• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

HAKIKAT BERSYUKUR: RENUNGAN RAMADLAN (19)

HAKIKAT BERSYUKUR: RENUNGAN RAMADLAN (19)

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Sebagai makhluk ciptaan Allah yang terbaik, fi ahsani taqwim, maka manusia memiliki kelebihan dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia bisa berpikir, merasa dan memiliki rasa kasih sayang, dan perasaan ketuhanan. Manusia memang diciptakan sebagai sebaik-baik ciptaan, bahkan lebih baik dari makhluk Tuhan yang gaib sekalipun. Hanya saja di dalam perjalanan kehidupan ada yang bisa dikategorikan kal hayawan atau seperti binatang dan kal malaikah atau seperti malaikat.

Salah satu kelebihan manusia adalah diberi potensi untuk bersyukur kepada Allah SWT. Sebagaimana yang sering saya tulis, bahwa bersyukur itu dapat dilakukan dengan ucapan misalnya alhamdulillahi rabbil alamin dan juga melalui perbuatan baik yang ditujukan kepada Allah, kepada manusia dan juga bahkan kepada makhluk hidup lainnya. Menjalankan amalan kebaikan merupakan salah satu cara kita bersyukur kepada Allah. Kala diberi kekayaan  yang cukup, maka kita berdekah, berinfaq,  dan berzakat. Kala  diberi kekuasaan kita sedekah dengan kekuasaan, dan sebagainya.

Menurut Gus Khobirul Amru, Al Hafidz, yang mengutip ulama-ulama Islam,  di dalam salah satu ceramah Tarawih di Masjid Al Ihsan, Ahad/09/04/2023, dinyatakan bahwa ada dua pemahaman tentang syukur, yaitu: syukur dalam makna bahwa Allah melanggengkan kenikmatan yang diberikan kepada kita, dan syukur bermakna bahwa kenikmatan  itu ditambah-tambah oleh Allah SWT. Jadi hakikat syukur adalah untuk  kelanggengan kenikmatan dan bertambahnya kenikmatan. Keberkahan yang berlipat-lipat. Pertambahan berkah adalah inti dari nikmat Allah SWT.

Ada nikmat yang hanya sebentar dirasakan dan setelah itu selesai. Tetapi ada juga nikmat yang terus dirasakan dan bahkan bertambah-tambah kenikmatan tersebut. Itulah sebabnya manusia harus bersyukur kepada Allah agar kenikmatan tersebut terus bertambah dan bukan sebaliknya. Kelanggengan dan pertambahan kenikmatan tersebut akan diberikan Allah jika kita bersyukur kepada Allah. Lain syakartum la azidannakum wa lain kafartum inna adzabi lasyadid. Kurang lebih artinya adalah jika kamu bersyukur kepada Allah, maka Allah akan menambah kenikmatannya dan jika kamu ingkar maka Allah akan memberikan adzab yang pedih.

Sungguh nikmat Allah itu sangat besar bagi kehidupan manusia. Bahkan seandainya kita menghitungnya pasti tidak akan mampu  menghitungnya. wain ta’uddu ni’matallahi la tuhsuha (An Nahl, 18),  yang artinya dan  jika kamu  akan menghitung nikmat Allah pasti kamu  tidak akan mampu menghitungnya. Begitu Allah menjelaskannya. Begitu banyaknya nikmat Allah kepada manusia yang dirahmatinya. Hanya saja terkadang kita lupa untuk bersyukur atas semua kenikmatan Allah dimaksud.

Betapa banyak nikmat Allah atas kesehatan. Berapa banyak oksigen yang bisa dihirup dengan leluasa setiap jam, setiap hari dan setiap tahun. Tanpa biaya alias gratis. Padahal harga oksigen itu mahal sekali. Jika kita menggunakan oksigen yang disediakan pabrik untuk urusan kesehatan betapa mahalnya agar oksigen dimaksud. Lalu, misalnya jantung sebagai pemompa darah ke otak. Betapa besar nikmat Allah selama ini terhadap fungsi jantung yang  secara natural kita terima. Jika jantung  terjadi masalah misalnya penyempitan pembuluh darahnya, maka misalnya harus dilakukan operasi by passed, tentu tetap mengandung resiko. Jika paru-paru yang bermasalah, maka tentu juga harus melalui proses operasi rumit. Jika kena diabetes lalu harus minum obat selama hidup dan injeksi insulin. Belum lagi penyakit kanker, hipertensi, hemodialisa, dan hepatitis. Tentu masih ada sejumlah penyakit lain yang akan menjadi beban bagi individu di dalam kehidupan.

Oleh karena itu, betapa mahalnya kesehatan. Bahkan mungkin tidak bisa dibayangkan. Di dalam realitas ini, maka Allah telah memberikan kepada kita kenikmatan yang luar biasa besarnya, yaitu nikmat kesehatan.

Belum lagi nikmat kepemilikan harta benda, kekayaan dan status sosial yang baik. Dengan harta dan kekayaan, dengan status sosial dan kedudukan maka kita akan memiliki banyak kenikmatan. Selain itu juga ada fungsi latent atau fungsi tambahan dari  seluruh fungsi manifest yang terkait dengan fungsi status dan fungsi sosial dimaksud. Misalnya setiap jabatan akan mengandung fungsi manifest sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, dan juga mengandung fungsi latent berupa kekuasaan yang lebih luas.

Bayangkan kenikmatan yang didapat dengan fungsi-fungsi ini, sehingga sudah sepatutnya orang yang berada di dalam jalur ini harus bersyukur kepada Allah SWT, agar kenikmatan itu akan dapat dirasakan secara terus menerus dan bahkan bertambah banyak dan bermanfaat. Makanya Allah menganjurkan agar kita bersyukur  atas kenikmatan yang kita dapatkan.

Islam mengajarkan agar selain menikmati pemberian Tuhan juga bersyukur atas kenikmatan tersebut. Islam selalu mengajarkan adanya ajaran keseimbangan. Menerima dan memberi. Terima dan kasih. Terima kasih maknanya kita menerima dan ngasih atas apa yang kita terima. Islam mengajarkan ajaran kasih dan sayang dalam bentuk zakat, infaq dan shadaqah serta wakaf yang bertujuan untuk kepentingan kesejahteraan sosial.

Dengan demikian, sesungguhnya Allah sudah memberikan petunjuk yang jelas agar kita bersyukur, dan siapa yang bisa bersyukur maka Allah akan melanggengkan kenikmatan yang kita terima dan bahkan memberikan lebih banyak lagi kenikmatan tersebut.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..