PERSAUDARAAN KEBANGSAAN: RENUNGAN TENTANG INDONESIA
PERSAUDARAAN KEBANGSAAN: RENUNGAN TENTANG INDONESIA
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Di antara materi khutbah idul Fitri yang saya sampaikan pada Masjid Nur Iman, Desa Sembungrejo, Merakurak, Tuban pada Sabtu 1 Syawwal 1444 H atau 22 April 2023 adalah tentang bagaimana memperkuat persaudaraan kebangsaaan atau ukhuwah wathaniyah. Artikel ini membahas lebih mendalam tentang materi khutbah dimaksud dengan harapan agar dapat dipahami lebih mendasar. Tentu saja pembahasan ini dikaitkan dengan puasa yang baru saja kita selesaikan.
Adakah relasi antara puasa dengan semangat kebangsaan? Adakah relasi antara puasa dengan wawasan kebangsaan? Artikel ini mencoba untuk membahas tentang puasa di dalam kaitannya dengan mempertahankan kebangsaan dan negara di tengah semakin menguatnya upaya sebagian kecil masyarakat Indonesia yang berkeinginan mendirikan khilafah Islamiyah. Keinginan seperti ini masih sangat kuat di kalangan kelompok Islamis yang masih bermimpi menjadikan khilafah sebagai satu-satunya solusi bangsa.
Basis untuk menentukan Pancasila, NKRI dan UUD 1945 serta Kebinekaan bukanlah berangkat dari ranah kosong. Akumulasi pemikiran ini tentu berbasis pada realitas social bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang plural dan multicultural, sehingga diperlukan common platform yang bisa menyatukan yang terserak dan mengikat keragaman. Pancasila sebagai dasar negara sungguh merupakan pilihan cerdas dari para pendiri bangsa agar Indonesia yang berneka ragam dalam ras, suku bangsa, bahasa dan agama tersebut bisa merasakan dan memainkan perannya pada bangsa dan negara.
Pengalaman di dalam Sidang Konstituante pada tahun 1955 sampai 1959 pada saat akan menentukan dasar negara tentu bisa menjadi gambaran betapa rumitnya kala masing-masing partai politik hasil Pemilu 1955 ingin memaksakan kehendaknya. Masyumi dan sebagian NU berkeinginan menjadikan Islam sebagai dasar negara, sementara itu PKI menginginkan komunisme sebagai dasar negara dan PNI menginginkan dasar negara Pancasila. Selama 3,5 tahun masa sidang Konstituante ternyata tidak menghasilkan kemajuan yang berarti. Mereka hanya berdebat tentang dasar negara dan tidak membicarakan bagaimana Indonesia ke depan dalam pembangunan. Akhirnya Presiden Soekarno melakukan Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959 untuk kembali ke UUD 1945. Akhirnya Indonesia kembali kepada UUD 1945 dengan menjadikan Pancasila sebagai dasar negara. Selesai.
Salah satu di antara yang menarik di dalam ajaran Islam adalah konsep ukhuwah kebangsaan. Melalui ukhuwah kebangsaan ini, maka Islam sesungguhnya memberikan perekat agar sebagai umat Islam tidak boleh egois agar semua masyarakat didasarkan atas Islam. Islam memberikan peluang bagi pemeluk agama lain untuk ikut terlibat di dalam Bina Bangsa. Tidak boleh menjadikan pemeluk agama lain menjadi warga negara kelas dua. Prinsip Islam adalah prinsip kesamaan dan keadilan. Dengan prinsip sebagai warga negara yang memiliki kedudukan yang sama, maka hal ini merupakan prinsip Islam yang paling esensial. Islam tidak menentukan secara mendasar tentang bentuk negara. Itulah sebabnya di negara-negara Islam di Timur Tengah juga memiliki varian bentuk negaranya. Di Arab Saudi bentuk negaranya adalah mamlakah, di Mesir adalah jumhuriyyah, di Uni Emirat Arab adalah dinastiyah parlementariyah , dan di Malaysia adalah mamlakah parlementariyah. Indonesia adalah jumhuriyah demokratiyah. Pilihan ini merupakan pilihan yang tepat dalam kerangka untuk memberi peluang secara lebih besar pada semua anak bangsa untuk berpartisipasi di dalam bernegara dan berbangsa.
Di dalam system pemerintahan, Indonesia memilih relasi antara negara dan agama atau politik dan agama adalah dalam corak symbiosis mutualisme. Jadi agama membutuhkan negara sebagai tempat untuk mengembangkan kehidupan bersama dalam beragama, dan negara membutuhkan agama sebagai basis moralitas dalam berbangsa dan bernegara. Melalui relasi agama dan negara seperti ini, maka Indonesia menganut corak agama public dan bukan agama privat. Sebagai agama public, maka negara terlibat di dalam mengatur relasi antar dan interen umat beragama. Negara tidak mencampuri urusan ajaran agama.
Sebagai konsekuensi agama public, maka akan menghasilkan keterlibatan masyarakat di dalam memberikan partisipasinya untuk mempertahankan negara, baik dari tantangan eksternal dan internal. Jika ada serangan dari dalam atau dari luar, maka masyarakat pastilah terlibat di dalamnya. Sebagai contoh bagaimana Kyai Hasyim Asy’ari membangun kesadaran warga masyarakat untuk melakukan Resolusi Jihad. Melalui Resolusi Jihad ini, maka bangsa Indonesia ikut serta terlibat di dalam mempertahankan negara Indonesia atas serangan Belanda dan sekutunya. Dan terbukti seruan jihad ini berhasil menggerakkan masyarakat untuk berjuang, dan hasilnya adalah Perang Surabaya, 10 November 1945.
Dengan alasan ini, bahwa setiap umat Islam selayaknya terlibat di dalam mempertahankan negara dan menyejahterakan masyarakat secara bersama-sama, maka puasa bisa menjadi momentum untuk menata hati agar tetap mencintai negeri ini. Negeri ini adalah hasil kerja bersama para founding fathers negeri dalam berbagai latar belakangnya masing-masing. Di sinilah arti pentingnya ungkapan hubbul wathon minal iman, mencintai negara adalah sebagian iman. Ungkapan atau maqalah ini begitu pentingnya untuk membangun kesadaran berbangsa dan bernegara dengan menegaskan Pancasila dan NKRI sebagai dasar dan bentuk negara di tengah keinginan untuk bereksperimen tentang bentuk negara.
Jadi, pada waktu bulan puasa sudah seharusnya warga negara Indonesia yang beragama Islam memperjuangkan Pancasila di dalam berbangsa dan bernegara. Dengan mengamalkan Pancasila yang baik dan benar, maka hakikatnya sudah mengamalkan ajaran agama yang baik dan dengan mengamalkan ajaran agama yang baik dan benar, maka hakikatnya sudah mengamalkan Pancasila.
Mengamalkan ajaran agama yang wasthiyah atau moderat artinya sudah memastikan bahwa corak beragamanya adalah mencintai negaranya, tidak anti pemerintah yang sah, memberikan toleransi terhadap orang dan kelompok lain dan tidak anti atas budaya bangsanya yang beraneka ragam.
Wallahu a’lam bi al shawab.