Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

TRILOGI KEHIDUPAN: IKHTIAR, BERDOA DAN TAWAKKAL

TRILOGI KEHIDUPAN: IKHTIAR, BERDOA DAN TAWAKKAL

Prof. Dr. Nur Syam, MSI

Manusia sebenarnya memiliki dan diberi potensi oleh Allah SWT untuk melakukan usaha di dalam memenuhi hajad kehidupannya. Untuk memenuhi kebutuhan fisik atau biologis, kebutuhan social dan kebutuhan integratifnya. Manusia memiliki potensi dan memang diberikan oleh Allah kemampuan untuk mengakses berbagai macam usaha dalam kerangka memenuhi hajad hidupnya dimaksud.

Hajad kehidupan tersebut dapat dipenuhi dengan berbagai macam upaya, misalnya bekerja di sector wirausaha atau perusahaan, menjadi pegawai pemerintah, menjadi Angkatan bersenjata, menjadi pekerja film, pekerja dan pengusaha online, atau bahkan bekerja di sector jasa transportasi. Semua itu dilakukan di dalam kerangka untuk memenuhi kebutuhan. Kehidupan tersebut  semakin menekan dewasa ini, seirama dengan semakin menguatnya cenkeraman materialisme yang merebak di setiap sector kehidupan.

Ada beberapa jenis pekerjaan yang tetap diminati oleh masyarakat Indonesia, misalnya menjadi Aparat Sipil Negara (ASN). Jumlah pekerja di sector ini sebanyak 4.315.181 orang. Yang terdiri dari PNS sebanyak 3.956.018 orang dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) sebanyak 359.163 orang.  Untuk membuktikan bahwa menjadi ASN tersebut masih tinggi bisa dilihat pada saat ada penerimaan atau rekruitmen ASN, maka peserta membeludak di tengah jumlah ASN yang sangat sedikit. Padahal menjadi ASN itu artinya memilih kehidupan yang sekedar cukup, karena menjadi ASN tidak menjanjikan kekayaan di tengah kehidupan yang semakin materialistic.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), maka sector pekerjaan yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian dengan prosentase sebesar  29,96 persen, sector perdagangan sebesar 19,03 persen. Angka ini terkait dengan jumlah pekerja usia produktif. Sedangkan dilihat dari bekerja di sector formal sebesar 40, 38 persen, dan bekerja di sector informal sebesar 59,62 persen berdasarkan atas data jumlah penduduk yang berusia produktif dan telah bekerja. Berdasarkan data stsititik juga diketahui bahwa sector pekerjaan kehutanan, perkebunan dan pertanian menyerap tenaga sebesar 38,78 juta atau setara dengan 29,59 persen. Jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 135.611.310 orang pada bulan Pebruari 2022, sementara yang menganggur sebanyak 9.102.950 orang.

Yang juga menarik adalah keenderungan baru dalam dunia pekerjaan, yaitu usaha online. Di tengah gelegak tehnologi informasi, maka yang kemudian ikut merebak sebagai lahan baru bekerja adalah pada sector digital ekonomi. Saya hanya akan sedikit membahas tentang berusaha pada sector pekerjaan online, yang sekarang sedang ngetren. Usaha-usaha yang bisa dikendalikan dari rumah ini ternyata menjadi lahan baru seirama dengan kecenderungan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup hanya dari gadget. Usaha ini juga dipermudah dalam kaitannya dengan usaha transportasi online, misalnya Gojek, Grab, NUJek dan sebagainya. Sector pekerjaan ini banyak diminati oleh generasi milenial, yang kemudian menghasilkan konsep generasi rebahan.

Data ini penting untuk menggambarkan bahwa bekerja merupakan sebuah keharusan bagi manusia untuk memenuhi hajad hidup dengan cara bervariasi. Memang ada orang yang sukses di dalam bekerja dan ada yang tidak berhasil. Ada bekerja dan menjadi kaya dan ada yang bekerja dan hanya berkecukupan saja. Jika hal ini dikaitkan dengan ajaran agama, maka di sana ada takdir yang terkait dengan kesuksesan atau kegagalan. Bahkan bahagia dan  tidak bahagia atau sa’idun wa sakiyyun itu sudah ada ketentuannya. Tetapi yang pasti bahwa keterlimpahan harta di dunia belum bisa menjamin keterlimpahan kebahagiaan di akherat kelak. Di dalam konsep Islam terkait dengan ketaqwaan. Inna akramakum ‘indallahi atqokum”.  Yang  artinya: “sesungguhnya yang lebih baik di hadapan Allah adalah yang paling taqwa di antara kamu”.

Meskipun ayat ini terkait dengan aspek kesukuan, kebangsaan dan ras akan tetapi tentu bisa dinisbahkan dengan kehidupan lainnya, misalnya status social, strata social, penggolongan social, dan sebagainya. Jadi apapun status sosialnya belum tentu menjamin termasuk orang yang beruntung kecuali yang bersangkutan memiliki ketaqwaan kepada Allah SWT. Yaitu orang yang beriman dan beramal shalih.

Itulah sebabnya maka doa yang sering kita baca adalah “Allahumma inna nas’aluka ilman nafi’a, wa rizqan thayyiba, wa ‘amalan mutaqabbala”. Yang artinya: Ya Allah sesungguhnya kami memohon ilmu yang bermanfaat, rizqi yang luas dan baik dan amal yang diterima” (HR. Ibnu Majah). Jadi Allah meminta kepada kita untuk berdoa kepada-Nya agar ilmu yang kita miliki menjadi ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bermanfaat itu akan menjadi pendamping bagi kita sampai hari akhir. Tidak terputus meskipun kita sudah wafat. Lalu rizki yang baik, yang halal dan thayyiban, yang halal dan baik,  sehingga harta tersebut dapat menjadi pendamping kita sampai hari kiamat, kala harta itu juga sebagiannya disedekahkan atau diinfakkan. Lalu kita juga diminta untuk melakukan  amal yang baik yang diterima oleh Allah SWT. Doa dapat  menjadi salah satu instrument penting di dalam kehidupan manusia. Ada usaha atau ikhtiar dan ada doa yang mendampinginya.

Kemudian, kala usaha sudah dilakukan dengan kesungguhan, penuh perhitungan, dan penuh dengan pengukuran lalu juga sudah dilakukan doa sesuai dengan ajaran agama, maka kemudian hasilnya diserahkan kepada Allah SWT. Kita harus tawakkal. Sebaik apapun strategi bisnis, sebaik apapun penerapan strategi bisnis, sebaik apapun upaya untuk menggapai keberhasilan, maka masih ada satu variable penting yaitu takdir Allah akan kesuksesan atau kegagalan.

Hanya sayangnya bahwa takdir itu diketahui setelah semua usaha dilakukan. Dan begitulah memang hukumnya. Takdir pasti datang belakangan. Kita tidak memiliki kemampuan untuk merenda takdir. Kita hanya memiliki kekuasaan untuk berusaha, berdoa dan akhirnya menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Orang menyatakan sebagai guratan takdir atau garis tangan. Ada orang yang sukses karena garis tangan, dan ada orang yang gagal juga guratan takdir. Itulah sebabnya takdir menjadi misteri di dalam kehidupan manusia. Takdir adalah urusan azali.   Tugas  sebagai manusia adalah menjemput takdir yang baik, dan itu bisa tergantung pada ikhtiar dan doa. Bisa jadi karena usaha dan doa, maka takdir yang masih menggantung atau mu’allaq di antara ya atau tidak, kemudian  akan menjadi ya. Menjadi berhasil.

Dengan demikian, manusia tidak bisa melangkahi trilogy kehidupan, yaitu ikhtiar, doa dan tawakkal. Kepasrahan adalah akhir dari semua usaha dan doa yang kita panjatkan. Dan yang kita harapkan adalah agar takdir itu sesuai dengan usaha, dan doa yang kita terus lantunkan.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..