Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PERLU QAULAN MAYSURAN DALAM RELASI SOSIAL

PERLU QAULAN MAYSURAN DALAM RELASI SOSIAL

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Sebagai makhluk social, homo sapien, maka manusia dipastikan akan hidup bersama orang lain, baik dalam kerabat maupun bukan kerabat atau masyarakat umum. Manusia akan selalu hidup di tengah-tengah kehidupan social yang tidak akan terelakkan. Manusia tidak bisa hidup dalam kesendirian. Manusia membutuhkan orang lain untuk membangun kehidupan yang bermakna.

Semenjak manusia menghuni kehidupan di maya pada atau alam dunia, maka manusia sudah berada di dalam lingkungan social, meskipun semula terbatas. Secara antropologis, mula-mula manusia hidup dalam kelompok kecil dan dalam kerangka mempertahankan kelompoknya maka mereka menikah secara indogami atau menikah antar keluarga. Perkawinan indogami tidak hanya dikenal di masa lalu kala penduduk masih terbatas jumlahnya, akan tetapi juga di masa modern. Perkawinan antar kerabat masih dijumpai hingga dewasa ini. Misalnya pernikahan dalam marga yang sama, sebagaimana terjadi di Sumatera Utara, contohnya sesama Batak dalam satu marga.

Sesuai dengan perkembangan zaman dan semakin kompleksnya pertalian kekerabatan, perkawanan dan komunitas, maka juga terjadi perubahan dalam system perkawinan dan system kekerabatan serta system perkawanan. Sekarang sudah menjadi kelaziman dalam perkawinan eksogami, yang melibatkan relasi antar manusia secara lebih luas. Lalu kemudian muncul keluarga inti atau nuclear family dan keluarga batih atau extended family. Kemudian juga muncul persabatan virtual yang diakibatkan oleh semakin menguatnya media social sebagai bagian dari model relasi social.

Meskipun terjadi berbagai perubahan social, akan tetapi hakikat kemanusiaan tersebut terletak pada bagaimana yang bersangkutan dapat melakukan relasi social yang berkeseimbangan. Baik relasi karena kekerabatan, relasi persahabatan, dan relasi di dalam komunitas dan masyarakat. Ada pepatah yang menyatakan “lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya”, artinya bahwa setiap masyarakat itu memiliki tradisi dan tata cara yang berbeda yang merupakan ciri khas kemasyarakatannya. Ada pedoman di dalam kebudayaannya, baik pedoman tersebut berbasis pada consensus kemasyarakatan atau berbasis ajaran agama. Di dalam dunia antropologi maka ada pola umum berlaku mendasar dan pola khusus berlaku mendalam. Pola khusus dalam relasi social bisa sama karena ada pedoman umum yang berlaku secara universal, akan tetapi ada juga yang bersifat khusus dan berlaku pada komunitas atau masyarakat itu sendiri.

Bagi yang menggunakan agama sebagai pedomannya, maka ada satu konsep yang sangat penting di dalam membangun relasi social, yaitu konsep qaulan maysuran. Secara istilah, qaulan maysuran adalah perkataan yang mudah, artinya perkataan yang mudah dipahami oleh lawan bicara atau mitra percakapan. Pernyataan yang memberikan kemudahan dan bukan kesulitan. Pernyataan yang membuat orang lain secara jelas menerima apa yang dinyatakan.

Qaulan maysuran dapat digunakan di dalam situasi dan tempat apapun. Bukankah doa kita: “Allahumma yassir wa la tu’assir”, yang artinya: “Ya Allah berikan kemudahan  dan jangan berikan kesulitan”.  Doa ini tentu saja menjadi sangat mendalam maknanya bahkan jika dikaitkan dengan relasi social di dalam kehidupan masyarakat. Di dalam cerita Alqur’an, bahwa Nabi Musa itu ucapannya sulit dipahami oleh lawan bicaranya. Maka Allah menurunkan Nabi Harun untuk menjelaskan maksudnya. Melalui penjelasan Nabi Harun maka mitra bicaranya menjadi paham apa yang diungkapkannya. Nabi Musa memahami dirinya sehingga memohon kepada Allah agar diberikan sahabat yang lebih fasih di dalam berbicara.

Di dalam dunia organisasi baik formal maupun informal, dunia birokrasi dan bisnis, maka qaulan maysuran itu betapa pentingnya. Pada setiap segmen kehidupan yang melibatkan banyak orang, banyak kepentingan, banyak pola dalam relasi social, maka qaulan maysuran tersebut menjadi sangat penting. Setiap perintah harus dapat dilakukan oleh para pelakunya. Bayangkan kalau pernyataan perintah sulit dipahami oleh mitra kerja, sehingga mitra kerja tidak bisa melakukannya, maka akan terjadi kegagalan. Dan kegagalan tersebut bukan dari mitra kerja tetapi berasal dari pemberi perintah.

Di dalam dunia birokrasi, terdapat prinsip dalam bekerja sama untuk mengerjakan pekerjaan dengan hasil optimal, yang saya sebut sebagai berikut: perintahnya jelas pekerjaannya jelas, perintahnya jelas pekerjaannya bisa dilakukan, perintahnya jelas pekerjaannya berpeluang diselesaikan, dan perintahnya jelas hasil akhirnya membawa kepada kesuksesan. Oleh karena itu ada korelasi yang jelas antara kejelasan perintah dan kemudahan dalam memahami perintah yang berkorelasi dengan kemudahan dalam menyelesaikan pekerjaan. Atau secara singkat dapat dinyatakan dengan tiga  J yaitu:  jelas perintahnya, jelas pekerjaannya dan jelas hasilnya.

Qaulan maysuran adalah prinsip di dalam komunikasi, baik verbal maupun non verbal. Di tengah social media exposure, maka prinsip kejelasan pernyataan sangat penting. Pernyatan tersebut tentu berisi upaya tidak menyakiti orang lain, tidak menghina orang lain, tidak membully orang lain, dan yang penting juga tidak berisi berita palsu.

Sebagaimana yang telah saya jelaskan sebelumnya di dalam artikel saya, bahwa prinsip di dalam komunikasi merupakan satu kesatuan atau prinsip yang sistemik dan bukan yang parsial. Di dalam prinsip qaulan maysuran terdapat qaulan layyinan, qaulan sadidan, qaulan balighan dan qaulan ma’rufan. Dengan menerapkan prinsip tersebut secara sistemik, maka akan didapatkan komunikasi yang saling membahagiakan.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..