• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENDAMBAKAN ANAK YANG SALEH: DAHSYATNYA DOA ORANG TUA

MENDAMBAKAN ANAK YANG SALEH: DAHSYATNYA DOA ORANG TUA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Tidak ada orang tua yang tidak ingin anaknya menjadi anak yang baik, apapun status dan kedudukan orang tuanya. Meskipun orang tuanya tidak memiliki status social yang baik, akan tetapi tetap berkeinginan agar anaknya menjadi lebih baik status sosialnya. Orang tua selalu mendambakan agar anaknya menjadi lebih baik dari dirinya. Dan lebih jauh juga mendambakan agar anaknya menjadi orang yang baik dalam agamanya.

Ada orang tua yang status sosialnya menjadi buruh tani atau petani tetapi dia berkeinginan agara anaknya tidak menjadi seperti dirinya. Atau ada orang tua yang bekerja pada sector pekerja kasar di pabrik atau pekerja bangunan dan berharap agar anaknya tidak menjadi seperti dirinya. Makanya, hampir semua orang tua berharap agar anaknya menjadi lebih baik di dalam kehidupannya. Ada mobilitas vertical yang diinginkan, dari buruh tani menjadi petani. Dari petani menjadi pegawai negeri. Dari buruh kasar menjadi pengusaha.

Ada yang berhasil dan ada yang tidak. Ini merupakan hukum alam. Keberhasilan atau kegagalan merupakan hukum alam yang tidak bisa dihindari oleh umat manusia. Bahkan putra Nabi-Nabi atau Rasul Allah juga mengalami hal yang sama. Ada yang berhasil dan ada yang gagal. Yang berhasil adalah seperti Nabiyullah Ibrahim yang berhasil putra-putranya menjadi orang yang saleh bahkan nabi atau rasul. Akan tetapi juga ada yang gagal, misalnya Nabi Adam AS yang salah seorang putranya tidak menjadi orang yang baik. Sama halnya dengan Nabi Nuh AS yang  salah seorang putranya membangkang dari perintah orang tuanya. Qabil dan Kan’an adalah prototipe anak yang gagal menjadi orang shaleh.

Namun demikian, sebagai manusia tentu kita harus tetap bercita-cita agar keturunan kita menjadi orang yang terbaik, terutama di dalam ketaqwaannya. Tidak boleh berpikir bahwa anak Nabiyullah saja ada yang mengingkari kebenaran apalagi anak keturunan kita sebagai manusia biasa. Pemikiran seperti ini saya kira  tidak tepat, sebab kita justru harus berpikir dan berusaha untuk kebaikan anak keturunan kita.

Sebagaimana yang sudah saya tulis, bahwa ada trilogy kehidupan manusia, yaitu berusaha, berdoa dan bertawakkal. Maka agar anak kita menjadi anak yang saleh maka tentu harus diupayakan untuk menjadi shaleh. Jangan dibiarkan saja tanpa pengarahan. Bisa dilakukan oleh lembaga pendidikan atau bisa dilakukan sendiri. Yang jelas harus ada ikhtiar agar anak kita menjadi anak yang baik. Ingatkan jika sudah berada di luar rumah dan juga ingatkan kala di dalam rumah. Mengingatkan keluarga kita untuk melakukan kebaikan adalah kewajiban social dan religious sekaligus. Jagalah diri kita dan keluarga kita dari api neraka.

Islam juga mengajarkan betapa pentingnya doa. Jika kita memiliki pemikiran bahwa para Nabi itu tidak usah berdoa maka pemikiran ini merupakan pemikiran yang salah. Bahkan kita diajari oleh para rasul  untuk terus berdoa kepada Allah tentang segala hal, termasuk berdoa untuk anak-anak kita. Meskipun ada yang berhasil dan gagal,  tetapi kita tetap harus optimis bahwa Allah pasti mendengarkan doa-doa kita.

Nabi Zakariya AS juga melantunkan doa: “Rabbi habli min ladunka dzurriyatan thayyibatan innaka sami’ud du’a, yang artinya: “wahai Tuhanku, berikanlah dari sisimu seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha mendengar permohonan kami”. Rasulullah juga bersabda bahwa ada tiga doa yang mustajabah, yaitu: doa orang tua, doa orang bepergian dan doa orang yang terdholimi. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut: tsalatsatu da’awati  mustajabati la syakka fi hinna: da’watul walidi wa da’watul musafiri wa da’watul madhlumi”, yang artinya: “ada tiga macam doa yang mustajab dan tidak ada keraguan di dalamnya, yaitu doa orang tua, doa seorang musafir dan doa orang yang terdzolimi” (HR. Imam Bukhori).

Dengan mencermati doa-doa ini, kita dapat memahami  hal-hal sebagai berikut: pertama,  berdoa untuk kebaikan anak itu merupakan perilaku baik yang hukumnya sunnah. Bahkan bagi manusia mendekati kewajiban. Setiap manusia secara etikal harus mendoakan anak-anaknya. Orang tua tidak boleh melupakan doa kepada Allah ini. Disunnahkan waktunya pada saat-saat mustajabah. Jika do’a orang tua itu sudah menjadi doa yang mustajabah atau doa yang besar peluangnya dikabulkan oleh Allah dan jika doa tersebut dilantunkan pada saat yang mustajabah, misalnya sepertiga malam, maka peluang berhasilnya akan lebih besar.

Kedua, doa yang disampaikan kepada Allah oleh orang yang berkategori pelaku doa mustajabah tersebut benar-benar didengarkan oleh Allah. Dan Allah berjanji akan menjawabnya atau mengabulkannya. Hanya factor waktu saja yang bisa cepat atau lambat. Tetapi kita harus yakin bahwa doa tersebut akan dikabulkan oleh Allah SWT. Innallaha la yukhliful mi’ad yang artinya sesungguhnya Allah tidak akan mengingkari janjinya. Sebagaimana doa Nabi Zakariya di atas, bahwa Allah adalah maha mendengar doa-doa hambanya. Terutama  hambanya yang bertaqwa kepada-Nya.

Ketiga, jika ada anak yang berpaling dari kebenaran, maka jangan lelah mendoakannya. Kapanpun dan di manapun. Janganlah kita merasa bahwa Tuhan tidak mendengarkan doa kita. Teruslah berdoa tanpa lelah ibaratnya, dan kemudian kita bertawakkal kepada Allah. Jika Allah belum mengabulkan, maka teruslah berdoa dan berdoa. Mungkin sekarang belum dikabulkan tetapi siapa tahu akan dikabulkan  yang akan datang. Janganlah berputus asa dan janganlah berpikir negative. Teruslah berpikir positif atau husnudz dzon, bahwa suatu ketika Allah akan mengabulkannya.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..