• September 2024
    M T W T F S S
    « Aug    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    30  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

DI DALAM KEHIDUPAN ADA KESULITAN DAN ADA JUGA KEMUDAHAN

DI DALAM KEHIDUPAN ADA KESULITAN DAN ADA JUGA KEMUDAHAN

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Di dalam kehidupan ini terkadang ada  posisi binary. Dua hal atau lebih yang terkadang terjadi dalam waktu bersamaan. Tetapi yang begini lebih jarang dibandingkan dengan ada saat bahagia dan ada saat kesulitan. Makanya, orang bisa disebut bahagia jika bisa menyelesaikan masalahnya. Hidup merupakan rangkaian masalah dan manusia akan merasa bahagia jika bisa melampaui masalahnya.

Di dunia itu terdapat  hukum berpasangan. Ada lelaki ada perempuan, ada kesulitan dan ada kemudahan, ada kesengsaraan dan ada kebahagiaan. Keduanya bisa berada di dalam satu waktu yang sama dan bisa juga bergantian. Yang jelas bahwa dua-duanya pasti pernah dialami oleh manusia di dalam kehidupannya. Siapapun yang masih menjadi manusia, maka akan terkena hukum berpasangan tersebut.

Islam mengajarkan tentang situasi ini. Di dalam salah satu ayat Alqur’an dijelaskan tentang kemudahan dan kesulitan. Allah menerangkan di dalam Kitab Sucinya, yang berbunyi: “fainna ma’al ‘usri Yusra. Inna ma’al ‘usri yusro. Fa idza faraghta fanshab wa ila rabbika farghab” (Surat Al Insyirah, ayat 5-8) yang artinya secara umum : “maka sesungguhnya bersama  kesulitan akan terdapat  kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”. Jika kita meyakini bahwa Alqur’an merupakan kalam Tuhan, maka kita harus juga yakin bahwa di saat manusia sedang mengalami kesulitan, maka di lain kesempatan akan terdapat kemudahan. Bahkan jika manusia berusaha secara optimal, maka Allah akan membentangkan jalan untuk mendapatkan kemudahan.

Manusia hidup dalam lingkaran hidup. Lahir, hidup dan mati. Secara detail maka manusia akan lahir dari Rahim ibu, kemudian hidup dalam perawatan keluarga, mulai dari belum bisa berjalan sampai bisa berjalan, lalu beranjak remaja, beranjak dewasa, beranjak tua dan kemudian wafat. Hukum alam itu  tidak akan bisa ditolak. Kesedihan atau kesenangan merupakan kepastian Tuhan yang tentu saja bukan ketentuan azali, jika hal ini terjadi di dunia. Saya kira masuk dalam kepastian Tuhan  yang tergantung kepada apa yang dilakukan oleh manusia.

Allah memberikan pesan kepada manusia, bahwa dengan melakukan kebaikan maka manusia akan terhindar dari marabahaya atau hal-hal yang tidak menyenangkan. Di antara instrument untuk menghindari marabahaya adalah dengan bersedekah. Nabi Muhammad SAW menyatakan: “ash shadaqtu tadfa’u lil bala’ atau artinya bahwa sedekah itu akan menghindarkan dari balak atau marabahaya”. Padahal senyum yang membuat orang bahagia saja sudah menjadi bagian dari sedekah, atau membuang benda yang membahayakan orang lain di jalan juga sudah menjadi sedekah. Nabi Muhammad menyatakan: “idkhalul surur ash shadaqah” atau “membuat orang bahagia melalui senyuman adalah sedekah”. Menolong binatang yang kelaparan atau kehausan, selama binatang tersebut tidak membahayakan, adalah sedekah.

Kita ingat cerita di dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW bahwa seorang pelacur yang menolong anjing yang kecebur ke sumur ternyata menjadi jalan masuk surganya Allah. Sebagaimana Imam Ghazali yang membiarkan lalat minum tintanya kala menulis, maka hal itu menjadi pemberat amal kebaikannya dan menjadikannya masuk surganya Allah. Jadi ada banyak jalan ke surga, tetapi semuanya bermuara kepada amal kebaikan.

Ada banyak ayat di dalam Alqur’an yang memberikan kabar kegembiraan kepada umatnya. Tetapi juga ada kabar dari Allah yang memberikan peringatan kepada hambanya. Tentu saja yang selamat adalah orang yang bisa menjauhi apa yang diperingatkan oleh Allah dan mendekati apa yang diberitakan sebagai kegembiraan dari Allah. Kita semua adalah orang yang sudah memiliki kesadaran tentang bagaimana menjalankan kabar kegembiraan dan sejauh-jauhnya menghindari kabar peringatan. Kita sudah meyakini sepenuh hati tentang keesaan Allah, seluruh rangkaian iman sudah diyakini, dan juga sudah melakukan upacara ritual keagamaan yang termaktub di dalam lima rukun Islam. Memang ada yang belum melakukan ibadah haji karena factor biaya, namun demikian, ibadah lainnya sudah kita lakukan.

Ada di antara kita yang semenjak kecil sudah mengamalkan ajaran Islam dan ada yang tidak semenjak kecil melakukan ibadah, tetapi kita semua yakin bahwa mengamalkan ajaran Islam adalah kunci kita untuk mendapatkan ridlanya Allah dan akan berlanjut menjadi bagian dari orang yang akan memasuki surganya Allah. Kita sudah mengamalkan dzikir-dzikir penting di dalam ajaran Islam, misalnya membaca kalimat Tauhid, la ilaha illallah, yang diyakini sebagai kuncinya surga dan juga shalawat:  “Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad” sebagai instrument untuk memperoleh syafaat Nabi Muhammad SAW. Dan juga bacaan-bacaan wirid lainnya.

Insyaallah kita bisa menjadi bagian orang yang memperoleh kemudahan di tengah kesulitan di dalam kehidupan. Dan ujung akhir dari kemudahn tersebut adalah terbukanya pintu kebahagiaan bagi kita semua, tidak hanya bahagia di dunia tetapi juga bahagia di akhirat.

Wallahuna’lam bi al shawab.

 

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..