• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

INGIN RIDLO ALLAH UNTUK  SURGA YANG SANGAT PENTING

INGIN RIDLO ALLAH UNTUK  SURGA YANG SANGAT PENTING

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Bagi kalangan ahli tasawuf, maka yang diutamakan adalah memperoleh ridlo Allah SWT, baik di dalam kehidupan di dunia terlebih kehidupan di akhirat. Oleh karena itu, para ahli tasawuf mengedepankan ridla Allah di atas semua yang berupa kenikmatan di akhirat. Banyak orang yang berpikir, bahwa akhir segalanya di dalam kehidupan adalah di kala kita dapat memasuki surganya Allah, akan tetapi bagi ahli tasawuf,  ridla Allahlah yang menentukan akhir dari segala kehidupan roh manusia.

Manusia dengan rohnya memang akan mengalami perjalanan untuk berpindah-pindah dari satu fase kehidupan kepada satu fase kehidupan lainnya. Dimulai dengan alam roh yang kita sudah lupa kapan saatnya, tetapi yang jelas bahwa di sana ada perjanjian yang kita lakukan dengan kewajiban untuk mengabdi kepada Allah dan tidak kepada yang lain. Instrument  untuk mengingat perjanjian itu adalah agama yang diturunkan oleh Allah kepada manusia. Di masa lalu diturunkan kitab Zabur kepada umat Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman dan nabi-nabi lain sesudahnya, sampai kemudian diturunkan kepada Nabi Musa kitab suci Taurat dan nabi-nabi lain sesudahnya, lalu diturunkan Kitab Injil kepada Nabi Isa dan nabi-nabi lain, dan kemudian diturunkan Alqur’an kepada Nabi Muhammad SAW dan kepada umatnya. Kitab-kitab suci ini selalu diturunkan kepada Nabi-Nabi tertentu yang sesungguhnya untuk membenahi atas tafsir pada kitab suci yang sudah melenceng dari teks kitab suci dimaksud. Itulah makna kenapa kitab Suci Alqur’an dianggap sebagai  kitab terakhir yang terjaga dari kesalahan teksnya, meskipun terdapat penafsiran yang berbeda tetapi pada prinsip-prinsip utamanya terdapat kesamaan-kesamaan.

Roh manusia mengalami perpidahan dari alam roh ke alam dunia, ke alam kubur dan ke alam akhirat. Makanya, roh itu abadi dalam konteks tidak mengalami kerusakan, karena memang diciptakan oleh Allah untuk merasakan alam keabadian. Tetapi tentu tidak abadi sebagaimana keabadian Allah, yang tidak ada awalnya dan tidak ada akhirnya. Sebagaimana keabadian surga dan neraka yang tidak sama dengan keabadian Allah, karena surga dan neraka adalah ciptaan Allah SWT.

Manusia tergolong dalam tiga bagian. Pertama, ahli tasawuf, yakni orang yang memiliki usaha taqarrub kepada Allah SWT, dan karena kedekatannya tersebut lalu Allah membukakan hijab yang menyelubungi antara Allah dan hambanya. Saya tidak bisa menggambarkan bagaimana relasi vertical Allah dan manusia tersebut, akan tetapi kenyataan empirisnya pasti ada. Semua agama mengajarkan tentang keberadaan makhluk Allah yang bernama manusia dengan kapasitas bisa melakukan hal semacam ini. Di dalam Islam disebut sebagai waliyullah, orang yang memiliki kedekatan spiritual yang memasuki alam keilahian. Di dalam ajaran Nasrani, sebagaimana Alqur’an menjelaskan adalah para hawariyun, atau sahabat Nabi Isa yang menjadi pengikut setianya.

Kedua, ahli ilmu pengetahuan yaitu mereka yang mendalami ilmu keislaman dan kemudian mengajarkannya kepada umat lain. Fungsinya adalah menjadi pengingat kepada manusia lain agar bertaqwa dan mengabdi kepada Allah. Di dalam kehidupannya disibukkan untuk mengembangkan kebaikan dan kebenaran. Kebaikan umum atau kebaikan khusus. Kebaikan umum terkait dengan kemanusiaan, misalnya menyebarkan tentang keadilan, persamaan dan toleransi, sedangkan yang khusus adalah kebaikan dan kebenaran yang berbasis pada ajaran Islam untuk umat Islam. Ajaran keadilan, persamaan dan toleransi sesungguhnya juga ajaran Islam dan secara umum bisa diberlakukan untuk semua penganut agama.

Ketiga, orang awam atau orang yang tidak memiliki seperangkat pengetahuan agama yang sangat baik, akan tetapi ada yang amal kebaikannya luar biasa dan ada yang tidak memiliki amalan kebaikan. Orang dengan penggolongan ketiga tersebut “rawan” di dalam kehidupannya tergantung kepada factor internal dan eksternal yang ada pada yang bersangkutan. Factor lingkungan menjadi penyebab dominan di dalam kebaikan atau keburukan. Dia akan menjadi baik, jika berada di dalam lingkungan baik dan akan menjadi jelek kalau berada di dalam lingkungan yang jelek. Makanya, Islam mengajarkan agar kita berada di dalam perkawanan yang baik dan benar. Di dalam konsepsi Islam Jawa disebut sebagai wongkang sholeh kumpulono. Kita harus berkawan dengan orang yang baik. Jika kita berkawan dan berada di dalam lingkungan yang baik tentu Allah akan senang pada perilaku kita.

Namun demikian, tentu ada hamba Allah yang diberi otoritas untuk mengubah lingkungan  jelek menjadi baik atau lingkungan  rusak menjadi lingkungan yang baik. Ingat bahwa kebanyakan pesantren besar  didirikan di lokasi yang rusak, misalnya kampung maling, kampung judi, dan sebagainya. Pesantren Tebuireng didirikan oleh Hadratusy Syekih Hasyim Asy’ari pada kampung yang rusak, tetapi dengan usaha yang sungguh-sungguh  akhirnya justru dari tempat tersebut menjadi pesantren yang sangat terkenal hingga hari ini. Semua itu tentu karena keridlaan Allah SWT.

Kita memahami bahwa keridlaan Allah merupakan penentu atas semua akhir dari kehidupan manusia. Dan kita ingin mendapatkan keridlaan tersebut. Kita  ingin diri kita, keluarga kita dan bahkan umat Islam semuanya bisa mendapatkan keridlaan Allah SWT dan berakhir dengan penempatan kita di dalam surganya Allah SWT. Atas keridlaan Allah, maka api yang panas menjadi dingin, sebagaimana Nabi Ibrahim. Laut yang bergelora dengan air, dapat berubah menjadi jalan terbentang pada waktu Nabi Musa  dan manusia raksana Thalut bisa dikalahkan oleh ketapel Nabi Dawud.

Makanya, keridlaan Allah adalah segalanya. Itulah sebabnya menjadi bermanfaat  jika kala selesai shalat kita berdoa: “Allahumma inna nas alukal jannata wal afwa ‘indal hisab. Yang artinya: “Ya Allah kami memohon kepadaMU surga dan ampunan kala masa hisab”. Kita memang harus berdo’a seperti ini, karena kita yakin bahwa dengan amalan shalat yang baik, kita akan memperoleh ridla Allah yang berujung kepada keanggotaan kita di dalam surga. Allahumma amin.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

 

 

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..