• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENJAGA KELUARGA YANG HIDUP ATAU SUDAH WAFAT

MENJAGA KELUARGA YANG HIDUP ATAU SUDAH WAFAT

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Banyak orang yang berpikir bahwa yang patut dijaga adalah keluarga yang masih hidup. Bisa anak, cucu, orang tua dan keluarga lain yang masih hidup. Pemikirannya bahwa mereka ini harus diselamatkan dari Tindakan yang tidak atau kurang baik dan agar mereka selalu menjalankan Tindakan yang sesuai dengan ajaran agama. Bagi kalangan ini bahwa mereka yang sudah wafat itu sudah tertutup amal ibadahnya dan sudah tidak perlu mendapatkan bantuan apapun dari yang masih hidup.

Keyakinan seperti ini berangkat dari pemikiran rasional, yang menganggap bahwa orang yang masih hidup itu perlu mendapatkan pertolongan, bisa pertolongan material dan juga bisa pertolongan kepenasehatan. Jika ada yang bermasalah, maka bisa diselesaikan melalui pertolongan para ahlinya. Bisa konselor, psikholog, Lembaga keagamaan, Lembaga social dan bahkan Lembaga ekonomi. Semuanya bisa berperan sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya.

Ada yang secara ekonomi bermasalah, maka bisa hadir Lembaga pilantropi yang selama ini bergerak di bidang zakat, infaq dan shadaqah untuk menolongnya. Jika ada yang bermasalah psikhologisnya, maka bisa ditolong oleh psikhiater. Jika ada yang bermasalah secara social maka bisa diselesaikan melalui mediasi, dan jika ada yang bermasalah secara  kekeluargaan, maka bisa diselesaikan dengan dialog yang didampingi oleh para ahlinya.

Semua itu adalah masalah-masalah duniawi yang memang selalu menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia kapan dan dimana saja. Tidak perduli orang kaya, orang miskin, pejabat atau rakyat. Terkadang akan mengalami hal yang esesnsinya sama meskipun cakupan dan bentuknya berbeda-beda. Jika dilakukan pertolongan atas hal ini, maka sungguh hal tersebut adalah pertolongan yang bersifat duniawi.

Tetapi juga ada yang seharusnya mendapatkan pertolongan dari yang masih hidup terhadap yang sudah wafat. Yang diharapkan dari orang yang masih hidup terhadap yang wafat adalah doa untuk permohonan maaf atau ampunan. Bagi mereka adalah kiriman doa yang ditujukan kepada mereka yang wafat itu jauh lebih indah dan bermanfaat. Mereka tidak mengharapkan apa-apa selain doa dan bacaan-bacaan kalimat thayibah dari anak cucunya. Mereka memang sudah terputus dari amal ibadahnya, akan tetapi Allah SWT masih memberikan peluang baginya untuk memperoleh pertolongan. Di antara pertolongan yang utama adalah dari anak-anaknya atau bisa lebih luas keluarganya.

Islam sesungguhnya merupakan agama yang memberikan peluang bagi orang yang sudah wafat untuk bisa ikut bergembira karena kiriman doa, bacaan kalimat Thayyibah dan permohonan ampunan kepadanya. Secara spesifik Islam mengajarkan bahwa yang akan terus mengikuti orang yang sudah wafat adalah sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya. Akan tetapi secara umum berdasarkan amalan para ulama, maka sesama umat Islam pun bisa saling mendoakannya.

Jika kita melakukan shalat jamaah, maka imam shalat kemudian membacakan surat Al Fatihah kepada orang tua, kerabat bahkan kepada sesama jamaah umat Islam, muslimin wal muslimat, mu’minin dan wal mu’minat. Jika kita membacakan hal seperti ini, maka yang didoakan bukan sekedar orang tua atau kerabat tetapi segenap umat Islam. Inilah kehebatan ajaran Islam yang memiliki cakupan solidaritas kepada sesama jamaah umat Islam.

Umat Islam tidak dididik dalam beragama dengan mengedepankan egoism, termasuk dalam memperoleh pahala ajaran ganjaran dari Allah SWT. Islam selalu mengajarkan tentang sikap hidup yang menyayangi terhadap umat Islam bahkan juga terhadap umat beragama lain. Misalnya terhadap umat agama lain, Nabi Muhammad tidak memeranginya, selama kewajiban sebagai umat dalam suatu kesatuan bangsa tersebut dipatuhinya. Selama perjuangannya menegakkan panji-panji Islam, maka Nabi selalu mengedepankan kasih sayang kepada umat manusia. Islam itu rahmat bagi seluruh alam dan bukan rahmat bagi umat Islam saja.

Marilah kita pahami doa yang diajarkan oleh para ulama, khususnya ulama ahli Sunnah wal Jamaah, maka yang diajarkannya adalah kebersamaan. Ada yang doa khusus bagi orang-orang yang saleh, dan ada doa bagi seluruh umat Islam. Artinya, bahwa umat beragama yang sesuai dengan ajaran Islam, semenjak Nabi Adam AS sampai sekarang berada di dalam cakupan doa yang kita bacakan. Setelah kita mendoakan kepada orang tua kita, kakek nenek kita, nenek moyang kita, lalu juga berdoa untuk semua umat Islam, wa li jami’il musliminan wal muslimat, wal mu’minina wal mu’minat, al ahya’I minhum wal amwat. Sebuah doa sapu jagat yang ditujukan kepada semua umat Islam.

Islam itu mengajarkan “kekitaan” dan bukan “keakuan”. Islam mendidik agar umat Islam itu tidak hanya menyayangi diri sendiri tetapi menyayangi terhadap sesama umat Islam. Islam mengajarkan agar manusia menyayangi keluarganya, tetangganya, komunitasnya dan juga masyarakatnya. “kekitaan” itulah yang sesungguhnya menjadi inti pesan Islam dalam humanism. Yaitu ajaran yang secara normative memberikan pesan moral agar mengedepankan aspek kemanusiaan dalam membangun relasi social.

Dan uniknya, Islam tidak hanya mengajarkan pesan hanya untuk kasih sayang kepada sesama manusia yang masih hidup, akan tetapi juga secara normative mengajarkan kasih sayang kepada orang yang sudah wafat.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..