SELAMATKANLAH IMAN KAMI: RENUNGAN RAMADLAN (23)
SELAMATKANLAH IMAN KAMI: RENUNGAN RAMADLAN (23)
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Kita ini sungguh berhutang budi kepada para ulama di masa lalu yang sudah menyusun doa untuk kemudahan bagi umat Islam. Meskipun terkadang kita tidak tahu artinya, akan tetapi dengan membaca doa tersebut rasanya kita sudah mantap berdoa kepada Allah SWT. Sungguh kita sudah merasa yakin akan makna doa yang sudah dirumuskan oleh para ulama. Kita juga akan semakin yakin berdoa jika kita tahu makna doa yang dibuat oleh para ulama.
Inilah inti ceramah saya pada jamaah Tarawih di Masjid Al Ihsan, Perumahan Lotus Regency, pada malam 23 atau tepatnya Hari Kamis, 13 April 2023. Acara shalat jamaah tarawih ini diikuti oleh warga Perumahan Lotus Regency dan juga warga Sakura Regency. Ketepatan dua perumahan ini berdampingan. Sungguh merupakan kebahagiaan bahwa saya bisa terlibat di dalam upaya untuk memberikan pemahaman tentang Islam yang ramah kepada para jamaah di perumahan dimaksud. Di tengah ceramah-ceramah agama yang bernuansa “kekerasan simbolik” yang didengungkan di media sosial atau di rumah-rumah ibadah, kita masih tetap konsisten untuk menyebarkan Islam yang ramah, yang sesuai dengan para ulama ahlu sunnah wal jamaah.
Salah satu rumusan doa yang pernah dibuat oleh para ulama kita adalah doa yang selalu dibaca oleh para imam shalat tarawih dan witir. Biasanya doa ini dibaca oleh Imam shalat ba’da shalat witir, yang dua kali salam. Setelah itu kemudian dikumandangkan doa yang popular di waktu bulan Ramadlan. Doa tersebut ingin saya kupas satu saja yang merupakan permulaan doa ialah: Allahumma inna nas’aluka imanan Daiman. Selain itu juga misalnya ada lanjutannya: “wa nas’aluka qalban khasyi’an, wa nas’aluka ilman nafi’an, wa nas’aluka yaqinan shadiqan, wa nas’aluka amalan shalihan, wa nas’aluka dinan qayyiman dan seterusnya. Yang artinya: Ya Allah kami memohon kepada-Mu iman yang ajeg”, kami memohon kepada-Mu hati yang khusyu”, kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, kami memohon kepada-Mu keyakinan yang benar, kami memohon kepada-Mu amal yang shalih, kami memohon kepada-Mu agama yang benar”.
Doa yang luar biasa bagi umat Islam. Semua tercakup di dalam doa tersebut. Sungguh inilah kebahagiaan kita karena doa tersebut sudah dirumuskan oleh para ulama kita di masa lalu dan kita tinggal menggunakannya. Doa ini bukan dirumuskan asal jadi tetapi merupakan rumusan yang berasal dari Alqur’an dan Alhadits yang disarikan sedemikian rupa.
Pada artikel ini saya hanya akan membahas satu ungkapan doa saja. yaitu memohon kepada Allah iman yang ajeg. Nabi Muhammad SAW melalui para ulama telah mengajarka agar kita memohon kepada Allah agar iman kita kepada Allah itu menjadi iman yang ajeg atau berkelanjutan. Stable and continue. Jangan menjadi iman yang tiba-tiba raib dari dalam diri kita. Secara empiris bahwa banyak orang yang imannya kepada Allah itu berubah. Tidak hanya berkurang tetapi berubah. Ada banyak orang yang konversi beragama karena hilangnya iman kepada Allah tersebut. Ada yang menjadi Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan bahkan Konghucu. Ada orang awam dan ada juga yang tokoh. Siapa yang mengira adiknya Buya HAMKA menjadi pendeta di dalam agama Kristen, siapa yang mengira Sukmawati berpindah ke agama Hindu, dan siapa yang menyangka Ibrahim Saifuddin yang tokoh Islam tiba-tiba berubah keyakinan agamanya. Saya tidak ingin menjelaskan factor-faktor yang menyebabkannya. Biarlah hal tersebut menjadi privasinya.
Tetapi juga banyak tokoh-tokoh ilmuwan yang kemudian menjadi muslim. Di antara professor yang melakukan kajian ilmiah dan kemudian masuk Islam adalah Fildema O’Leary (peneliti saraf otak manusia), William Brown (peneliti suara halus tumbuh-tumbuhan), Leopold Werner Von Ehrenfels (peneliti hubungan wudhu dengan saraf-saraf sensitive), Keith Moore (peneliti proses penciptaan manusia di dalam Rahim), Masaru Emoto (peneliti sifat air dengan kata-kata bijak), Maurice Buchaille (peneliti jasad Firaun yang tenggelam di laut), John Dean (ahli kesehatan dan nutrisi), Carner NASA (peneliti fenomena lailatul qadar), dan Jacques Yves Casteau (peneliti ar tawar di laut). Di antara ahli penelitian ini, maka ada yang ahli astronomi, biologi, oceanografi, saraf, dan ahli molekul air.
Kita tentu bersyukur karena bisa menjadi umat Islam berdasarkan factor keturunan. Orang tua kita muslim, maka kita menjadi muslim. Tetapi ada yang karena hidayah Allah. Di antara para peneliti ini menjadi umat Islam karena hidayah Allah. Ada di antara yang ahli ilmu keislaman tetapi tidak mendapatkan hidayah Allah, sehingga tidak bisa mencicipi keindahan Islam.
Kita memang menjadi Islam tanpa pergulatan untuk menemukannya. Oleh karena itu kita harus tetap berdoa agar iman kita ini menjadi iman yang langgeng, dan iman ini terus bercokol dan menghunjam di dalam kalbu kita sepanjang hidup dan akhirnya wafat dalam khusnul khatimah.
Harus disadari bahwa iman itu ada kalanya meningkat dan ada kalanya menurun. Jika seandainya menurun agar jangan sampai turun drastic di titik nol dan kemudian karena godaan setan lalu iman itu kabur dari dalam diri kita.
Yang diharapkan dengan doa di atas adalah agar iman kita itu terus menetap dan berkecenderungan meningkat. Dan bulan puasa adalah bulan di mana peningkatan iman itu harus diupayakan.
Wallahu a’lam bi alshawab.