HIKMAH RAMADLAN UNTUK MEMPERKUAT PERSAUDARAAN: KHUTBAH IDUL FITRI 1444 H
HIKMAH RAMADLAN UNTUK MEMPERKUAT PERSAUDARAAN: KHUTBAH IDUL FITRI 1444 H
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Allahu Akbar 9x. Allahu Akbar Kabiro wal hamdu lillahi katsiro wa suhanallahu bukratau wa ashila. La ilaha illallah wallahu akbar wa lillahil hamd.
Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah, la nabiyya ba’dahu. Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ala alihi wa shahbihi ajma’in. qalallahu fi kitabihil karim: “ittaqullaha haqqa tuqatihi wa la tamutunna illa wa antum muslimun”. Wa qala Rasulullah sallallahu alaihi wasallam: “man shoma ramadlona imanan wahtisaban ghufiro lahu ma taqaddama min dzanbihi”.
Hadlirin wal hadirat rahimakumullah.
Alhamdulillah wa syukru lillah bahwa kita bisa sampai pada penghujung ramadlan, karena pada hari ini, Sabtu, 22 April 2023 bertepatan dengan tanggal 1 Syawwal 1444 H, yang hari ini merupakan hari raya atau idul Fitri yang sungguh merupakan hari yang sangat penting di dalam perjalanan kita sebagai manusia dan umat Islam.
Kita bersyukur kepada Allah SWT karena bisa dipertemukan dengan bulan Ramadlan dan kita dapat melakukan puasa sebagaimana diwajibkan di dalam Islam. Kita meyakini bahwa bulan puasa merupakan bulan yang luar biasa bagi umat Islam karena dijanjikan oleh Allah bahwa siapa saja yang melaksanakan puasa dengan penuh keimanan dan penuh keikhlasan, maka Allah akan mengampuni dosa umat Islam. Barang siapa yang melakukan puasa di siang hari atau man shoma ramadlana, dan barang siapa yang bisa melakukan qiyamul lail dengan shalat tarawih, shalat witir dan berdzikir kepada Allah atau man qoma romadlona, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa yang kita lakukan. Alangkah bahagianya jika kita dapat memperoleh ampunan Allah dimaksud karena Allah menjamin akan memasukkan kita ke dalam surganya.
Di dalam Surat Ali Imron, 133-134, Allah berfirman: “wa sari’u ila maghfiratin min rabbikum wa jannatin ardhuhas samawatu wal ardhu, u’iddat lil muttaqin. Alladzina yunfiquna fis sarrai wadh dharrai wal kadziminal ghaidzo wal ‘afina ‘anin nas wallahu yuhibbul muhsinin”. Yang artinya: “bersegeralah memohon ampunan kepada Tuhanmu dan surganya Allah yang luasnya seluas bumi dan langit yang disediakan kepada orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya di dalam keadaan lapang dan sempit dan menahan amarah dan memaafkan atas kesalahan manusia lainnya dan Allah menyukai orang-orang yang berlaku baik”.
Dari ayat ini diperoleh gambaran tentang indicator atau ciri-ciri orang yang bertaqwa yang dijanjikan surga oleh Allah, yaitu: 1) orang yang segera memohon ampunan Allah kala selesai melakukan kesalahan. Jangan malu memohon ampunan Allah atas kesalahan, kekhilafan dan dosa yang kita lakukan. Kita yakin jika kita bertaubat dengan sungguh-sungguh maka Allah akan mengampuninya. 2) orang yang sedekah dalam keadaan lapang atau sempit, kaya atau tidak kaya. Jika kaya maka bersedakah dengan hartanya dan jika miskin bersedekah dengan senyuman. Idkholus surur shodaqah. Menyenangkan hati orang itu sedekah. 3) orang yang mampu menahan amarah. Puasa yang baru selesai kita lakukan adalah upaya kita dalam rangka menahan amarah. Melalui puasa maka nafsu amarah dan lawwamah dapat diarahkan kepada nafsu muthmainnah. 4) orang yang suka memberi maaf atas kesalahan orang lain. Hari raya kita hari ini adalah instrument atau media kita semua untuk meminta maaf kepada orang lain. Jangan malu meminta maaf dan jangan pelit memberi maaf. 5) orang yang berbuat baik. Kita telah berusaha berbuat baik dengan melakukan shalat, puasa dan zakat. Semoga upaya kita ini dapat menjadi sarana dalam rangka memohon ridlo Allah SWT.
Sebagai sesama manusia yang dipastikan akan bergaul dengan manusia lainnya, atau membangun relasi social, maka ada konsep yang sangat baik yang diberikan oleh Alm. KH. Ahmad Siddiq, Ketua Umum Pengurus Besar NU, yang dinyatakannya sebagai trilogi kerukunan. Atau disebut sebagai tiga pilar kerukunan bag masyarakat Indonesia. Yaitu: 1) membangun kerukunan intern umat Islam atau ukhuwah Islamiyah. Sesama umat Islam kita harus menyadari bahwa kita adalah saudara dalam agama. Kita tidak boleh saling mencela, saling mengejek, saling menyalahkan dan bahkan membunuh karakter kita sebagai umat Islam. Di media social dewasa ini banyak berseliweran konten atau tayangan Youtube, bahwa ada sebagian pendakwah yang membidh’ahkan amalan ibadah kita, bahkan mengkafirkan kita. Isi khutbah yang semacam ini akan merusak hubungan baik sesama umat Islam, akan membuat disharmoni.
Oleh karena itu kita jangan terprovokasi atau terpengaruh dengan isi ceramah seperti ini. Marilah kita yakinkan diri kita bahwa yang kita lakukan itu benar karena ada pedomannya. Makanya, jika ada yang berhari raya pada hari Jum’at silahkan, yang hari raya hari ini, sabtu, silahkan. Jangan saling mencela dan menyatakan yang lain salah. Jadi hukumnya jangan benar atau salah, tetapi hukum pilihan sesuai dengan keyakinan kita. Hadits Nabi menyatakan: “almuslimu lil muslimi kal bunyan yasyuddu ba’dhuhu ba’dhan”. “Orang muslim dan orang muslim lainnya itu seperti bangunan yang saling menguatkan sebagian atas sebagian lainnya”.
2) kita tegakkan ukhuwah basyariyah. Kita ini hidup di dunia yang terdiri dari masyarakat berbagai macam ras, suku, agama dan antar golongan. Maka marilah kita menyadari bahwa kita dapat membangun relasi yang baik dengan sesama umat manusia. Jangan ada yang menyatakan bahwa diri kita yang paling baik dan yang lain jelek. Yang membedakan seseorang dari lainnya adalah ketaqwaannya. Dan yang menentukan kebaikan taqwa kita adalah Allah SWT. Bukan kita. Jangan kapling surga untuk kelompok kita saja. Karena yang menentukan surga adalah haknya Allah SWT. Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori menyatakan: kunu ‘ibadallahi ikhwanan”. “jadilah hamba Allah yang bersaudara”.
3) ukhuwah wathoniyah atau persaudaran sebagai satu bangsa. Kita ini adalah bangsa Indonesia yang merupakan satu kesatuan umat yang hidup dan menetap di Indonesia. Sebagai warga negara maka kita harus mencintai bangsa dan negara ini. Jangan sampai kita hidup di Indonesia, tetapi ingin menjadi warga negara lain atau ingin menjadikan ideologi bangsa lain sebagai dasar negara kita. Kita sudah memiliki dasar negara yaitu Pancasila, maka harus kita pertahankan. Ulama-ulama NU sudah menyatakan bahwa Pancasila adalah dasar Negara Kesatuan Republic Indonesia (NKRI). Jangan pernah kita menginginkan dasar negara yang bukan Pancasila.
Semoga Allah memberkahi kehidupan kita secara individual, keluarga dan bangsa Indonesia. Semoga hidup kita selalu dalam keberkahan dan kebahagiaan. Amin ya Rabbal ‘alamin.
aqulu qauli hadza fastaghfirullahal aizim. Rabbigh fir warham wa anta khairur rahimin.
Wallahu a’lam bi al shawab.