MENJAGA SPIRITUALITAS KALA MEDIA SOSIAL MEREBAK KUAT
MENJAGA SPIRITUALITAS KALA MEDIA SOSIAL MEREBAK KUAT
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Kita merasakan betapa besarnya pengaruh media social terhadap kehidupan. Luar biasa. Kita sudah benar-benar memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap media social. Melalui Hand phone memang dunia berada di dalam genggaman. Kita bisa melihat belahan dunia di luar negeri dari kamar kita masing-masing. Dunia internasional dapat dilihat di HP kapan dan di manapun.
Pengaruh HP terhadap kehidupan sungguh luar biasa. Kita sudah menjadi ketagihan. Jika kita dalam beberapa jam saja tidak melihat apa yang ada di dalam HP, maka terasa ada yang kurang. Sungguh kita sudah sampai pada derajat addicted. Jika kita pergi lalu HP tertinggal di rumah, maka terasa dunia mau kiamat. Gelisah dan merasa tidak nyaman. Ada yang terasa kurang, sebab jangan-jangan ada panggilan atau unggahan penting di HP yang kemudian terlewatkan. Apalagi jika kita termasuk orang yang berada di dalam jejaring media social yang berlalu lalang.
Dengan HP memang apa saja bisa dinikmati. Jika kita ketinggalan nonton bola atau nonton badminton, maka dapat menonton siaran ulangnya melalui kanal Youtube. Sungguh seseorang sangat dimanjakan dengan berbagai tontonan yang menggairahkan melalui media social yang tersaji di dalam HP. Jika kita ingin mendengarkan paparan tentang apa saja, maka tinggal mencarinya dan kemudian mendengarkannya. Bisa ceramah akademis, ceramah agama, guyonan, music dan bahkan juga tontonan seronok. Sungguh serba ada.
Jika kita bangun tidur, maka pertama yang dicari adalah HP. Tidak ingin lihat yang macam-macam tetapi hanya ingin melihat jangan-jangan ada pesan yang penting. Bukankah HP sudah menjadi media komunikasi yang sangat efektif untuk menjalin jejaring. Bisa semalaman orang saling berkomunikasi untuk berbagai kepentingan. Apalagi jika relasi tersebut berada di dunia internasional, maka bisa dibayangkan bahwa pesan akan datang pada jam berapa saja. Di Indonesia siang hari dan di Amerika malam hari. Jika kita berjejaring dengan orang Indonesia dan Amerika, maka sungguh akan semalaman hal tersebut terjadi. Orang yang bermain valas, maka nyaris tidak ada waktu istirahat tidur.
HP memang telah menjadi bagian penting di dalam kehidupan manusia. Di dalamnya terdapat sajian yang baik dan buruk. Ada ceramah agama yang mengajak kepada pemahaman agama, dan ada tayangan pornografi yang mengajak kepada perilaku keburukan atau ke neraka. Ada hiburan yang menyegarkan dan ada unggahan yang menyakitkan. Semua tersaji dengan lengkap dan memastikan kesenangan atau sebaliknya. Sajian di kanal Youtube sungguh memberikan semuanya untuk kita.
Namun demikian, yang sungguh menjadi masalah kala kita sudah sampai pada addicted. Maka, HP akan menjadi Setan Gepeng. HP akan menjadi hal yang prioritas. Selama ada waktu, kapan dan di manapun, maka HP akan menjadi teman utama. Di arena public, kita akan bisa melihat bagaimana orang sibuk dengan HP masing-masing. Terkadang tertawa, dan terkadang bersungut. Jika kita berada di stasiun, bandara, halte, dan tempat lainnya, maka semua orang sibuk dengan HP masing-masing. Bahkan suami istri juga masing-masing sibuk dengan HP-nya sendiri-sendiri. Bapak dan anak atau Ibu dan anak juga masing-masing sibuk dengan HP-nya masing-masing.
Yang membuat harus dipikir ulang adalah bagaimana kita tetap meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan Tuhan atau berkomunikasi dengan Rasulullah selain berrelasi dengan sesama manusia atau justru meluangkan waktu kita yang banyak justru untuk HP. Inilah problem kita yang sesungguhnya. Pada era media social ini, maka waktu kita justru yang banyak selain bekerja adalah untuk mencermati pesan dan tayangan di HP. Bahkan di dalam perjalanan yang panjang apakah dengan mobil atau dengan kereta api, maka yang lebih banyak menemani kita adalah HP. Jadi bukan untuk membaca istighfar, tahlil, tahmid atau membaca shalawat tetapi justru untuk bercengkerama dengan HP.
Oleh karena itu ada beberapa tips, yang diperlukan: pertama, kita memang harus berada di dalam dunia media social. Tidak mungkin kita tidak masuk dalam arena ini. Kita butuh jejaring dalam banyak urusan. Bisa urusan kantor, pekerjaan dan bahkan juga urusan pribadi. Artinya kita tidak bisa menjadi manusia sekarang yang hidup di masa lalu.
Kedua, kitalah yang harus memenej kapan harus bermedia social dan kapan kita harus melakukan relasi dengan jejaring secara offline. Dengan suami, istri, anak, cucu dan kolega perlu juga ada waktu untuk bertemu secara luring. Memang relasi bisa dibangun dengan online, akan tetapi tetap saja ada masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan daring. Relasi suami istri, atau anak dan orang tua tetap saja yang utama adalah melalui luring. Makanya, relasi itu harus kita yang memenej dengan baik agar semuanya berjalan dengan benar.
Ketiga, kita memerlukan hiburan. Itu pasti. Kita perlu memenej kapan waktu kita harus mendengarkan music, menikmati guyonan dan menikmati dunia serius, misalnya ceramah ilmiah melalui media social. Kita harus proporsional untuk melakukannya. Dan kitalah yang akan memenej kapan waktu yang tepat untuk menyeimbangkan kepentingan-kepentingan dimaksud.
Keempat, di tengah pekerjaan, di saat santai, di saat serius dan di saat kita menikmati sesajian di dalam media social, ada satu hal yang pasti tidak boleh dilupakan, yaitu mengingat Tuhan dengan mengamalkan amalan-amalan shalih yang berupa dzikir. Kita tetap harus ingat membaca shalawat. Kita tidak bisa melupakan hal ini. Kita harus menjaga keseimbangan untuk menikmati kehidupan dunia dan melaksanakan amalan ibadah untuk kepentingan ukhrawi. Jadi, hidup yang proporsional antara dunia dan akhirat itu sangat penting.
Terakhir saya ingin menyitir satu pendapat ahli, yang menyatakan bahwa jika kita bekerja cukup waktu empat jam saja yang sangat serius untuk menghasilkan keberhasilan, hanya saja dengan meninggalkan HP, internet, dan media social lainnya. Cukup empat jam untuk sukses dalam pekerjaan, lalu berapa jam untuk sukses bagi kehidupan akherat.
Wallahu a’lam bi al shawab.