BEKERJA SEBAGAI IBADAH
BEKERJA SEBAGAI IBADAH
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Komunitas Ngaji Bahagia (KNB) memperoleh tamu-tamu istimewa di dalam pengajian Selasanan, 28/11/2023, sebab pengajian ini diikuti oleh Jamaah Masjid Ar Raudhah Perumahan Sakura. Biasanya hanya jamaah Masjid Al Ihsan dan beberapa orang dari Perumahan Sakura. Tentu saja pengajian menjadi lebih semarak, sebab selain warga Perumahan Lotus Regency juga ada warga Perumahan Sakura yang mengikuti pengajian ini.
Seperti biasanya, saya didapuk untuk mengantarkan pembahasan pengajian, dan tema kali ini tentang “Bekerja Sebagai Ibadah”. Tema ini saya pilih sebagai kelanjutan pengajian di Masjid Raudhah Perumahan Sakura pada Sabtu sebelumnya, 25/11/2023. Saya sebutkan kalau tema ini untuk pendalaman tentang materi pengajian di Masjid Ar Raudhah dimaksud. Di dalam pembahasannya, saya bagi menjadi tiga bahasan, yaitu:
Pertama, bersyukur. Sudah sepantasnya kita bersyukur kepada Allah dengan sebenar-benarnya syukur. Syukur tidak hanya dengan pernyataan, tetapi juga dengan hati dan perbuatan. Bersyukurlah dengan ketiganya agar Allah memberikan ganjaran yang lebih banyak dan lebih baik. Jangan hanya banyak tetapi banyak dan baik. Banyak dan bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Kedua, bekerja yang baik. Bekerja adalah upaya atau usaha yang kita lakukan untuk memperoleh imbalan yang berupa uang atau barang untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan lainnya yang dianggap sebagai kebutuhan penting. Sedangkan ibadah adalah pengabdian kita di dalam kehidupan kepada Tuhan yang berimplikasi terhadap kehidupan individu, keluarga dan juga masyarakat. Jadi ibadah bukan hanya untuk Tuhan atau menyembah Tuhan untuk Tuhan tetapi persembahan tersebut berimplikasi terhadap diri individu yang melakukannya, keluarga dan juga masyarakat. Ada yang disebut ibadah untuk kesalehan individu dan ibadah untuk kesalehan social.
Ada sebuah hadits Nabi Muhammad SAW yang baik sekali untuk menjadi bahan perenungan bagi kita yang berbunyi: “man aradad dunya fa’alaihi bil ilmi, waman aradal akhirati fa alaihi bil ‘ilmi, waman aradahuma fa’alaihi bil ‘ilmi”, yang artinya kurang lebih: “barang siapa menghendaki kehidupan dunia, maka bagainya dengan berilmu, dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat maka baginya juga dengan ilmu dan barang siapa menghendaki keduanya, maka baginya juga dengan ilmu”.
Untuk kehidupan di dunia, khususnya bekerja, maka orang harus memiliki ilmu untuk bekerja. Orang menyatakan harus professional, artinya bekerja dengan ilmu dan keterampilan. Ada ilmunya dan ada keterampilannya. Tentu berbeda antara orang yang berilmu dengan tidak berilmu dalam bekerja. Orang yang berilmu dalam kapasitas pekerjaannya, maka akan muncul inovasi dan perubahan di dalam cara bekerja. Tentu akan lebih efektif dan efisien. Orang berilmu akan bekerja dengan otaknya, sedangkan orang tidak berilmu akan bekerja dengan kekuatan fisiknya. Yang lebih dihargai dalam dunia pekerjaan adalah pekerjaan yang dilakukan dengan kekuatan akalnya, selain fisiknya.
Untuk kehidupan akherat maka juga harus dengan ilmu. Yang dibutuhkan adalah ilmu keislaman, ilmu agama. Tetapi tidak cukup hanya memiliki ilmu tetapi juga diamalkannya. Ilmu amaliah. Bukan ilmu untuk ilmu tetapi ilmu untuk diamalkan. Islam mengajarkan bahwa orang yang berilmu pengetahuan itu tinggi derajadnya. Islam mengajarkan bahwa ilmu bukan bebas nilai atau value free, akan tetapi ilmu itu momot nilai atau value laden. Inilah inti dari Sabda Nabi Muhammad SAW: al ilmu bila ‘amalin ka sajaratin bila tsamarin”. Yang artinya: “ilmu yang tidak diamalkan itu laksana pohon yang tidak berbuah”.
Bekerja termasuk bagian dari mengamalkan ilmu pengetahuan. Orang yang bekerja sebagai Aparat Sipil Negara atau pegawai swasta, pengusaha dan bekerja di sector lainya hakikatnya adalah orang yang telah mengamalkan ilmu pengetahuan. Meskipun berbeda ilmu yang dipelajari di bangku pendidikan dengan praktek kerjanya, tetapi saya yakin bahwa tentu ada pengaruh pendidikannya tersebut dengan pekerjaannya. Jika pekerjaannya itu dilakukan dalam rangka untuk memperoleh kebaikan, maka pekerjaan yang dilakukan itu bisa dinyatakan sebagai ibadah.
Ketiga, makna bekerja. Bekerja akan bermakna ibadah jika memang diniatkan untuk ibadah. Tidak hanya bekerja dengan membaca basmalah, tetapi memang bekerja dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah SWT. Diniatkan ibadah kita kepada Allah SWT. Bagi saya bekerja itu hanya instrument saja. Sarana untuk mendapatkan rejekinya Allah, dan dengan rejeki tersebut kita bisa menghidupi keluarga. Dengan bekerja, maka kita akan bisa menyekolahkan anak-anak kita, dan cucu-cucu kita. Dengan bekerja maka kita akan bisa menyenangkan keluarga. Kesejahteraan dan kebahagiaan itu salah satunya dipicu oleh ketercukupan ekonomi. Dan indikatornya adalah jika kita bisa bekerja dengan sempurna.
Oleh karena itu mari kita niatkan bekerja sebagai lahan untuk beribadah kepada Allah. Jadikan bekerja tidak hanya sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan keluarga tetapi untuk mencari ridhonya Allah. Ada final goalnya, bahwa ibadah merupakan cara untuk memperoleh keridlaan Allah SWT. Lalu ibadah juga memiliki final hope yaitu harapan untuk menjadi lahan menemukan harapan ridlanya Allah, dan yang terakhir jadikan bekerja sebagai lahan untuk menemukan persahabatan dalam ridla Allah SWT. Kita harus memiliki friendship. Insyaallah dengan berpikir dan bertindak seperti ini, maka pekerjaan kita akan bernilai ibadah kepada Allah SWT.
Wallahu a’lam bi al shawab.