Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

HIDUP BERKAH

HIDUP BERKAH

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Setiap orang ingin menggapai keberkahan hidup. Berkah itu secara general bisa diartikan sebagai pertambahan kenikmatan atas sesuatu yang diterima. Jika harta maka dirasakan bahwa harta yang diberikan oleh Allah SWT  itu menjadi sesuatu yang memiliki kenikmatan tambahan. Atau jika kesehatan, maka berkah kesehatan itu artinya fisik, jiwa dan rohani kita selalu dalam kesehatan. Jika keluarga, maka dirasakan bahwa seluruh anggota keluarga merasakan kedamaian, ketenteraman dan selalu di dalam kehidupan yang baik dan bermanfaat.

Jika kita sedang berkuasa, maka keberkahan kekuasaan itu berarti yang dilakukan itu memberi manfaat kepada orang lain atau masyarakat. Kebijakan yang dibuat bisa memberikan efek positif bagi masyarakat yang dipimpinnya. Jika sebagai seorang birokrat, maka yang dilakukannya itu bermakna kemajuan bagi institusinya dan institusinya menjadi institusi yang bermanfaat bagi masyarakat. Di era yang disebut sebagai pelayanan optimal bagi para pelanggan, maka jika para stakeholder kita merasakan kepuasan atas kinerja kita, maka kita dapat  menyatakan bahwa institusi dan team kerja telah bekerja secara optimal.

Jika kita sebagai guru atau dosen atau kyai, maka keberkahan ilmu itu bisa dirasakan jika semakin banyak anak didik, mitra belajar, siswa, santri atau mahasiswa yang diajar mampu dan berhasil untuk menggapai kehidupan yang semakin baik. Keberhasilan murid merupakan kebanggaan guru, dan ketidaksuksesan murid adalah kesedihan guru. Seorang guru yang baik jika bisa merasakan apa yang dirasakan oleh murid-muridnya. Ada murid kita yang menjadi pejabat, menjadi birokrat, menjadi teknokrat, menjadi wirausahawan, menjadi  businessman, menjadi politisi, menjadi akademisi dan sebagainya merupakan kebanggaan yang tidak terkira dari seorang guru atau dosen. Lalu juga menjadi sedih jika melihat siswa atau mahasiswa yang pernah diajarnya kurang berhasil di dalam kehidupannya.

Jika menjadi usahawan, maka akan menjadi berkah kehidupannya jika pertambahan kekayaannya tidak hanya menjadi akumulasi modal saja akan tetapi justru menambah nilai manfaat bagi umat. Tidak hanya sekedar memenuhi Corporate Social Responsibility (CSR) akan tetapi lebih dari itu. Ada keyakinan bahwa sebagian harta yang didapatkannya melalui serangkaian usahanya itu merupakan bagian dari orang-orang dhu’afa yang harus ditanggungnya. Jadi bukan bersikap sebagai kapitalis murni yang hanya menumpuk atau mengakumulasikan modal saja, akan tetapi tergerak dan mengimplementasikan kepeduliannya atas orang lain yang kurang atau tidak beruntung.

Di Indonesia, ada banyak orang yang berhasil secara ekonomi karena menjadi pengusaha. Ada orang-orang Indonesia yang masuk dalam jajaran 100 orang terkaya di dunia. Ada kaum businessman yang hartanya sangat banyak. Sejumlah 15 orang terkaya di Indonesia yang akumulasi kekayaannya lebih dari 40 persen APBN Indonesia. Bahkan ada orang kaya nomor 1 dan 2 di Indonesia yang kekayaannya itu mencapai angka lebih dari Rp500 trilyun. Artinya sama dengan anggaran Kementerian Agama  selama 4 tahun. Karena akumulasi kekayaaan tersebut dari perusahaan-perusahaan yang dimilikinya, maka dipastikan bahwa CSR perusahannya juga besar.

Semenjak awal memang strategi pembangunan di Indonesia menggunakan model  pertumbuhan atau growth model. Maka yang besar didorong untuk semakin besar, dan kemudian hasilnya akan menetes ke bawah atau trickle down effect. Perusahaan besar akan memiliki sejumlah unit perusahaan menengah dan terus ke bawah untuk bisa mempekerjakan  tenaga kerja  dari  kalangan masyarakat. Akan tetapi rencana trickle down effect ini tidak berjalan sebagaimana rencana sebab watak kapitalis murni itu yang justru menguat, sehingga tetesan ke bawah pun tidak terjadi.

Di antara kita tentu sudah bersyukur bahwa kita hidup di Indonesia yang masyarakat, bangsa dan negaranya memiliki modal dasar keamanan dan kedamaian. Bagi kita modal perdamaian, keamanan dan ketenteraman masyarakat merupakan modal social yang sangat besar. Dengan modal tersebut, maka bagaimanapun keadaan ekonomi kita, ternyata kita masih memiliki peluang untuk bisa hidup. Maka, keberkahan sebuah negara adalah kala negaranya itu aman dan damai, lalu warganya bisa merasakannya sebagai modal kehidupan yang luar biasa.

Sungguh kita dapat bersyukur sebagai warga bangsa Indonesia. Kita memiliki keluarga, kekayaan, harta atau pangkat dan jabatan, pekerjaan dan usaha yang bisa berjalan dalam kenyataan social yang terjadi di Indonesia. Jika ada di antara kita yang belum beruntung secara ekonomi, akan tetapi setidak-tidaknya masih mendapatkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan minimal keluarga.

Selalu saya nyatakan bahwa modal aman dan damai merupakan kata kunci keberkahan yang besar dari bangsa Indonesia. Jika kita tidak mensyukuri hal semacam kita, maka jangan sampai Allah SWT memberikan dampak negative bagi bangsa Indonesia. Jika ada di antara sedikit warga negara Indonesia yang cenderung untuk memprovokasi tindakan disharmoni, maka semoga warga negara seperti itu mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

Sebagai penutup artikel ini, marilah kita berdo’a kepada Allah SWT dengan doa yang sering dibaca. Allahumma bariklana fi ‘umrina, Allahumma bariklana di ‘ilmina, Allahumma bariklana fi rizqina, Allahumma bariklana fi hayatina, Ya arhamar rahimin. Ya Allah berkahi umur kami, Ya Allah berkahi ilmu kami, Ya Allah berkahi rizki kami, Ya Allah berkahi kehidupan kami, Wahai Dzat yang memberi kerahiman bagi kami.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..