• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MARI JAGA UKHUWAH ISLAMIYAH: RENUNGAN TENTANG INDONESIA

MARI JAGA UKHUWAH ISLAMIYAH: RENUNGAN TENTANG INDONESIA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Yang lain dari aspek khutbah saya pada Masjid Nur Iman pada saat hari Raya Idul Fitri 1444 H atau 2023 M, adalah tentang menjaga ukhuwah Islamiyah. Tema ini tidak akan pernah basi meskipun sudah ditulis oleh ratusan ribu orang dan juga dibaca oleh jutaan orang, akan tetapi berwasiat untuk menjaga ukhuwah Islamiyah tetap menjadi tema yang penting di tengah semakin kuatnya media social sebagai area untuk mengembangkan konflik atau rivalitas sesama umat Islam atau organisasi Islam.

Janganlah dikira bahwa sesama umat Islam tidak terjadi rivalitas terkait dengan paham agama. Sekali lagi paham agama. Rivalitas itu bukan pada ajaran Islam yang prinsip karena semua menggunakan kitab suci yang sama, hanya cetakannya saja yang berbeda. Alqur’an dan hadits-hadits shohihnya juga dalam banyak hal sama, akan tetapi penafsirannya yang bisa saja berbeda, karena ulama yang menafsirkan berbeda. Tentang hadits, maka yang terkadang berbeda adalah status haditsnya. Ada yang menyatakan ini hadits shahih dan yang lain menyatakan hasan. Semua karena sudut pandang tentang perawinya, sanadnya atau matannya yang bisa saja berbeda. Tetapi teks Alqur’annya dipastikan tidak ada perbedaan antara satu dengan lainnya.

Alqur’an sebagai sumber akidah, syariah dan akhlak tidak ada perbedaan. Akan tetapi penafsiran atas teks-teks yang mutasyabihat bisa saja berbeda antara satu ulama dengan ulama lainnya. Jadi yang berbeda adalah penafsirannya. Tentang hadits sebagai sumber akidah, syariah dan akhlak  memang bisa saja terdapat perbedaan tetapi dalam furu’nya atau cabang-cabangnya. Yang inti tentu tidak berbeda. Yang umum dipastikan sama yang berbeda adalah kekhasannya.

Jika kemudian terjadi kontestasi atau rivalitas sesungguhnya berada di dalam level penafsiran yang dianggap benar mutlak. Padahal kemutlakan itu hanya pada teks sucinya saja, yaitu Alqur’an dan hadits-hadits yang shahih yang disepakati oleh jumhur ulama. Dalam hal shalat bisa saja ada perbedaan dalam bacaan doanya, yang spesifik, tetapi jumlah rakaat dan tata urutan shalat pastilah sama, yang  umum. Perbedaan bacaan tersebut karena sumber yang dijadikan rujukan yang berbeda. Misalnya ada hadits yang menyatakan bahwa bacaan iftitah dalam shalat itu berbunyi ini, sementara itu ada sumber lain yang menyatakan bacaan iftitah itu seperti itu. Ini saja. Tidak kurang tidak lebih.

Perbedaan itu bukan sesuatu yang luar biasa. Biasa-biasa saja. Yang luar biasa jika ada orang yang memaksakan orang lain harus mengikuti atas tafsir para ulamanya. Misalnya ada yang hari raya idul fitri hari jumat, 21 April 2023 lalu memaksakan semuanya harus mengikutinya, atau hari raya jatuh pada hari Sabtu 22 April 2023 lalu semua dipaksa untuk sama. Atau semua orang Indonesia harus mengikuti ajaran Salafi Wahabi karena dinyatakan sebagai kebenaran mutlak. Yang seperti ini yang tidak cocok sebab perbedaan itu pasti ada dan semuanya memiliki dasar atau referensi yang bisa dipertanggungjawabkan oleh para ulamanya. Atau semua harus mengikuti ahlu sunnah wal jamaah atau harus mengikuti interpretasi Syi’ah karena ini adalah kebenaran satu-satunya. Inilah yang seharusnya dipahami bahwa perbedaan itu adalah rahmat Tuhan yang harus disyukuri dan jangan dijadikan sebagai medium untuk bertentangan bahkan konflik.

Sekarang kita sedang berada di area media social yang memiliki kebebasan tanpa batas. Tanpa batas usia, wilayah, dan waktu. Kapan saja orang bisa mengakses channel Youtube, Instagram, facebook, twitter dan sebagainya. Media social adalah pasar raya pendapat. Ada yang positif dan ada yang negative. Positif bagi persatuan dan kesatuan umat dan ada yang negative bagi persatuan umat. Ada informasi yang menyulut semangat harmoni dan kerukunan umat beragama dan ada yang menyebarkan informasi yang membuat disharmoni social.

Di dalam kenyataan seperti ini, maka umat Islam cerdas bermedia social: pertama, masyarakat Islam hendaknya mampu  memilih dan memilah. Memilih informasi yang baik dan benar dan menjauhi informasi yang merusak. Harus berprinsip menjaga ukhuwah Islamiyah jauh lebih penting dibandingkan mengedepankan kepentingan golongannya sendiri. Sesama umat Islam tidak pantas dan aib rasanya saling menyerang tentang kebenaran faham agama. Jangan menyakiti agar tidak tersakiti. Kecenderungan media social yang hanya ingin trending harus direduksi dengan melakukan upaya membuat pernyataan yang menyejukkan.

Kedua, hendaknya sesama umat Islam harus melakukan upaya untuk saling memahami, saling tolong menolong dan saling berbuat kebaikan. Jika sesama umat Islam saja saling berantem, pasti akan menimbulkan ketakutan bagi penganut agama lain. Alih-alih memperoleh simpati tetapi justru menghasilkan antipati. Islam itu rahmat bagi umat manusia dan bukan malapetaka atau mafsadat bagi umat manusia.

Ketiga, berkata dan berbuat yang baik. Mulutmu harimaumu. Ungkapan ini saya kira menjadi penting di tengah gempuran media social yang semakin dahsyat. Islam sudah mengajarkan fal yaqul khairan au li yashmut.  Berkatalah yang baik atau lebih baik diam. Jika terjadi pertarungan wacana di media social dengan melibatkan tafsir agama dan mengarah kepada penghinaan, pelecehan, penistanaan yang akan menimbulkan disharmoni social, maka lebih baik diam jika tidak mampu melakukan ishlah. Yang penting jangan kebablasan menyerang dan akhirnya menimbulkan juga kebablasan dalam merespon. Selalu saja ada asap ada api. Janganlah membuat api yang bisa merusak atas bangunan social yang sudah kita bina selama ini.

Keempat,  Islam begitu clear menjelaskan tentang prinsip komunikasi di dalamnya. Semuanya mengarah kepada bagaimana agar komunikasi dilakukan dengan tujuan kemuliaan, ketegasan, fairness, kesederajatan, kelemahlembutan, menyejukkan, dan  kebaikan. Prinsip inilah yang akan menyebabkan Islam menjadi mulia dan indah dihadapan umat lain, sehingga umat Islam akan disegani karena kebaikan perkataan dan perilaku umatnya.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..