• October 2024
    M T W T F S S
    « Sep    
     123456
    78910111213
    14151617181920
    21222324252627
    28293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

BERAGAMA YANG MENYEJUKKAN BUKAN MEMANASKAN

BERAGAMA YANG MENYEJUKKAN BUKAN MEMANASKAN

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Agama memang memiliki dua dimensi di dalam pemberitaan terkait dengan ajarannya, yaitu sebagai tabsyir (pemberi kabar gembira) dan tandzir (pemberi kabar peringatan). Agama apapun selalu terkait dengan dua dimensi ini. Di dalam Islam banyak ajaran yang memberikan kabar gembira bagi orang yang mematuhi ajaran agama sebagai pesan Tuhan melalui Nabi-Nabi-Nya dan juga terdapat kabar yang memberikan peringatan atau bahkan ancaman bagi orang yang melalaikannya.

Yang saya maksud ancaman adalah berita bagi orang yang ingkar atas kebenaran ajaran agama. Misalnya menyekutukan Tuhan (musyrik), mengingkari keberadaan Tuhan dan kebenaran ajaran agama (kafir), atau orang yang tidak jelas prinsip hidupnya atau terdapat ketidaksesuaian antara apa yang diungkapkan dan apa yang diyakininya (munafik). Terhadap orang yang seperti ini, maka Islam memberikan peringatan agar kembali ke dalam jalan kebenaran, sebagaimana ajaran Nabi-Nabi, khususnya Nabi Muhammad SAW, setelah diturunkannya agama Islam, sebagai kelanjutan dari Millah Ibrahim yang monoteistik.

Sebagai manusia tentu kita bergembira dan suka karena kita termasuk orang yang mendapatkan petunjuk. Ada banyak orang yang telah mendapatkan petunjuk tetapi tidak mengindahkannya. Kita termasuk orang yang sekurang-kurangnya telah meyakini kebenaran ajaran agama, terutama ajaran yang prinsip tentang ketuhanan, kenabian dan segala hal yang terkait dengan kebenaran agama dimaksud.

Di luaran banyak sekali orang yang telah memperoleh kabar kegembiraan dan kemudian tidak mengindahkannya. Mereka tetap berada di dalam kehidupan yang semula dengan keyakinan yang telah diperbaharui oleh utusan Allah pada tahap-tahap berikutnya. Millah Ibrahim telah mengalami proses pembaharuan sesuai dengan masanya.

Millah Ibrahim tersebut telah diperbaharui oleh Nabi Daud dengan Kitab Zabur, Nabi Musa melalui Kitab Taurat, Nabi Isa melalui Kitab Injil dan Nabi Muhammad SAW melalui Kitab Al Qur’an. Dengan demikian, Kitab Al Qur’an merupakan pembaharuan terakhir atas Millah Ibrahim, sehingga semestinya perubahan terakhir itulah yang menjadi pegangan bagi umat manusia pasca diturunkannya Nabi Muhammad SAW. Ini merupakan pandangan teologis di dalam agama Islam. Tentu akan berbeda bagi pandangan teologis bagi agama lainnya.

Tetapi satu hal yang sangat mendasar di dalam Islam, bahwa Islam tidak mengajarkan agar antara satu konsepsi teologis dengan lainnya itu harus saling berhadapan. Masing-masing tetap boleh meyakini kebenaran keyakinannya.  Persoalan di masa yang akan datang atau di alam akhirat tentu akan terdapat penilaian  dari Allah SWT. Manusia sudah diberikan kabar tentang yang baik dan benar sesuai dengan ajaran Tuhan, adapun mereka tetap berada di dalam keyakinannya itu adalah terkait dengan pilihannya sendiri.

Tuhan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW tidak memaksa seseorang harus menyakini kebenaran ajaran Islam. Islam menegaskan: “la ikraha fiddin”, artinya tidak ada paksaan di dalam beragama. Bahkan Islam mengajarkan: “lakum dinukum waliyadin” artinya: “bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. Manusia sudah diberitahu tentang jalan kebenaran, dan jika tidak mengikuti jalan kebenaran tersebut, maka hal itu merupakan tanggungjawabnya.

Banyak ahli, terutama kaum orientalis,  yang menyatakan bahwa Islam disiarkan dengan pedang. Islam disebarluaskan melalui perang. Pendapat ini didasari oleh kebencian yang begitu mendalam terhadap Islam. Patut diingat bahwa peperangan yang terjadi antara umat Islam dengan kaum pagan dan kaum agama lain pada zaman Nabi Muhammad SAW merupakan peperangan yang disebabkan oleh pengingkaran atas perjanjian yang sudah dibuat antara umat Islam dengan mereka. Bukankah Nabi Muhammad SAW sudah membuat perjanjian yang disebut sebagai Perjanjian Hudaibiyah dan Perjanjian Madinah dan kala ada di antara mereka yang sudah terikat di dalam perjanjian tersebut melakukan pengingkaran, maka di situlah perang terjadi. Namun demikian, Nabi Muhammad SAW melarang umat Islam di dalam peperangan untuk membakar tempat ibadah, merusak sumber-sumber ekonomi, merusak pepohonan, membunuh perempuan, anak-anak dan orang tua. Demikianlah etika perang di dalam Islam.

Jadi tidak salah jika Islam disebut sebagai agama perdamaian atau peaceful religion. Agama yang menekankan pada perdamaian. Prinsip yang menjadi pegangan bagi agama Islam adalah agama yang mengajarkan  keselamatan.  Oleh karena itu, jika ada orang yang beragama dengan tidak menyelamatkan orang atau komunitas lain, maka tentu ada yang salah di dalam pemahaman beragamanya.

Di antara yang membuat orang beragama dengan tidak mengedepankan keselamatan adalah tafsir atas agama yang tunggal atau selalu menganggap tafsir agamanya saja yang benar dan yang lain salah. Jangankan orang yang beragama lain, bahkan yang sesama Islam juga disalah-salahkan bahkan dikafir-kafirkan. Cara beragama semacam inilah yang menyebabkan Islam kehilangan aura perdamaian dan keselamatan.

Nabi Muhammad SAW saja membiarkan doa, bacaan  dan gerakan shalat yang berbeda, asal prinsip-prinsipnya sama. Ada sahabat Nabi Muhammad SAW yang melaporkan sahabat itu membaca doa di dalam shalat seperti ini, dan Nabi Muhammad SAW mendiamkannya atau membiarkannya. Kala hal tersebut kemudian diriwayatkan di dalam hadits-hadits Nabi Muhammad SAW, maka terdapat perbedaan.  Lalu perbedaan tersebut dibesar-besarkan seakan-akan hanya tafsirnya yang benar dan yang lain salah. Inilah pangkal masalah di antara sesama umat Islam.

Kita sungguh bersyukur bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia mengikuti ajaran agama yang memberikan kabar gembira kepada umatnya. Islam yang lebih utama adalah yang mengabarkan rasa kegembiraan, kedamaian, keselamatan dan kenyamanan di dalam kehidupan. Melalui kabar gembira ini, maka beragama itu menjadi happy atau membahagiakan.

Saya kira manakah yang lebih utama beragama yang membahagiakan atau yang menakutkan. Pilihan orang yang benar adalah agama yang membahagiakan.

Wallahu a’lam bi shawab.

 

 

 

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..