BERSYUKURLAH KITA MASIH BISA MEMBACA SHALAWAT
BERSYUKURLAH KITA MASIH BISA MEMBACA SHALAWAT
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Sebagai umat Islam, tentu kita berharap agar di kelak kemudian hari dapat masuk surga. Saya kira hal yang sangat wajar. Sebagai manusia yang bertaqwa kepada Tuhan dan sesungguhnya juga sudah menjalankan perintah Tuhan, tentu juga merupakan kewajaran jika kita terus berdoa kepada Tuhan agar bisa masuk surga. Saya kira tidak ada orang yang tidak berkeinginan untuk menjadi yang terbaik pada akhirnya.
Salah satu di antara keyakinan umat Islam, tentu termasuk umat Islam Indonesia adalah meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW itu memiliki dan diberi otoritas oleh Allah SWT untuk memberikan syafaat khususnya pada hari mahsyar atau yaumuml hisab. Pada waktu yang akan datang di luar kehidupan di dunia tersebut, maka ada satu fase di mana manusia akan ditimbang amalnya. Ada yang amalnya bagus dan timbangannya bagus dan ada yang amalnya jelek dan timbangan tentu buruk. Inilah yang kemudian di dalam Alqur’an disebut sebagai ashhabul yamin wa ashhabusy syimal. Golongan kanan dan golongan kiri. Tentu orang yang berkelakuan baik akan berharap bisa masuk dalam golongan kanan. Bahkan orang yang berkelakuan buruk pun berharap bisa masuk ke dalam golongan kanan.
Allah SWT memiliki kasih sayang yang luar biasa. Kasih sayang yang tiada taranya. Kasih sayang tersebut berupa rahmat yang tidak ada hentinya. Contoh, agar manusia bisa hidup maka diciptakan udara yang dengan udara tersebut manusia bisa menghirupnya dengan leluasa tanpa membayar sedikitpun. Allah hanya mengingatkan agar menjaga keseimbangan ekosistem alam agar semuanya bisa berjalan baik. Melalui keberadaan udara yang segar tersebut, maka manusia bisa menghirup udara untuk diproses di dalam paru-paru dan kemudian oksigen tersebut bisa menjadi salah satu yang menggerakkan kehidupan manusia. Selain itu juga kasih sayang dalam bentuk ketercukupan untuk memenuhi kebutuhan biologis, kebutuhan social dan kebutuhan integrative.
Bahkan nikmat yang paling besar adalah nikmat dapat menjadi umat Islam. Sedemikian sayangnya Allah SWT kepada manusia maka diturunkanlah pedoman agar manusia selamat. Pedoman tersebut berupa ajaran agama yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul yang dipilih oleh Allah sebagai utusannya. Silih berganti Nabi dan Rasul tersebut diturunkan kepada umat manusia. Nabi Ibrahim diturunkan kepada umatnya di kala umat manusia menyembah berhala. Diajarkan kepada mereka Agama Hanif, agama yang lurus yang mengesakan Allah SWT. Itulah sebabnya Nabi Ibrahim disebut Bapak Monotheisme, karena Nabi Ibrahim mengajarkan hanya ada satu Tuhan yang wajib disembah dan dilakukan perintahnya. Secara berturut-turut kepada kemudian datang Nabi Dawud, Nabi Sulaiman, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW. Semua mengajarkan agama sesuai dengan Millah Ibrahim, yang manusia harus meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Millah Ibrahim ini yang kemudian disebut sebagai Agama Semitis atau agama yang diturunkan kepada orang-orang Semit dan kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia. Agama Yahudi, Kristen, Katolik dan Islam disebut sebagai Agama Semitis.
Semua agama memiliki jalan keselamatan. Islam tentu jalan keselamatannya adalah dengan ketauhidan yang benar dan amalan ibadah yang benar. Orang harus meyakini tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah, serta beramal yang shaleh sesuai dengan ajaran Islam. Islam mengajarkan agar seseorang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. La ilaha illallah. Dan dilanjutkan dengan Muhammadur Rasulullah. Lalu setelah itu harus mengamalkan ajaran Islam secara utuh atau kaffah. Bagi yang bisa melakukannya, maka dialah yang sesungguhnya bisa menjadi bagian dari golongan kanan.
Kita diajarkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah kekasih Allah. Nabi akhiriz zaman. Satu-satunya Nabi yang diberikan kekuatan untuk bertemu dan “bermuwajahah” dengan Allah di alam arasy. Tidak ada satu pun Nabi dan Rasul selain Nabi Muhammad yang bisa melakukannya. Hanya Nabi terpilih saja yang bisa melakukannya. Sebagai Nabi pilihan yang memiliki keistimewaan maka Nabi Muhammad diberikan otoritas untuk memberikan syafaat fi yaumil hisab.
Tentu saja untuk memperoleh syafaatnya harus ada instrument yang bisa digunakan. Tidak mungkin syafaat tersebut diberikan dengan tanpa melakukan sesuatu yang disukai oleh yang memiliki syafaat. Reward akan selalu diberikan kepada orang yang patuh, taat dan melakukan sesuatu yang disukai oleh yang memberi syafaat. Seorang guru atau dosen dapat memberikan reward bagi siswa atau mahasiswanya, jika siswa atau mahasiswanya tersebut patuh dan memiliki kapasitas yang sangat baik dalam program pembelajarannya. Indeks prestasinya sangat baik dan diperolehnya melalui jalan yang benar. Jadi tidak ada reward yang diberikan tanpa ada penyebab atas pemberian reward dimaksud.
Di antara keistimewaan Nabi Muhammad SAW adalah mengenai shalawat, yang menjadi salah satu penyebab kecintaan Allah dan juga kecintaan Nabi Muhammad SAW. Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW itu hanya dibaca oleh manusia akan tetapi juga Malaikat Allah. Kalimat shalawat yang pasti dibaca umat Islam adalah Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala ahlihi waashhabihi ajma’in atau Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad”.
Bacaan sependek ini ternyata memiliki kekuasaan dahsyat. Shalawat ini ternyata memiliki kekuatan untuk menjadi penyebab kecintaan Rasulullah kepada para pembacanya. Siapa yang sering membaca shalawat maka dia yang insyaallah selamat. Ada orang yang secara rutin dan istiqamah bisa membaca shalawat 100 kali, ada yang 1000 kali dan bahkan ada yang 10.000 kali dalam sehari. Jika orang sudah membaca shalawat sebanyak 10.000 kali maka dipastikan akan memperoleh keutamaan, yang kita semua tidak tahu kecuali para pelakunya.
Yang penting bagi kita adalah istiqamah untuk membaca shalawat berapapun jumlahnya. Dan kita tentu bersyukur karena bisa mengamalkan ajaran untuk keselamatan ini. Jika dengan shalawat kita selamat kenapa tidak kita lakukan.
Wallahu a’lam bi al shawab.