• October 2024
    M T W T F S S
    « Sep    
     123456
    78910111213
    14151617181920
    21222324252627
    28293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

SURGA DALAM  MATEMATIKA SUPRA RASIONAL

SURGA DALAM  MATEMATIKA SUPRA RASIONAL

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Kegiatan tahsinan yang diselenggarakan pada Masjid Al Ihsan telah sampai pada Surat At Tien, maka terdapat satu ayat yang membicarakan tentang orang yang beriman dan beramal shalih maka Allah akan memberikan balasan surga di sisinya. Ayat reward ini menegaskan bahwa untuk mencapai surga harus beriman kepada Allah dan beramal yang baik.  Di dalam Surat At Tin, ayat 6 dinyatakan: “kecuali orang yang beriman da beramal shalih, maka baginya adalah kenikmatan surga yang tiada hentinya”. Artinya, bahwa orang harus iman kepada Allah tanpa ada sedikitpun keraguan, dan beramal shalih sebagaimana kewajiban dan anjuran di dalam Islam.

Iman kepada Allah itu tersimpul di dalam kalimat tauhid atau kalimat pengesaan Allah SWT dan pengakuan mengenai kerasulan Muhammad SAW. Di dalam tradisi keilmuan Islam khususnya tasawuf maka dikenal dua konsep yaitu nafi wa itsbat. Konsep nafi untuk menjelaskan tentang pengesaan Allah yang tiada syarikat baginya. Allah itu ahad atau Allah itu esa adanya. Maka kala membaca la ilaha yang berarti tiada Tuhan atau ilah, berarti kita sedang menafikan segala ilah atau Tuhan yang selama itu sudah diyakini di dalam berbagai agama atau keyakinan tentang pengilahan atas sesuatu. Ada ilah yang berupa Api Suci, ada juga keyakinan tentang Dewa Matahari atau Dewa Ra, ada keyakinan tentang ilah-ilah yang diyakini oleh agama-agama Samawi yang sudah mengalami perubahan teologis atau agama bumi yang meyakini akan keilahian suatu hal.

Meskipun seseorang melakukan Tindakan yang tidak mengindahkan perintah Tuhan, dan bahkan juga melakukan pelanggaran atas perintah Tuhan, akan tetapi di dalam dirinya ada keinginan untuk memperoleh kebaikan pada akhirnya. Orang yang berperilaku jelek sekalipun ingin masuk surga. Begitulah adanya. Surga memang menjadi ajaran agama yang sangat universal. Setiap agama mengajarkan bahwa tujuan akhir kehidupan sesudah mati adalah surga. Di dalam Bahasa Arab disebut Jannah, di dalam Bahasa Hindu Indonesia disebut sebagai swargaloka, di dalam Agama Buddha disebut sebagai Nirwana dan di dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai surga.

Untuk memasuki surga, sebagaimana diceritakan di dalam teks Suci, Alqur’an, ada dua yaitu beriman kepada Allah dan beramal baik. Di dalam Surat At Tin, ayat 6 dijelaskan bahwa: “illal ladzzina amanu wa ‘amilush shalihata falahum ajrun ghairu mamnun”.  Manusia yang tidak merugi adalah manusia yang beriman kepada Allah dan beramal shalih. Oleh karena itu, iman menjadi kata kunci. Di dalam tradisi Islam dinyatakan: “miftahul Jannah la ilaha illallah”. Yang artinya: “kunci Surga tidak ada Tuhan selain Allah”.

Berdasarkan atas teks ini maka bisa dinyatakan bahwa siapa orang yang sudah mengikrarkan diri dengan menyatakan la ilaha illallah, maka yang bersangkutan sudah memiliki peluang untuk menjadi bagian dari surganya Allah. Jadi orang yang sudah beriman maka peluangnya untuk memasuki surga tentu besar. Iman memang bisa bertambah dan bisa berkurang. Namun selama kurangnya iman tersebut tidak sampai membuat seseorang menjadi munafik atau kafir atau yang lebih berat menjadi mursyrik, maka peluang untuk menjadi penghuni surga tersebut masih sangat luas. Iman itu bisa full atau 100 persen. Tidak ada di dalam ungkapan lesan dan batinnya serta prilakunya yang menyebabkan iman tersebut berkurang, maka dipastikan iman itu akan berada dalam nuansa full atau iman sepenuhnya. Disebut juga sebagai imanan shadiqan. Iman yang benar dan lurus.

Kemudian, yang juga menjadi indicator atas peluang menjadi penghuni surga adalah amal yang baik atau amalan shalihan. Siapapun bagi orang yang sudah beriman kepada Allah maka baginya akan dapat menjadi orang yang bisa beramal shaleh. Amal shaleh itu definisinya sangat luas. Mulai dari perkataan yang menyenangkan orang sampai  jihad di jalan Allah, mulai dari sedekah sampai pergi haji. Mulai dari memungut paku di jalan sampai mengedepankan menolong orang yang memerlukan.

Jika seandainya kemudian dikalkulasi, bahwa iman kita itu prosentasenya 90 persen dan amalan shaleh kita itu 50 persen, maka totalitas iman ditambah  dengan amal shaleh adalah 140 persen, artinya secara keseluruhan sebesar 70 persen. Jadi dengan modal 70 persen, maka peluang untuk menemukan surga Tuhan dalam pencarian di akherat itu akan bisa diraih. Namun demikian ini adalah othak-athik mathuk atau pikiran yang tidak memiliki dasar pembenaran, akan tetapi paling tidak menjadi bahan untuk meyakinkan diri bahwa kita termasuk insyaallah akan menemukan surganya Allah SWT.

Sebagai umat Islam pantaslah jika kita berharap mendapatkan rahmatnya Allah SWT. Di dalam banyak maqalah dinyatakan bahwa orang bisa masuk surga karena rahmatnya Allah. Untuk mendapatkan rahmatnya Allah, maka ada dua indicator yang sudah saya jelaskan, yaitu iman dan amal shaleh. Dua ini sekurang-kurangnya sudah kita pahami dan kita lakukan dalam kapasitas yang sesuai dengan kemampuan. Jadi tidak mungkin rasanya, rahmat Allah itu diterima jika tidak memenuhi dua aspek tersebut.

Perhitungan semacam ini yang saya konsepsikan sebagai matematika supra rasional. Kita bisa berhitung atau bermuhasabah, bahwa iman kita seperti ini dan amalan shaleh kita seperti ini. Kita berkeyakinan bahwa potensi kita untuk masuk surga itu besar. Surga rasanya sudah di tangan kita.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..