• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

DARI MARAH MENJADI  CINTA

DARI MARAH MENJADI  CINTA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Komunitas Ngaji Bahagia (KNB) di Masjid Al Ihsan sungguh menarik perbincangannya. Selasa, 12/12/2023, dan sebagai narasumbernya adalah Ustadz Sahid, Motivator Masjid Al Akbar Surabaya yang memiliki sejumlah pengalaman di dalam melakukan motivasi untuk berbagai kalangan, baik pada kalangan Aparat Sipil Negara (ASN), Karyawan Perusahaan atau kalangan masyarakat umum. Tema yang dibicarakan adalah “Dari Marah Menjadi  Cinta”.  Pengajian ini diikuti oleh jamaah Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency dan juga Masjid Ar Raudhah Perumahan Sakura.

Saya ingin mengulas pembicaraan Ustadz Sahid dalam tiga hal, yaitu: pertama, marah itu manusiawi. Manusia memang memiliki sifat atau naluri marah. Tidak ada satupun manusia di dunia kecuali Nabi atau Rasul yang memang dibimbing oleh wahyu Allah, maka manusia biasa seperti kita dipastikan memiliki sifat atau naluri marah. Sebagai naluri, maka manusia kapan dan di mana saja bisa marah jika terdapat stimulan untuk melakukan amarah tersebut.

Di dunia ini ada banyak stimulan, bisa dari dalam keluarga, dari lingkungan bahkan dari masyarakat. Dan kebanyakan manusia tidak mampu melawan tekanan lingkungan untuk tidak marah. Apalagi juga terdapat tekanan hidup yang semakin keras. Bisa karena factor politik, ekonomi dan social. Semuanya bahkan saling menyumbang masalah yang tidak mudah untuk dipecahkan atau dicari solusinya. Kehidupan memang kompleks dan mengandung banyak sekali problem yang setiap saat harus dihadapi. Oleh karena itu, orang yang bisa menyelesaikan masalah baik kecil atau besar adalah orang yang bahagia. Jadi hidup adalah rangkaian masalah yang harus terus menerus direspon untuk diselesaikan.

Kedua, marah tidak bisa  sama sekali dihilangkan tetapi agar dikelola dengan baik. Jangan marah dijadikan sebagai senjata untuk eksis di dalam kehidupan. Bahkan berpikir dengan marah akan menjadikannya ditakuti. Orang yang suka marah akan dilabel negative oleh lingkungannya sebagai pemarah. Sebuah istilah atau ungkapan yang tidak menyenangkan dan bahkan memalukan.

Untuk memenej marah menurut Ustadz Sahid, maka diperlukan SABAR yaitu sebuah akronim dari S berarti sadar. Kita sadar bahwa kita sedang dalam keadaan marah. Kita sadar bahwa ada factor eksternal yang membuat kita marah. Jika kita sadar tentang hal ini, maka kita sudah berada di dalam tahapan dapat memahami tentang diri kita sendiri, tentang keadaan emosi kita, dan memahami ada motif yang menyebabkan kita marah. Secara teoretik, maka setiap pemahaman dan tindakan yang kita lakukan pasti didasari oleh factor lingkungan atau disebut sebagai because motives. Hanya sedikit  ceritanya orang marah yang disebabkan oleh dirinya sendiri, tetapi kebanyakan orang marah karena factor orang lain atau lingkungan.

A adalah akronim dari abaikan. Kita harus mengabaikan factor lingkungan agar tidak mempengaruhi pemikiran, sikap dan tindakan. Kita tidak boleh larut atas pengaruh luar. Manusia diberi kekuatan untuk berpikir rasional karena manusia diberi rational intelligent, emosional intelligent dan social intelligent. Oleh karena itu harus dioptimalkan agar dengan tiga inteligensi tersebut kita dapat mengabaikan atas factor lingkungan yang membuat kita marah. Hendaknya kita mengoptimalkan pemikiran yang positif bedasarkan atas tiga kecerdasan tersebut agar kita dapat  memikiki kemampuan untuk mengabaikan pengaruh negative lingkungan. Jadi bisa digunakan argumentasi “emang gue pikirin” atau joke Gus Dur “gitu aja kok repot”.

B adalah bergerak. Jika kita berdiri duduklah, jika duduk berdiri jalan-jalan sambil merenungkan apa yang sedang terjadi. Mengubah posisi diri kala marah akan dapat menjadi sarana untuk menyadarkan diri tentang apa yang sedang terjadi. Dengan bergerak maka posisi saraf  kita juga akan bergerak yang seharusnya menuju ke titik terbaik. Di sini olahraga merupakan momentum terbaik untuk menjadi sehat dan sekaligus juga mensyukuri nikmatnya Allah SWT. Di dalam konteks kemarahan, memang Nabi Muhammad SAW memberikan tips kepada kita, jika berdiri maka hendaknya duduk, jika perlu juga hendaknya melakukan wudhu. Air dapat menetralisir pengaruh api kemarahan.

A adalah ambil wudhu. Air dan api adalah dua unsur di dalam diri seseorang. Ada unsur air dan ada unsur api. Jika ada unsur api maka siramlah dengan air. Api akan padam jika kena air. Kemarahan itu dipicu oleh sifat api yang membakar. Berdasarkan teks suci dinyatakan bahwa kemarahan itu datang dari setan dan karena setan itu terbuat dari api, maka hendaknya disiram dengan air. Api kemarahan akan menjadi padam. Anjuran Nabi Muhammad SAW agar melakukan wudhu kala marah kiranya memperoleh pembenaran di dalam realitas kehidupan yang nyata.

R adalah recalling atau memanggil kembali kenangan masa lalu. Jika ada yang baik maka jadikan sebagai dasar pijak untuk melakukan rekonstruksi atas pikiran kita agar tidak hanya memikirkan aspek negatifnya tetapi juga positifnya. Kita semua yakin bahwa ada aspek positif dan ada aspek negative. Maka marilah kita timbang keduanya. Meskipun lebih banyak keburukannya tetapi tetap harus diyakini bahwa ada kebaikannya. Yang baik itulah yang kita jadikan sebagai pedoman untuk bersabar menghadapinya.

Ketiga, berdasarkan tipologi kemarahan, maka ada empat tipe orang, yaitu orang yang gampang marah dan lama sekali hilangnya, ada yang sulit marah tetapi jika marah lama hilangnya, ada orang suka marah tetapi cepat hilangnya dan ada orang yang tidak marah dan kalau marah cepat hilangnya. Mari kita petakan diri kita masuk yang mana. Tentu tipe keempat adalah tipe yang terbaik.

Orang yang sabar itu memiliki beberapa indicator. Yaitu: orang yang suka mengeluarkan hartanya di saat sedang berada di dalam kesempitan dan keluasan rezeki. Orang yang bisa menahan marah dan mengelola marah, dan orang yang suka memaafkan orang lain. Di Dalam Alqur’an Surat Ali Imran,  ayat 134, Allah menyatakan: “alladzina yunfiquna fis sarrai wa dharrai wal kadziminal ghaidha wal ‘afina ‘anin nas. Ulaika humul muflihun”. Yang artinya adalah: “orang-orang yang menafkahkan  (hartanya)  baik di waktu lapang atau sempit, dan rang-orang yang  menahan amarahnya dan mamafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.

Sesungguhnya kita tidak bisa langsung mengubah marah menjadi cinta. Tentu ada jedanya, tetapi yang jelas bahwa kita harus  berusaha untuk menanej kemarahan. Tentu caranya adalah dengan recalling dimaksud. Upaya kita tidak hanya menilai kejelekannya tetapi juga kebaikannya. Hanya dengan cara tersebut  kita akan bisa untuk mereduksi kemarahan menjadi kecintaan. Bismilah.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..