• October 2024
    M T W T F S S
    « Sep    
     123456
    78910111213
    14151617181920
    21222324252627
    28293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

ISLAM JAWA YANG EKSOTIK

ISLAM JAWA YANG EKSOTIK

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Jangan ada kesalahan di dalam membaca judul artikel ini. Yang saya maksud dengan Islam Jawa adalah Islam yang dipeluk atau dianut oleh orang Jawa. Suatu masyarakat yang semenjak dahulu sudah menjalankan ajaran Islam sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya sebagai umat Islam berdasarkan atas pemahamannya tentang Islam yang khas. Hal ini sama dengan konsep Islam Nusantara, artinya adalah Islam yang tumbuh dan berkembang di Nusantara. Islam yang seperti ini hakikatnya juga Islam yang memiliki sumber ajaran dari Nabi Muhammad SAW, hanya saja sudah dipahami dengan konteks Nusantara dengan penduduknya yang beragama Islam. Oleh karena itu tidak layak dipertentangkan dengan Islam Arab, Islam Mesir, Islam Malaysia dan sebagainya. Islam itu hakikatnya universal, hanya saja di dalam pemahaman dan ekpresinya yang bisa bervariasi sesuai dengan lokus dan budaya yang berkembang di wilayah tersebut.

Di dalam acara ngaji bareng di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency, kita sedang mendaras tentang ayat yang terkait bahwa manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang terbaik (Surat At Tin, ayat 4). Hal itu karena manusia adalah khalifah Allah di muka bumi. Sebagai khalifah tentu saja harus diberi perangkat yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk Tuhan lainnya, misalnya hewan dan tumbuh-tumbuhan, bahkan juga dibandingkan dengan makhluk Tuhan yang masih gaib bagi manusia, seperti Jin, Syetan, Malaikat dan lainnya.

Manusia diberikan oleh Allah dengan kelengkapan akal, yaitu rational intelligent atau kemampuan nalar atau pikiran, emotional intelligent atau kesadaran yang berbasis kepada kemanusiaan, social intelligent atau kesadaran manusia untuk menjadi bagian dari manusia atau komunitasnya atau bagian dari kemanusiaan dan spiritual intelligent atau nalar ketuhanan. Dengan empat intelligensi tersebut, maka manusia bisa menjadi penguasa dunia sebagai wakil Tuhan bagi kehidupan di dunia.

Melalui empat akal tersebut,  maka manusia dapat melakukan kerja fisik dan kerja batin. Kerja fisik tentu untuk memenuhi kebutuhn fisik, misalnya makan, minum, berteduh, berpakaian, berkendaraan dan kebutuhan biologis lainnya. Sedangkan kerja non fisik adalah kerja yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan batin yang juga sangat penting di dalam kehidupan. Tidak ada manusia di dunia  yang tidak memiliki kebutuhan batin. Bukan sekedar rasa senang, tersenyum, tertawa dan bergembira ria atau lawan katanya seperti susah, sedih, murung dan menderita akan tetapi yang jauh juga dibutuhkan adalah rasa ketuhanan. Meskipun seseorang menyatakan dirinya  tidak percaya Tuhan atau atheis, tetapi saya tetap berkeyakinan bahwa suatu ketika akan merasakan betapa ada kekuatan gaib yang menggerakkan atas dunia dan manusia.

Sesungguhnya, orang yang sangat religious adalah masyarakat Nusantara, khususnya orang Jawa. Masyarakat Jawa adalah makhluk Tuhan yang paling sadar akan ketuhanan dan hal-hal yang terkait dengan Tuhan. Bagi orang Jawa, semuanya   dapat diatribusikan sebagai bagian dari kekuatan Tuhan. Tuhanlah yang berada dibalik semua tindakan manusia, yang disebutnya sebagai ketentuan atau takdir Tuhan. Orang Jawa itu serba takdir. Tidak ada yang tidak berkesadaran tentang Tuhan. Gusti Allah adalah segala-galanya.

Di dalam beragama orang Jawa itu  unik. Mereka menyelami ajaran agama justru dengan subtansinya dan bukan formalnya. Secara emosional agama itu dijadikan sebagai  bagian tidak terpisahkan dari beragama secara substansial. Agama itu dipahami sebagai sarana untuk mencapai kesejatian hidup. Oleh karena itu, maka agama itu dihayati secara lebih mendasar dibandingkan formalitas agama yang mengajarkan aturan-aturan dalam beragama. Shalat misalnya dihayati sebagai instrument untuk mencapai Tuhan dengan shalat daim atau shalat sepanjang hayat. Shalat lima waktu itu merupakan ajaran formal dalam beragama dan harus dilakukan, akan tetapi dibalik shalat itu ada semacam penghayatan tentang makna shalat secara esoteris.

Orang Jawa dikenal sebagai sekelompok orang yang menjadikan agama sebagai mantram-mantram suci. Yang dapat dirumuskan dengan menggunakan berbagai ungkapan, yang bahkan tidak terdapat di dalam ajaran agama, Islam misalnya. Sebagai contoh, Islam telah mengajarkan untuk menolak gangguan makhluk halus, maka Islam mengajarkan tentang doa, misalnya:  “Allahumma inni ‘audzubika minar rihil ahmar wa damil aswad wa dail akbar”. Makanya, lalu mereka membikin doa yang merupakan campuran antara Bahasa Arab dan Bahasa Jawa dan kemudian dirumuskan sendiri. Misalnya kala menghadapi daerah yang ditengarahi banyak makhluk halusnya, maka yang dibaca bukanlah doa yang berbahasa Arab, akan tetapi dengan doa; “ Qulhu sungsang, rajaiman, kudungku Malaikat Jibril, tekenku jongkat Nabi Muhammad, la ilaha illallah Muhammadur rasulullah”. Bismillah dengan doa tersebut, maka keselamatan akan didapatkan. Bukannya mereka tidak mau percaya dan yakin tentang doa dalam Bahasa Arab, akan tetapi karena factor kurang puas, maka doa dalam Bahasa Arab tersebut dapat  diganti dengan doa yang dirumuskan oleh para leluhurnya.

Pak Hardi sedemikian percaya bahwa doa di dalam Bahasa Jawa itu didengarkan oleh Allah SWT. Di masa lalu banyak amalan yang dilakukan oleh Pak Hardi, akan tetapi karena pengaruh paham keagamaan yang puristik, maka ajaran agama dengan sentuhan Kejawen tersebut lama-lama ditinggalkan. Sementara itu, Pak Hardi yakin bahwa doa di dalam bahasa apapun selama Tuhan meridloinya dipastikan akan terselesaikan problemnya. Pak Rusmin juga menyampaikan bahwa Tuhan itu memahami bahasa universal, sehingga bahasa apapun dari makhluknya pasti diketahuinya. Makanya berdoa dalam bahasa apapun dipastikan Allah mendengarnya. Perkara terkabulkan atau tidak tentu masih panjang urusannya.

Yang terpenting di dalam doa adalah unsur keyakinan, kesungguhan, keikhlasan dan ketawakkalan, maka doa diterima atau tidak akan sangat tergantung kepada bagaimana tingkat keseriusan dalam berdoa. Ada doa berbahasa Arab yang diterima  dan tidak. Dan ada doa dalam Bahasa Jawa yang diterima  jika Allah SWT  menghendakinya. Dengan kata lain, tetaplah terus berdoa dan yakinlah bahwa Allah mengabulkannya.  Cuma factor waktu yang akan menjadi saksinya.

Wallahun a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..