• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

NIKMAT IMAN YANG TAK TERNILAI

NIKMAT IMAN YANG TAK TERNILAI

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Iman kepada Allah merupakan substansi di dalam ajaran Islam. Yang lain-lain merupakan konsekuensi atas keimanan kita kepada Allah dimaksud. Jadi, kalau orang sudah beriman kepada Allah lalu baginya terdapat kewajiban sebagai umat Islam yang harus dipenuhi. Sebagai substansi maka iman merupakan urusan batin atau hati manusia, tetapi berimplikasi atas lesan, pikiran dan tindakan. Iman merupakan inti dari semua tindakan di dalam beragama.

Manusia dapat hidup karena tiupan roh dari Allah. Artinya, bahwa di dalam diri manusia sesungguhnya terdapat esensi ketuhanan. Makanya di dalam diri manusia sesungguhnya terdapat kesamaan antara Roh manusia dengan esensi ketuhanan. Jadi manusia mestilah memiliki keyakinan akan keberadaan Tuhan. Ada gelombang yang sama antara manusia yang mendapatkan tiupan roh dari Allah dengan keberadaan Allah. Di dalam diri manusia terdapat gelombang ketuhanan.

Hanya saja, gelombang ketuhanan tersebut bisa tereduksi di dalam pengaruh kehidupan duniawi. Di dalam sebuah cerita tentang Malaikat Harut dan Marut yang diturunkan ke bumi dan dilengkapi dengan instrument kemanusiaan, maka kedua Malaikat tersebut lalu berlaku seperti manusia yang memiliki hawa nafsu. Dan akhirnya nafsu amarah atau nafsu biologisnya yang mengedepan dan menjadi malaikat yang terpenjara di dalam kekhilafan. Padahal semula adalah malaikat yang hanya memiliki kepatuhan dan ketundukan kepada Allah saja. Begitulah pengaruh dunia atas nafsu manusia. Meskipun manusia sudah pernah berjanji akan keberadaan Tuhan sewaktu di alam roh, akan tetapi kemudian berpaling dari kepercayaannya tersebut karena factor duniawii.

Allah melambangkan orang yang dipengaruhi harta sebagai Qarun, orang yang dipengaruhi oleh kekuasaan seperti Namrudz, atau orang yang dipengaruhi oleh pemahaman ashabiyah seperti Ibnu Muljam dan sebagainya. Jika Qarun dan Namrudz memang orang yang tidak percaya Tuhan Allah karena dua-duanya menciptakan Tuhannya sendiri, maka Ibnu Muljam adalah orang yang sangat mempercayai keberadaan Allah bahkan guru ilmu Alqur’an, namun akhirnya harus membunuh Sayyidina Allah Karramahullahu wajhah karena faksi politik yang terjadi kala itu.

Berdasarkan atas cerita ini, maka bisa dipahami bahwa ada iman yang tidak menyelamatkan, dan ada yang tidak beriman yang memang tidak terselamatkan. Orang beriman kepada Allah dengan segala atribut keimanan yang sudah dilakukannya, tetapi menjadi tidak selamat sebab terlalu mengagungkan pembenaran atas perilakunya sendiri. Truth claimed yang berlebihan memang bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Sebenarnya kita termasuk orang yang beruntung. Kita bisa mengaktualkan iman yang sudah kita perjanjikan dengan Allah. Kala kita hidup di dunia, maka kita beriman kepada Allah tanpa bertanya apakah dzat Allah itu, terdiri dari apa dzat Allah itu dan tidak bertanya bagaimana Allah itu menciptakan tata surya dengan segala kelengkapannya. Cukup bagi kita bahwa Allah itu Maha Kuasa, Allah itu Maha Mencipta, Allah itu Maha Tahu, Allah itu Maha Kasih Sayang  dan sejumlah sifat yang melekat atas kekuasannya. Yang  dibuktikan adalah produk di dalam tata surya dengan menggunakan perangkat teknologi telescope untuk mengamati tata surya dan segenap galaksi yang terdapat di dalamnya.

Mari kita bayangkan ada sekian banyak orang yang mendapatkan petunjuk melalui jalan berliku penuh dengan cobaan. Saya ingin mengambil contoh istrinya almarhum Adjie Massaid, Angelina Sondakh mantan Putri Indonesia, yang mendapatkan hidayah untuk masuk Islam. Begitu masuk Islam,  maka silih berganti cobaan dan penderitaan yang dialaminya. Suaminya tiba-tiba meninggal sewaktu main futsal, lalu tersandung kasus yang mengharuskannya mendekam di penjara dalam waktu yang sangat lama, 12 tahun, sementara anaknya masih kecil. Untungnya, Angelina ini berada di dalam keluarga yang memiliki pemahaman agama yang lentur meskipun keluarganya beragama Kristen. Begitu dahsyatnya cobaan yang dialaminya. Tidak terbayangkan bagaimana penderitannya tersebut. Dari seorang perempuan yang menjadi idola perempuan Indonesia karena kecantikannya, menjadi anggota DPR yang berwibawa,  lalu harus terjerembab di dalam kehinaan menjadi narapidana.

Namun keyakinannya akan agama Islam sama sekali tidak luntur. Di dalam penjara itu Anggi justru belajar agama, belajar mengaji Alqur’an dan melakukan ibadah sebagaimana yang diwajibkan di dalam Islam. Untuk menjadi muslim ternyata harus melalui jalan yang sangat berliku penuh tantangan dan tidak mudah untuk melampauinya. Tetapi hidayah tersebut sudah melekat di dalam jiwa dan batinnya sehingga tidak menggoyahkannya untuk kembali kepada keyakinan lamanya.

Inilah iman yang sangat misterius. Keyakinan akan adanya Tuhan yang sudah dilampaui manusia dalam kurun waktu 4.000 tahun sebelum masehi hingga sekarang. Iman yang menjadikan manusia melakukan kebaikan dengan semangat beribadah kepada Tuhan dan etos relasi social yang baik dengan sesama manusia dan juga etika atas pentingnya menjaga ekosistem alam yang baik dan membawa manfaat bagi kemanusiaan.

Kita ini orang yang tanpa berjuang sudah menjadi orang Islam. Kita menjadi muslim tanpa berjuang untuk menjadi muslim. Iman kita itu  given atau diberikan begitu saja oleh Tuhan  Allah kepada kita. Iman yang tidak dicapai by achievement. Iman yang dilalui dengan perjuangan yang sangat berat, tetapi iman yang kita dapatkan karena factor orang tua dan lingkungan kita.

Oleh karena itu sudah sepantasnya jika kita bersyukur kepada Allah yang telah memberikan iman itu kepada kita. Iman yang kita peroleh tanpa perjuangan. Kita sudah menjadi muslim bahkan sebelum lahir. Kala lahir sudah diadzani, diajari shalat kala usia enam tahun, belajar Alqur’an pada usia enam tahun dan bahkan bisa mengikuti Pendidikan agama di Pondok pesantren.  Alangkah nikmatnya kita ini telah menjadi muslim semenjak kita lahir, dan coba dibayangkan dengan orang yang di kala dewasa baru memperoleh hidayah dan melalui jalan yang sangat berliku.

Marilah iman yang sudah menjadi bagian di dalam hidup itu  kita pelihara, kita pertahankan dan kita tingkatkan kapasitasnya melalui berbagai macam cara untuk memelihara, mempertahankan dan meningkatkannya. Insyaallah kita adalah orang yang selamat karena keimanan kita kepada Allah SWT.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..