MENJAGA KEISLAMAN KITA: ISLAM ITU MUDAH
MENJAGA KEISLAMAN KITA: ISLAM ITU MUDAH
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Sungguh kita ini manusia yang istimewa, sebab bisa mempercayai keberadaan Tuhan, Nabi Muhammad SAW dan segala yang diatribusikan kepada Allah dan rasulnya tersebut. Meskipun kita tidak menjadi orang yang sangat memahami ajaran Islam dengan kedalaman tertentu, akan tetapi kita dapat menjalankan ajaran Islam sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Adakah yang lebih hebat dari kita? Saya kira nyaris tidak ada.
Kita ini berbeda dengan para sahabat, dan tabiin yang bisa mengetahui dan mendengarkan ajaran Islam secara langsung dari Nabi Muhammad SAW dan para sahabat yang membersamai-Nya, sehingga tingkat kepercayaan dan keyakinan atau amalan-amalannya terukur sebagaimana amalan Nabi Muhammad SAW. Kita kita berselang 14 abad lebih, lalu percaya dan yakin lalu mengamalkan ajaran Islam yang seperti pengamalan Nabi Muhammad SAW. Alangkah hebatnya kita itu.
Allah SWT menurunkan Nabi Muhammad SAW, lalu hadir di tengah-tengah kita para ulama yang menjadi penyambung lidah dan kepanjangan tangan Nabi Muhammad SAW yang suci untuk menebarkan ajaran Islam yang menjadi pegangan kita semua. Untuk mempercayai keberadaan Allah dan kebenaran kalamnya, Al Qur’an al Karim, Allah SWT menurunkan para saintis untuk mengkaji kebenaran kalam Allah. Ada banyak contoh dari pengkaji kebenaran Islam dari jalur ilmu pengetahuan. Mereka adalah orang yang diberikan hidayah untuk membantu kita agar semakin yakin akan kebenaran Allah dan kalam mulianya. Allah juga menurunkan para alim ulama yang dengan kekuatan riyadhahnya mendapat kebenaran Allah dan kitab Sucinya. Allah SWT menurunkan cahaya kebenaran melalui ainun bashirah yang diberikan kepada mereka. Dan lagi-lagi kita dapat menjadi yakin akan kebenaran Allah, Nabi Muhammad SAW dan kitab sucinya.
Hal inilah yang membuat kita menjadi manusia yang beruntung. Sungguh-sungguh beruntung. Kita tidak perlu berjuang untuk mendapatkan hidayah Allah SWT, tetapi kita telah menjadi umat Islam semenjak lahir. Dan melalui pergaulan di dalam dunia dengan para ulama dan para ahli ilmu pengetahuan menjadikan keislaman kita semakin baik. Kita aktif di dalam pengajian baik yang dilakukan secara rutin sepekanan atau membaca dan mendengarkan pengajian melalui media social. Semuanya menjadi instrument bagi penguatan keimanan dan keislaman kita.
Islam secara teologis mudah dipahami. Hanya ada satu Tuhan yang Maha Esa, yang tidak terbilang, yang menciptakan dan memelihara alam makro kosmos dan mikro kosmos menjadi teratur dan penuh kemaslahatan. Kajian secara akademik tentang hipotesis Ketuhanan akhirnya justru sampai kepada kesimpulan bahwa alam yang sophisticated dan teratur tidak mungkin diciptakan oleh akal yang biasa-biasa saja. Tidak mungkin alam yang teratur itu terjadi dengan sendirinya. Pasti ada akal (mind) suci dan hebat yang supra rasional. Dipastikan bahwa alam yang sangat teratur diciptakan oleh Tuhan, yang di dalam Islam dikenal sebagai Allah SWT.
Melalui pemahaman atas Allah SWT yang Maha Esa, maka manusia tidak perlu melakukan eksplorasi tentang Tuhan, terkecuali oleh para ahli sains dan ulama yang memiliki kelebihan sesuai dengan ijin Allah SWT. Itulah sebabnya Allah SWT mengajarkan agar manusia jangan ragu-ragu di dalam keimanan dan keislaman. La raiba fihi hudal lil muttaqin. Jangan ragu-ragu. Allah SWT dipastikan menurunkan para ahli ilmu pengetahuan yang dapat memberikan penjelasan berbasis pada Teks Suci sebagaimana wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Allah SWT juga menurunkan ulama yang dapat menjelaskan kegaiban-kegaiban di seputar Allah dan ciptaannya, sehingga kita dapat memahami tentang hal tersebut.
Di dalam peribadahan, betapa sederhananya. Islam itu tidak rumit. Untuk shalat kita dapat melakukannya di semua masjid atau mushalla yang tersedia. Kita bisa menjadi pengikut shalat siapa saja. Kita yang memiliki kemampuan dalam membaca Al Qur’an juga dapat menjadi imam bagi siapa saja. Tidak ada hirarkhi yang tegas-tegas membedakan antara satu umat Islam dengan lainnya. Hirarkhi itu ada dalam pengetahuan dan ketaqwaannya saja, misalnya ahli ilmu keislaman atau ahli ilmu lainnya. Tidak ada perbedaan antara satu suku bangsa atas lainnya. Yang dinyatakan membedakan hanyalah kadar ketaqwaannya.
Ajaran yang prinsip di dalam Islam juga sama. Misalnya jumlah shalat dan rakaatnya. Yang berbeda hanya di dalam bacaan-bacaan di dalamnya. Perbedaan tersebut sangat wajar terjadi sebab banyaknya sahabat Nabi Muhammad SAW yang meriwayatkan atas bacaan di dalam shalat. Perbedaan tersebut sudah direpresentasikan oleh para fuqaha atau ahli fiqih yang tercermin di dalam pendapat para imam madzhab. Ada Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam Hambali dan Imam Hanafi. Sekali lagi perbedaan itu pada cabang-cabangnya dan bukan pada asas prinsipal di dalamnya.
Yang juga membanggakan bahwa perbedaan dalam pengamalan Islam itu dipahami sebagai varian dalam penafsiran Islam. Tidak perlu dipertentangkan dengan semangat menyala-nyala. Telah terdapat pemahaman bahwa dunia tafsir atas teks itu memang bisa sangat banyak sesuai dengan ahli tafsirnya. Tetapi yang menggembirakan bahwa semua tafsir yang berbeda tersebut tidak sampai merusak teks yang sudah dibakukan.
Saya kira sudah saatnya kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan pilihan kepada kita untuk beragama sesuai dengan ajaran Islam yang sungguh membahagiakan dan bukan menyulitkan. Sekali lagi Islam tidak hanya berisi tandzir atau informasi yang menakutkan akan tetapi juga informasi yang menyenangkan atau tabsyir. Islam menyeimbangkan keduanya sebagai upaya untuk menjaga agar kita tetap berada di dalam koridor memahami dan mengamalkan Islam sesuai dengan keyakinan kita.
Wallahu a’lam bi al shawab.