SHALAT, RAHMAT DAN SURGANYA ALLAH
SHALAT, RAHMAT DAN SURGANYA ALLAH
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Pak Cholil memang penceramah agama yang mumpuni. Pak Cholil memiliki spesialisasi membaca dan menjelaskan kitab yang ditulis oleh Ibnu Hajar Al Asqalani, Kitab Nashaihul Ibad yang menjelaskan tentang seluk beluk peribadahan kepada Allah SWT dan juga relasi dengan sesama manusia. Pak Cholil Umam memberikan ceramah agama di masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency, ba’da shubuh pada Komunitas Ngaji Bahagia (KNB) pada Selasa, 30/01/2024.
Ada tiga hal yang disampaikan Pak Dr. Cholil, yaitu: Pertama, tentang surat-surat di dalam Al Qur’an itu ternyata memiliki maknanya sendiri-sendiri bagi umat Islam yang mempercayainya. Saya jika menjadi imam, misalnya dalam shalat maghrib, maka yang saya baca surat-surat pendek. Yaitu setelah membaca Surat Al Fatihah, maka saya membaca Surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun tersebut memiliki pahala yang luar biasa. Dengan membaca Surat Al Kafirun, maka seakan-akan kita membaca seperempat Al quran. Lalu saya membaca Surat Al Ikhlas ba’da membaca Surat Al Fatihah pada rakaat kedua. Surat Al Ikhlas tersebut seakan-akan sepertiga Al Qur’an. Maka orang yang membaca Surat Al Ikhlas tiga kali seakan-akan membaca seluruh Al Qur’an. Saya membaca surat-surat yang pendek saja sebab jamaahnya juga pasti senang. Dan yang terpenting Nabi Muhammad SAW tidak membaca surat-surat yang panjang dalam shalat berjamaah.
Kedua, shalat merupakan amal ibadah yang diwajibkan di dalam Islam. Bahkan Nabi Muhammad SAW dipanggil langsung oleh Allah untuk menerima perintah shalat. Di dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj maka Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk melakukan shalat sebagai kewajiban bagi umat Islam. Melalui shalat, maka kita bermuwajahah dengan Allah, seakan-akan kita berhadapan dengan Allah.
Shalat merupakan medium bagi umat Islam untuk mengingat Allah. Ashlatu lidzikri, yang artinya shalatlah untuk mengingat Allah. Umat Islam tidak hanya mengingat Allah begitu saja, akan tetapi diwajibkan mengingat Allah melalui syariat menjalankan perintah shalat. Dinyatakan bahwa “ash-shalatu ‘imaduddin, faman aqamaha faqad aqamad din, faman hadamaha faqad hadamad din”. Shalat adalah tiang agama. Siapa yang mendirikan maka dia mendirikan agama dan siapa yang meninggalkannya maka dia merusak agama”. Demikianlah penjelasan yang sangat penting di dalam menjalankan shalat.
Kita harus bersyukur sebab menjadi orang yang mendirikan agama. Orang yang mendirikan shalat untuk mengingat Allah. Mematuhi ajaran Allah dan menjaga sunnah Rasulullah. Apalagi kita bisa melakukannya dengan shalat berjamaah. Bukankah mengikuti shalat jamaah, apalagi shalat shubuh, adalah pekerjaan yang berat. Kita harus mengalahkan rasa kantuk, harus mengalahkan keinginan untuk tidur. Jam shalat shubuh itu jam enaknya tidur. Apalagi jika malamnya kita tidurnya agak larut. Makanya, dengan kita secara rutin dapat melakukan shalat jamaah shubuh, maka pahalanya besar sekali. Setiap langkah kedatangan kita ke masjid dicatat dengan pahala oleh Allah.
Ketiga, di dalam surat Al Fatihah, di dapatkan ayat yang berbunyi: “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”. Kepada-Mu ya Allah saya menyembah dan kepada-Mu kami memohon”. Jadi kalau kita meminta kepada Allah itu harus didahului dengan menyembahnya. Dan medium sesembahan yang terbaik adalah melalui shalat. Jika kita ingin ditolong Allah di dalam menyelesaikan masalah-masalah yang kita hadapi, maka shalat. Di dalam shalat itu kita pasrahkan semuanya kepada Allah. Jadi shalat bisa menjadi sarana agar kita dicintai Allah. Jika kita ingin juga dicintai oleh Rasulullah, maka kita membaca shalawat kepadanya. Sebanyak-banyaknya. Semakin banyak semakin baik. Allah dan Malaikatnya saja bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, maka seharusnya kita juga melakukannya. Insyaallah kita akan dicintai oleh Allah dan rasulnya karena melakukan shalat dan membaca shalawat.
Di dalam ayat yang lain juga dijelaskan: “wasta’inu bish-shabri wash-shalat”, yang artinya memohonlah kepada Allah melalui pertolongan dengan kesabaran dan shalat. Jadi untuk memohon pertolongan kepada Allah itu harus dengan dua hal, yaitu sabar dan shalat. Dua hal ini harus dilakukan secara konsisten. Tidak cukup dengan sabar atau tidak cukup dengan shalat, tetapi kedua-duanya. Jangan sampai shalatnya bagus tetapi suka marah-marah kepada orang lain. Atau sabar menghadapi orang lain tetapi tidak melakukan shalat. Keduanya harus berjalan seimbang. Yang sangat sulit bagi kita adalah menjaga kesabaran. Susah sekali. Hal ini menyangkut diri dan lingkungan. Jika kita tidak bisa memenej lingkungan kita dengan baik, maka seringkali kita menjadi marah-marah. Maka semuanya harus dihadapi dengan kesabaran agar kita dapat hidup nyaman.
Di dalam shalat itu yang sulit adalah menjaga kekhusyuan. Kita dituntut untuk shalat dengan menghadirkan sepenuh jiwa, raga dan roh kita untuk Allah. Tetapi terkadang sangat sulit. Contoh, kita shalat lalu orang di shaf depan kita memakai sarung dengan merek BHS, atau Wadimor, atau Gajah Duduk, maka kita terkadang terpengaruh. Waduh sarungnya BHS, berapa harganya. Makanya yang paling baik itu shalat yang berada di shaf paling depan. Agar kita tidak terpengaruh pada jamaah lainnya.
Tetapi satu hal yang sangat penting, kita harus memohon kepada Allah untuk memperoleh rahmatnya. Dengan rahmat Allah itu kita dapat berpeluang masuk surga. Andaikan shalat kita masih ada yang kurang tepat, maka dengan rahmat Allah itu akan menutup tentang kekurangan di dalam shalat kita.
Semoga kita dapat memasuki ridha dan rahmat Allah atas amal perbuatan yang kita lakukan. Melalui ridha dan rahmat Allah maka kita akan bisa memasuki surganya. Dan hal ini adalah harapan orang Islam sebagaimana juga harapan kita semua.
Wallahu a’lam bi al shawab.