ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Di dalam pengajian Selasanan di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency pada 05/03/2024, maka saya ikut memberikan penjelasan atas ceramah agama yang disampaikan oleh Ustadz Sahid dengan tema Puasa Full Cinta, sebagaimana yang sudah saya unggah di nursyam.uinsby.ac.id dan juga sudah saya share di komunitas WAG yang saya terlibat di dalamnya.
Saya memberikan penjelasan bahwa ajaran-ajaran Islam yang selama itu menjadi doktrin atau berada di dalam wilayah keyakinan, akan tetapi lama kelamaan akhirnya bisa dibuktikan secara saintifik. Ajaran Islam yang semula diyakini saja keberadaannya, akhirnya melalui kajian ilmiah berhasil dibuktikan. Sungguh Allah SWT telah memberikan peluang bagi ahli sains untuk memberikan justifikasi bahwa ajaran Islam benar dan ada yang relevan dengan kajian ilmiah.
Di dalam Islam terdapat dua aspek ajaran yaitu ajaran doctrinal dan ajaran tentang pemikiran. Yang doctrinal adalah ajaran inti di dalam Islam yang terkait dengan doktrin-doktrin agama. Tentang Tuhan, tentang Malaikat, tentang Rasul, tentang Hari qiyamat, tentang Roh dan tentang takdir adalah berkaitan dengan doktrin yang mau tidak mau orang harus percaya. Tidak perduli masuk akal atau tidak, rasional atau tidak. Yang diwajibkan adalah mempercayai kebenarannya. Inilah kebenaran mutlak yang manusia beragama tidak boleh meragukannya. La raiba fihi. Ada dunia kegaiban yang manusia harus meyakininya dengan sepenuh hati, jiwa dan raga.
Namun demikian ada juga yang mengandung dimensi kebenaran akal atau ratio kita membenarkannya. Misalnya ajaran etika untuk mengajarkan relasi antar manusia, maka rasio kita membenarkannya. Melalui ajaran etika maka manusia memiliki kesopanan, manusia memiliki tata cara untuk saling berkomunikasi dan manusia memiliki kemampuan untuk menyatakan mana relasi social yang boleh dan mana yang tidak. Di dunia ini ada banyak etika social yang didasari oleh ajaran agama. Dunia menjadi teratur yang salah satunya didasarkan atas ajaran agama, misalnya ajaran kasih sayang, saling memberi dan ajaran untuk berbuat baik.
Di dalam kaitannya dengan mukjizat para Nabi atau Rasul juga merupakan kejadian yang tidak masuk akal manusia. Ada mu’jizat yang akal manusia tidak mampu untuk memikirkannya. Salah satu kelebihan Nabi atau rasul adalah dikaruniai dengan mu’jizat yang melampaui batas akal manusia. Misalnya Nabi Isa dapat menghidupkan orang yang wafat, Nabi Sulaiman dapat berbicara dengan binatang, Nabi Musa dapat membelah laut dengan tongkatnya, Nabi Ibrahim tidak terbakar karena api, Nabi Muhammad SAW dapat membelah bulan, dan kalam Allah Alqur’an yang hanya bisa dijelaskan dengan “kata” sebagai mu’jizat.
Alqur’an inilah yang banyak bercerita tentang kejadian-kejadian yang disebut sebagai mu’jizat. Alqur’an sebagai Kitab Suci banyak menceritakan tentang kejadian masa lalu, misalnya tentang jasad Fir’aun yang berada di pantai Laut Merah, Bulan terbelah, isra’ dan mi’raj, malam lailatul qadar, dan Nabi Ibrahim yang tidak mempan dibakar oleh Raja Namrud dan lain-lain. Ada banyak kejadian aneh yang terdapat di dalam Alqur’an yang menggambarkan tentang dunia mu’jizat yang penuh misteri. Dan sebagaimana dipahami bahwa tidak semua mu’jizat tersebut dapat dijelaskan dengan akal manusia melalui penelitian di bidang sains.
Namun demikian, semakin banyak fenomena mu’jizat Nabi yang bisa dijelaskan dengan penjelasan sains. Ada banyak ahli sains yang menjadi muslim setelah melakukan kajian yang mendalam tentang informasi di dalam Alqur’an. Ada beberapa yang fenomenal, misalnya dibenarkannya bahwa Fir’aun itu mati di laut sebab di dalam mulutnya terdapat kandungan garam yang tidak mungkin itu terjadi pada manusia yang tidak tenggelam di laut. Di dalam studi yang dilakukan oleh Maurice Buchaile maka dipastikan bahwa Fir’aun yang semasa dengan Nabi Musa itu tenggelam di laut kala Fir’aun tersebut mengejar Nabi Musa yang menyeberangi laut Merah dalam pelariannya dari Mesir ke Palestina. Kala Nabi Musa menyeberangi laut, maka Fir’aun dan bala tentaranya mengikutinya, akan tetapi akhirnya Fir’aun dan tentaranya tenggelam di laut, dan jasad Fir’aun tersebut terkubur di pantai dan ditemukan dalam studi untuk diawetkan. Kala Buchaille menelitinya maka sampai kesimpulan bahwa Fir’aun tersebut memang tenggelam di laut. Dalam waktu 400 tahun barulah mu’jizat Nabi Musa tersebut terkuak dan menjadi penyebab masuk Islamnya Buchaille.
Yang juga tidak kalah menarik adalah kebenaran mu’jizat Nabi Muhammad tentang bulan terbelah. Di masa Nabi Muhammad SAW hal tersebut menjadi mu’jizat sampai kemudian ditemukan kenyataan bahwa bulan memang memiliki indicator di bulan terdapat patahan-patahan yang menandakan pernah terbelah. Di masa lalu, bulan terbelah merupakan mu’jizat, akan tetapi di kala manusia dengan ilmu pengetahuannya dapat menyingkap secara empiris bahwa bulan terdapat patahan yang menggambarkan tentang bulan pernah terbelah, maka mu’jizat tersebut ternyata secara empiris benar.
Bahkan juga puasa. Di masa lalu puasa menjadi ajaran yang wajib dilakukan sebagai rukun Islam. Umat Islam harus melakukannya. Tetapi seirama dengan kajian empiris tentang puasa dari dimensi Kesehatan, maka puasa ternyata memang dapat menjadikan seseorang lebih sehat. Benarlah sabda Nabi Muhammad SAW shumu tasihhu. Berpuasalah agar menjadi sehat.
Wallahu a’lam bi al shawab.