merupakan system yang saling terkait. Tidak bisa dipisah-pisah tetapi harus menjadi satu kesatuan. Oleh karena itu, orang yang baik adalah orang yang penampilannya baik atau menyenangkan orang, perkataan yang terbaik sehingga merasa senang bergaul dengannya dan perilakunya juga yang terbaik atau membawa manfaat bagi orang lain.

Sesungguhnya Allah menciptakan manusia untuk saling bergaul dengan kebaikan. Manusia harus mengedepankan kebaikan-kebaikan dalam relasi social. Oleh karena itu, jika kita menginginkan kebaikan dari orang lain, maka kita juga harus melakukan kebaikan kepada orang lain. Jika kita dapat melakukannya, maka kehadiran kita akan dirindukan orang, kehadiran kita dinantikan orang dan kita akan dapat merasakan kebahagiaan bersama-sama.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..