JADILAH SEBAIK UMAT DENGAN BELAJAR ALQUR’AN
JADILAH SEBAIK UMAT DENGAN BELAJAR ALQUR’AN
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Sayyidina Usman RA, sebagai khalifah ketiga dalam khulafaur rasyidun, menyatakan berdasarkan Sabda Nabi Muhammad SAW bahwa Rasulullah pernah menyatakan : “khairukum man ta’allamal qur’ana wa ‘allamahu”, yang artinya bahwa sebaik-baik di antara kamu sekalian adalah yang belajar Alqur’an dan mengajarkannya”. Hadits ini merupakan motivasi yang sangat hebat dari Nabi Muhammad SAW agar umat Islam belajar Alqur’an.
Melalui sabda Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diungkapkan oleh Sayyidina Utsman tersebut, maka umat Islam sungguh-sungguh sangat banyak yang belajar Alqur’an. Ada di antaranya yang belajar membaca Alqur’an melalui tahsinan Alqur’an, dan ada yang belajar khusus hafalan ALqur’an dan ada juga yang belajar tafsir Alqur’an, tarjamah Alqur’an dan ada juga yang secara khusus belajar mengenai tilawatil Qur’an.
Seandainya tidak sedari awal, artinya pada zaman Nabi Muhammad SAW telah terdapat orang-orang yang secara khusus menghafal Alqur’an maka keaslian Alqur’an tentu tidak bisa dijamin. Melalui para hafidz dan hafidzah Alqur’an itulah maka keaslian Alqur’an sebagaimana awal tidak mengalami masalah. Berkat banyaknya sahabat yang hafal Alqur’an, maka keaslian alqur’an menjadi terjaga.
Lalu juga muncul inovasi pada zaman Sayyidina Utsman. Inovasi itu muncul sebab banyak sahabat Nabi yang hafidz Alqur’an gugur di medan pertempuran, maka kemudian diupayakan agar Alqur’an dapat dituliskan sebagai upaya untuk menjaga otentisitas Alqur’an. Alqur’an perlu dikodifikasi, sebab selama kehidupan Rasulullah Muhammad SAW, wahyu Allah SWT tersebut dituliskan di pelepah kurma, di batang-batang pohon kurma yang sudah kering, sehingga tercecer di antara pada sahabat. Mengingat hal tersebut, maka Sayyidina Utsman memerintahkan agar Alqur’an ditulis ulang dan dikumpulkan sesuai dengan urutan dan sistematika turunnya atau kandungan Alqur’an.
Berkat inovasi yang dilakukan oleh Khalifah Utsman ibn Affan ini, maka kita dapat menikmati teks Kitab Alqur’an sebagaimana yang bisa dibaca setiap hari. Alqur’an yang bisa dibaca hari ini merupakan warisan tak ternilai harganya karena dapat memastikan keaslian Alqur’an yang terus terjaga. Rasionalitas penulisan Alqur’an pada masa Sayyidina Utsman terbukti sebagai upaya untuk menjaga otentisitas Alqur’an. Dan yang juga paling hebat bahwa Alqur’an itu hanya ada dalam satu Bahasa, yaitu Bahasa aslinya atau Bahasa Arab. Alqur’an yang dikenal sekarang disebut sebagai mushaf Utsmani.
Tidak ada satu ahli di dalam ilmu pengetahuan yang menyangsikan tentang otentisitas Alqur’an. Sebuah Kitab Suci yang terjaga semenjak diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW sampai hari akhir. Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT: “inna nahnu nazzalnadz dzikra wa inna lahu lahafidzun”, yang artinya: “sesungguhnya kami (Allah) yang menurunkan Alqur’an dan kami (Allah) yang akan menjaganya”. Alqur’an terjaga berkat upaya kreatif sahabat Nabi Muhammad untuk menjaganya. Oleh karena itu, jika Alqur’an terjaga dari keasliannya, maka semuanya karena kepastian Tuhan yang akan menjaganya.
Akhir-akhir ini kita melihat betapa gairah untuk belajar Alqur’an sangat tinggi. Banyak lembaga tahfidz yang berkembang. Bahkan di televisi juga dijumpai acara yang sangat menarik, misalnya yang diinisiasi oleh Syekh Ali Jaber dengan program sejuta hafidz sungguh merupakan acara yang ekselen untuk mengembangkan pembelajaran Alqur’an. Di masjid, di lembaga pendidikan dan juga di masyarakat sedang semarak menggeliat program pembelajaran Alqur’an. Semua ini menjadi bukti bahwa masyarakat sedang on fire untuk mempelajari Alqur’an. Sungguh kita sedang melihat fenomena kecintaan masyarakat terhadap Kitab Suci Alqur’an dimaksud.
Tidak hanya yang berusia muda atau anak-anak yang belajar membaca Alqur’an akan tetapi juga orang tua. Ada di antaranya yang memang berupaya agar dapat membaca Alqur’an dan ada juga yang berkeinginan memperbaiki bacaan Alqur’annya atau disebut sebagai tahsinan Alqur’an. Fenomena ini menggambarkan akan kesadaran baru di kalangan masyarakat Islam untuk semakin menjadi muslim yang kaffah di dalam membaca Alqur’an.
Upaya yang dilakukan oleh masyarakat sebenarnya diinspirasikan oleh Sabda Nabi Muhammad SAW bahwa jika umat Islam ingin menjadi yang terbaik adalah dengan mempelajari Alqur’an, apalagi jika mengajarkannya. Seandainya dibuat prosentasinya, maka yang paling utama atau 100 persen kebaikannya adalah yang belajar Alqur’an dan mengajarkannya, sedangkan jika hanya belajar Alqur’an saja maka kira-kira prosentasenya sebesar 50 persen. Masih beruntunglah jika kita mendapatkan angka sebesar 50 persen dari umat terbaik dari Nabi Muhammad SAW.
Pagi hari ini, Sabtu, 18 November 2023, saya harus menghadiri acara Wisuda Alqur’an yang dipagelarkan oleh Lembaga Pendidikan Islam Al Muslim Sidoarjo. Wisuda ini meliputi hafalan Alqur’an, kefasihan membaca Alquran dan tarjamah Alqur’an. Wisuda ini diikuti oleh anak-anak SD, SMP dan SMA Al Muslim. Ada dua cucu saya yang ikut di dalam wisuda ini, yaitu Yuvika Farnaz Adzkiyah (kelas 3C) yang telah menyelesaikan program membaca Alqur’an secara tartilan 30 juz dan Nisrina Arfa Al Abashi (3B) yang mengikuti wisda tahfidz.
Saya tentu bersyukur atas kenikmatan Allah SWT atas kehadiran cucu saya yang hari ini diwisuda di dalam Alqur’an. Tentu harapan yang paling mendalam adalah agar mereka konsisten dalam mempelajari Alqur’an sebagai kitab Suci yang mengandung keutamaan.
Wallahu a’lam bi al shawab.