HADIAHI AHLI KUBUR DENGAN BACAAN QUR’AN DAN KALIMAH THAYYIBAH
HADIAHI AHLI KUBUR DENGAN BACAAN QUR’AN DAN KALIMAH THAYYIBAH
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Saya terus terang berkeyakinan bahwa bacaan doa, kalimah thayyibah dan Alqur’an kepada ahli kubur kita akan dapat diterima oleh ahli kubur yang dituju. Keyakinan ini tentu berdasar atas prinsip sebagaimana di dalam Hadits Nabi Muhammad SAW, bahwa anak shaleh yang mendoakan kepada orang tua yang sudah wafat akan menyebabkan ketidakterputusan amal ibadah. Waladun shalihun yad’u lahu. Inilah inti ceramah saya dalam acara ceramah agama ba’da shubuh di Mushalla Raudhotul Jannah Desa Sembungrejo, Merakurak Tuban. Ceramah tersebut saya sampaikan pada Ahad, 23 April 2023.
Saya sampaikan betapa pentingnya mengirim ahli kubur dengan bacaan Alqur’an, kalimah thayyibah atau doa-doa yang dikhususkan kepada ahli kubur tersebut. Bukan hanya tradisi ziarah kubur yang juga diperbolehkan oleh Nabi Muhammad SAW, akan tetapi juga secara rutin membacakan bacaan khusus untuk ahli kubur. Islam mengajarkan agar kala berziarah ke makam kerabat, bisa ayah, ibu, saudara, atau kerabat lainnya, maka yang dilakukan adalah mendoakannya. Bukan meminta sesuatu kepada arwah orang yang sudah meninggal. Arwah itu sudah berada di alam kubur dan terus menunggu sampai yaumil qiyamah untuk melanjutkan perjalanan hidup baru di alam akherat.
Siapapun yang melakukan ziarah ke makam yang diharuskan untuk dilakukan harus tetap meminta kepada Allah SWT dengan washilah para kekasih Allah. Salah satunya adalah melalui Kanjeng Nabi Muhammad SAW sebagai manusia agung yang diberikan otoritas oleh Allah SWT untuk memberikan syafaat fi yaumil makhsyar. Makanya, jika berziarah kepada makam-makam auliya, maka juga harus memohon kepada Allah SWT dan menjadikannya sebagai washilah agar doa bisa lebih cepat sampai kepada Allah SWT. Tidak kurang tidak lebih seperti itu.
Mari kita yakini bahwa doa, bacaan Alqur’an, tahlil, tahmid dan sebagainya dipastikan diterima oleh Allah SWT. Ada orang-orang khusus yang diberikan kemampuan oleh Allah yang dapat merasakan dengan ‘ainul basyirah untuk memahami hal-hal seperti itu. Kita sebagai orang awam hanya mendengar cerita karena tidak memiliki maqam seperti itu. Kita hanya meyakini saja bahwa doa, bacaan Alqur’an, bacaan tahlil dan sebagainya pasti diterima oleh Allah dan disampaikan kepada ahli kubur kita semua. Tahlil adalah bacaan la ilaha illallah, sedangkan tahlilan adalah tradisi masyarakat Islam Indonesia untuk membaca kalimat thayyibah dan lain-lain secara berjamaah.
Itulah sebabnya di dalam shalat maghrib atau shubuh kita upayakan agar bisa membaca shuratul fatihah yang kita tujukan kepada orang-orang penting di dalam kehidupan ini. Tradisi yang perlu dilestarikan adalah membaca Fatihah sesudah dzikir berjamaah, seperti membaca istighfar, membaca Ayat Kursi, membaca subhanallah, alhamdulillah, dan Allahu akbar masing-masing 33 kali dan ditutup dengan bacaan la ilaha illallahu la syarrikalahu lahul mulku wa lahul hamdu yuhyi wa yumitu wa ‘ala kulli syaiin qadir. La haula wa la quwwata illa billahil ‘alaiyyil ‘adzim. Bacaan itu menjadi genap 100 kali. 99 kali ditambah dengan kelanjutan bacaan dimaksud.
Di antara yang perlu ditradisikan adalah:
Ila hadrotin Nabiyyil Musthofa Muhammadin Sallallahu alaihi wa sallim, wa azwajihi, wa auladihi, wa dzurriyatihi, wa ashhabihi, syaiun lillah lahum Alfatihah…
Ila hadrati abaina wa ummahatina, wa jaddina, wajaddatina, wa masyaikhina, wa masyaikhi masyaikhina wa li jami’i ahlil kubur syaiun lillah lahum alfatihah…
Ila hadroti hajadina wa hajadikum. Allahumma taqabbal minna du’aana innaka antas samiun ‘alim wa tub ‘alaina innaka antat tawwabur rahim. syaiun lillah lahum Alfatihah…
Coba kita perhatikan atas siapa-siapa yang kita kirimi bacaan shuratul fatihah. Sungguh luar biasa. Yang utama ditujukan kepada Nabiyullah Muhammad SAW sebagai pensyafaat umat Islam, kemudian istri-istri-Nya, putra-putri-Nya, dan para Sahabat-Nya. Makanya, melalui bacaan fatihah ini akan ada ratusan orang yang terlibat di dalam bacaan dimaksud. Betapa bahagianya, mereka yang bisa dikirimi fatihah tersebut.
Lalu, orang tua kita, kakek nenek kita, buyut dan canggah kita merupakan orang yang sangat menginginkan doa dari anak dan keturunannya. Bahkan juga kaum muslim yang seiman dan seagama juga berharap atas doa dari sesama umat Islam. Betapa bahagianya orang yang dikirimi fatihah oleh anak keturunannya. Doa itu begitu penting bagi ahli kubur yang sudah tidak mampu berbuat apa-apa dan hanya menunggu dan menunggu kapan hari kiyamat akan datang dan nasibnya akan ditentukan oleh amal perbuatannya.
Kemudian juga bacaan fatihah untuk hajad kita masing-masing. Melalui doa: “ya Allah kabulkanlah doa kami, sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dan Engkau adalah Dzat yang Maha Pengampun dan Penyayang”. Melalui doa ini, kita berharap agar doa tersebut dikabulkan oleh Allah SWT.
Oleh karena itu, menjadi umat Islam itu sungguh merupakan kebahagiaan, sebab kala kita hidup kita dapat mendoakan atas para leluhur kita, dan di kala kita sudah wafat maka doa akan datang dari keturunan kita. Bahkan doa dari umat Islam lainnya.
Di sinilah makna penting meninggalkan keturunan yang shalih dan shalihah, sehingga kelak kita akan dapat memperoleh pahala tiada henti karena doa yang dilantunkan oleh anak cucu atau keturunan kita.
Wallahu a’lam bi al shawab.