JAGA AMALAN TERBAIK: SHALAT, BAKTI ORANG TUA DAN JIHAD
JAGA AMALAN TERBAIK: SHALAT, BAKTI ORANG TUA DAN JIHAD
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Hidup itu bukan hanya di dunia ini. Berdasarkan teks agama Islam, bahwa manusia akan mengalami proses hidup berkali-kali. Artinya tidak hanya kehidupan di dunia tetapi ada alam lain yang manusia akan mengalami kehidupan. Menurut ahli tasawuf, bahwa manusia akan mengalami sekurang-kurangnya empat kehidupan, yaitu kehidupan di alam roh, kehidupan di alam dunia, kehidupan di alam barzakh dan kehidupan di alam akherat.
Kehidupan di alam roh tentu diberitakan di dalam Islam telah terjadi dalam 50.000 tahun sebelum diciptakannya alam semesta. Saat itulah roh manusia sudah hidup bahkan terjadi dialog antara Tuhan dan manusia sebagaimana tercantum di dalam Alqur’an, Allah berfirman: “adakah aku ini Tuhanmu, maka serentak roh menyatakan, ya aku menyaksikannya” (Alqur’an Surat Al A’raf, 172). Artinya bahwa roh itu sesuatu yang hidup. Sesuatu yang bisa menyaksikan keberadaan Allah. Kita tidak bisa membicarakan apakah roh itu benda atau bukan, roh itu melihat atau tidak terhadap Allah, dan pertanyaan teologis lain, namun kita tidak perlu masuk ke dalam area tersebut. Biarlah para ahli filsafat atau ahli ilmu kalam yang membicarakannya.
Roh tersebut kemudian lahir ke dunia atau alam dunia melalui perantaraan orang tua. Allah menciptakan manusia melalui perantaraan manusia lelaki dan perempuan. Dua orang inilah yang diberikan kekuatan untuk melahirkan, mengelola kehidupan dari anak-anak hingga dewasa. Kemudian di dalam perjalanan usianya di dunia, manusia dapat melakukan banyak aktivitas kehidupan. Jika di alam roh, maka roh yang hidup. Di dalam alam dunia, roh membutuhkan fisik untuk hidup. Jasad bisa hidup karena roh dan roh juga bisa hidup di dunia karena jasad. Ada kenyataan saling membutuhkan di antara keduanya.
Jika antara roh dan tubuh berpisah, maka terjadilah kematian dan kemudian roh melanjutkan kehidupannya yang ketiga, yaitu hidup di dalam barzakh. Roh itu hidup dalam waktu dan ruang yang sudah ditentukan. Menurut para ahli tasawuf, bahwa roh itu sudah ditunjukkan bagaimana kelak kehidupannya. Ada yang sudah merasakan aura kebahagiaan dan ada juga yang merasakan aura kesusahan. Itulah sebabnya Nabi Muhammad SAW menganjurkan kepada umatnya agar berdoa kepada Tuhan agar keluarganya yang sudah meninggal dan rohnya berada di dalam barzakh dapat merasakan kesenangan. Semua amalan terputus kecuali shadaqah jariyah dan doa anak shaleh saja yang masih bisa diterima pahalanya.
Menurut ahli tasawuf, bahwa kehidupan di dunia merupakan kehidupan untuk melaksanakan perjanjian dengan Allah. Manusia diberikan kewajiban untuk beribadah kepadanya dan melakukan amalan-amalan shaleh lainnya. Alam dunia disebut sebagai alam ngelakoni janji. Alam barzakh disebut sebagai alam ngaweruhi janji dan alam akherat sebagai alam nerimo hasile janji. Itulah sebabnya, bahwa kala roh di alam barzakh, maka roh sudah tahu tentang bagaimana akhir kehidupannya.
Sebagai alam ngelakoni janji atau melaksanakan perjanjian, maka Allah menurunkan Nabi dan rasul pada semua masyarakat di dunia. Ada sebanyak 25 rasul dan 124 ribu nabi yang diturunkan Allah untuk membimbing manusia. Tentu ada yang memperoleh petunjuk dan ada yang tidak memperoleh petunjuk. Petunjuknya sama, akan tetapi resepsi atau penerimaannya bisa saja berbeda. Oleh karena itu, mari kita jaga petunjuk atau hidayah Allah agar kita dapat memperoleh kebahagiaan fid dini wad dunya wal akhirah.
Ketiga, Islam sangat menekankan betapa penting peribadatan kepada Allah SWT. Manusia memang diciptakan oleh Allah agar mengabdi kepada Allah SWT. Salah satu di antara bentuk ibadah yang sangat penting di dalam Islam adalah shalat. Memang shalat merupakan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Shalat adalah medium manusia untuk “bertemu” dengan Allah SWT. Dan begitu pentingnya shalat, maka Nabi Muhammad SAW dipanggil langsung untuk menghadap Allah sewaktu peristiwa Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Ada sebuah hadits yang sangat penting untuk diamalkan, yaitu: Rasulullah bersabda: “Ayyul amali ahabbu illallah? Qala ash shalatu ‘ala waqtiha. Qultu tsumma ayyun? Qala birrul walidain. Tsumma qultu ayyun? Qala tusmma al jihadu fi sabilillah”. Yang artinya: “amal apakah yang palin dicintai Allah?, Beliau menjawab shalat pada waktunya. Lalu aku (Ibnu Mas’ud) bertanya lalu apa? Beliau menjawab berbakti kepada kedua orang tua. Lalu aku bertanya lalu apa lagi? Beliau menjawab berjihad di jalan Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini memberikan gambaran bahwa ada tiga amalan yang sangat penting di dalam kehidupan, yaitu melakukan ibadah shalat, berbakti kepada kedua orang tua dan melakkan jihad di jalan Allah. Para jamaah shalat shubuh ini tentu sudah melakukan shalat, bahkan shalat berjamaah, meskipun ada yang tepat waktu ada yang terkadang harus melakukan shalat jama’, mungkin ada yang di awal waktu dan ada yang di akhir waktu, tetapi yang jelas bahwa kita sudah memenuhi standart “minimal” dalam melakukan shalat.
Lalu kita juga sudah “membahagiakan” orang tua dengan cara kita masing-masing. Termasuk sudah mendoakannya baik di kala masih hidup maupun di kala sudah wafat. Bagi yang masih hidup tentu kita menyenangkan hatinya dengan menjadi orang yang shalih atau shalihah yang kelak akan mendoakannya dan juga berbuat baik kepada orang tua, dan jika sudah wafat maka tugas kita adalah mendoakannya, membacakan Qur’an kepadanya, membaca tahlil kepadanya, atau membaca kalimat-kalimat thayibah lainnya. Semua akan menjadi penyambung amalan ibadah di kala orang tua kita sudah wafat.
Dan yang tidak kalah penting adalah jihad atau berjuang di jalan Allah. Jihad tentu tidak hanya dimaknai sebagai perang, apalagi di negeri yang damai. Jihad bisa dimaknai sebagai upaya untuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Bekerja yang sungguh-sungguh untuk memenuhi kewajiban keluarga, bekerja sungguh-sungguh untuk mencapai prestasi yang baik yang semua itu tidak hanya untuk tujuan duniawi tetapi juga untuk mengabdi kepada Allah SWT adalah ibadah. Semua hal yang dilakukan dengan keinginan menemukan keridlaan Allah SWT tentu bisa menjadi lahan ibadah.
Wallahu a’lam bi al shawab