• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENJADI UIN DI ERA KOMPETISI

 Untuk menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) tantangan IAIN Sunan Ampel (IAIN SA)  tidak hanya berasal dari kalangan internal, artinya dari warga IAIN SA seperti para dosen dan guru besar yang masih melihat dunia pendidikan hitam putih, akan tetapi juga datang dari kalangan  eksternal, artinya banyaknya instansi yang harus dilewati untuk perubahan kelembagaan tersebut. Memang tidak mudah melakukan  perubahan dari status quo ke progresivitas, terutama yang menyangkut perubahan mindset tersebut.

Untuk  berubah menjadi UIN, maka pemikiran warga IAIN SA terpilah menjadi tiga kelompok. Pertama, mereka yang menolak perubahan ke arah UIN. Jumlah yang menolak berubah menjadi UIN, tentunya sangat sedikit. Mereka ini adalah sekelompok warga IAIN SA  yang menganggap bahwa perubahan menjadi UIN hanya akan meminggirkan ilmu-ilmu agama Islam. Kelompok ini yang sering berpikir sebagaimana sering diungkapkannya, bahwa dalam kasus Universitas Islam Indonesia (UII) yang pada mulanya diharapkan menjadikan Ilmu Keislaman sebagai keunggulannya, akan tetapi ternyata justru sebaliknya. Fakultas Ilmu Agama justru menjadi beban bagi fakultas lainnya. Fakultas Agama justru menjadi fakultas yang didonasi oleh fakultas-fakultas lainnya. Makanya, kelompok ini selalu menganggap bahwa menjadi UIN berarti akan meminggirkan ilmu-ilmu keislaman. Bagi kelompok ini, bahwa harus tetap ada suatu institusi yang memiliki kekhususan dalam mengembangkan ilmu keislaman. Dan  itu tidak lain adalah IAIN.

Kedua, mereka yang ragu-ragu menerima perubahan. Di dalam menghadapi perubahan ini, maka masih  ada   guru besar yang menghambat, misalnya dengan pernyataan apakah tidak sebaiknya bertanya dahulu kepada para sesepuh, kyai dan ulama Jawa Timur. Mungkin saja maksudnya baik, bahwa perubahan apapun harus dikonsultasikan dahulu dengan orang yang dianggap bisa memberikan pertimbangan. Artinya, tanpa pertimbangan dari mereka yang dianggap patron, maka perubahan itu dianggapnya kurang pas. Mereka ini menjadi tidak percaya diri, jika perubahan tersebut dilakukan tanpa  mengambil input dari orang lain.

Ketiga, mereka yang pro perubahan dari IAIN menjadi UIN. Mereka ini adalah warga IAIN SA yang rata-rata memiliki sejumlah alasan untuk mengembangkan dunia pendidikan Islam ke ranah yang lebih luas. Mereka adalah para guru besar dan juga doktor-doktor muda yang memang menghendaki ladang permainan yang lebih luas. Mereka yang pro perubahan ini adalah mereka yang menganggap bahwa perubahan menjadi UIN adalah sebuah pilihan rasional yang memang harus dilakoni dewasa ini. Kebanyakan mereka memang orang yang memiliki konsern terhadap pengembangan SDM yang memiliki variasi keahlian, tetapi tetap berada di dalam koridor Islam yang seharusnya. Dalam banyak hal diungkapkan, bahwa alangkah indahnya ada sarjana matematika tetapi memiliki kemampuan keagamaan yang sangat bagus. Alangkah hebatnya jika ada sarjana tehnik yang memiliki kemampuan keislaman yang sangat hebat.

Ini tentu saja adalah gambaran tentang pilihan rasional dari mereka yang pro perubahan.

Memang harus diakui bahwa tantangan IAIN SA ke depan semakin besar. Tantangan itu tidak hanya datang dari UIN, IAIN, STAIN atau PTAIS, akan tetapi juga Perguruan Tinggi Umum (PTU) yang mulai melirik pasar pendidikan keislaman. Tantangan ini bukan mudah untuk diatasi. Sebab PTU yang mengincar market kajian keislaman ini adalah PTU yang memiliki reputasi sangat baik di mata masyarakat. Dan seperti biasanya, bahwa masyarakat juga akan lebih cenderung untuk memasuki lembaga pendidian tinggi yang cenderung memiliki nama besar. Maka pogram studi Islamic Studies yang dikelola oleh PTU, seperti UGM, UI, Universitas Airlangga, UNJ dan sebagainya dianggap lebih unggul dari UIN, IAIN atau STAIN.

Tantangan di era kompetisi PT tentu tidak akan dapat dihindari. Maka menjadi penting untuk berpikir ulang, apakah yang selayaknya dilakukan di era kompetisi PT di era sekarang. Dan jawabanya adalah perubahan yang mengarah pada penguatan dan pengembangan kelembagaan.

Jadi, di tengah pro dan kontra mengenai perlu atau tidaknya berubah menjadi UIN, maka jawabannya adalah perubahan tersebut harus dilakukan agar institusi ini lebih survive di masa yang akan datang.      

Wallahu a’lam di al shawab.

Categories: Opini