• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KESEHATAN JIWA BETAPA PENTINGNYA: RENUNGAN RAMADLAN (18)

KESEHATAN JIWA BETAPA PENTINGNYA: RENUNGAN RAMADLAN (18)

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Menjadi orang sehat lahir dan batin atau menjadi sehat fisik dan jiwa atau sehat wal afiat adalah karunia yang sangat luar biasa bagi umat manusia, tidak perduli apa etnisnya, suku bangsanya, agamanya dan golongan sosialnya. Semua orang memang membutuhkan sehat agar hidup menjadi bermakna. Tanpa kesehatan lahir dan batin, maka hidup hanyalah sekedar hidup, hidup yang tidak membawa kepada kebahagiaan. Sama sekali.

Manusia memiliki kebutuhan, baik kebutuhan fisik atau kebutuhan biologis, kebutuhan sosial dan kebutuhan integrative. Semua kebutuhan ini harus dipenuhi secara seimbang. Ada hukum keseimbangan yang mendasari semuanya. Tetapi di dalam realitasnya, ada orang yang melebihkan kebutuhan biologis, misalnya dengan menumpuk harta dengan cara apapun. Hidup untuk memenuhi insting kebinatangan, yang hanya memenuhi kebutuhan biologisnya. Banyak manusia yang terjerembab pada area ini, sehingga kebutuhan integrative yang di dalamnya terdapat kebutuhan spiritual, lalu tidak terurus apalagi terpenuhi. Tipe manusia seperti ini yang banyak jumlahnya.

Seirama dengan semakin menguatnya sikap hidup hedonis dan materialistis, maka manusia banyak yang memiliki moral hazard, permissiveness dan serba boleh. Apapun dilakukan asal tujuan hidupnya tercapai. Di dalam politik disebut sebagai prilaku Machiavellis atau tujuan menghalalkan segala cara. Untuk mencapai tujuan, apapun bisa dilakukan. Pokoknya tujuan tercapai. Makanya kemudian menghasilkan manusia yang tidak memiliki moralitas berbasis ajaran agama.

Puasa diturunkan oleh Allah SWT agar manusia bisa mengekang hawa nafsu yang serakah, ingin menang sendiri, menganggap diri paling hebat, merasa paling bermanfaat, merasa bahwa dirinya tidak memiliki lawan dan sebagainya. Puasa  disyariatkan dalam rangka untuk mengeliminir atas kecenderungan nafsu yang salah arah. Mengedapkan nafsu amarah dan nafsu lawwamah, sebaliknya meminggirkan nafsu muthmainnah.

Lalu apa kaitan antara puasa dan kesehatan jiwa? Kesehatan fisik dan kesehatan jiwa merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Qalbun salim fi jismin salim. Hati atau jiwa yang sehat terletak di dalam badan yang sehat. Ini pasti. Ini dalil. Artinya tidak ada orang yang bisa membantah atas maqalah ini. Jadi artinya bahwa ada tubuh yang sehat dan ada hati yang sehat. Jika keduanya sehat maka bahagialah kita sebagai manusia. Orang yang badannya sehat pastilah happy. Tetapi orang yang tubuhnya sehat belum tentu jiwanya sehat. Misalnya orang gila. Di dalam banyak hal tubuhnya sehat meskipun yang dimakan itu belum tentu makanan yang sehat. Yang diminum juga belum tentu minuman sehat.

Salah satu keuntungan kita adalah memiliki badan yang sehat dan jiwa yang sehat. Keduanya fixed untuk hidup sebagai manusia yang normal. Hidup normal sesuai dengan usia kita. Janganlah orang tua mengukur kesehatan fisik, terutama, dengan yang masih muda. Ibaratnya mesin, maka orang tua itu pastilah banyak orderdil di dalam tubuhnya yang sudah karatan, ada yang aus, ada yang perlu direparasi dan seterusnya. Yang bermasalah misalnya jantung, paru-paru, gula darah, kolesterol, asam urat, pencernaan, dan sebagainya. Berkurangnya fungsi masing-masing tentu dipengaruhi oleh factor usia. Semakin tua maka semakin banyak organ tubuh yang mengalami penurunan fungsi.

Termasuk juga kemampuan otak manusia. Jika usia menua, maka kemampuan berpikir juga berkurang. Contoh sederhana, tulisan tangan akan menjadi  semakin jelek dan sulit terbaca. Jika mengetik di laptop atau lainnya maka  kemampuan tangan tidak seimbang dengan kapasitas otak, sehingga banyak kesalahan di dalam tulisan. Jadi memang terdapat penurunan fungsi fisik di kala usia semakin merambat tua.

Sesungguhnya, ada kaitan antara fisik dan jiwa karena keduanya bekerja secara sistemik. Jiwa yang sehat hanya akan terjadi karena fisik yang sehat. Dan jiwa yang sehat juga akan berpengaruh terhadap kesehatan fisik. Makanya, kita harus berpikir positif atau positive thinking agar fisik kita tidak terpengaruh olehnya. Orang yang suka marah,  maka akan berpengaruh terhadap tekanan darah, tekanan gula darah dan juga fungsi-fungsi tubuh lainnya. Orang yang memiliki problem besar di dalam hidupnya dan tidak kunjung ada solusinya, maka juga akan berpengaruh terhadap kesehatan fisiknya.

Itulah sebabnya kita harus berpikir positif. Berpikir yang sehat. Dengan berpikir yang sehat, maka tubuh kita juga akan menjadi sehat. Dan di antara cara terpenting agar tubuh kita sehat adalah adalah dengan pikiran yang penuh dengan syukur atas kenikmatan Allah SWT. Bersyukur dengan ungkapan dan perbuatan. Dengan ungkapan, misalnya dengan menyatakan syukur alhamdulillah, lalu syukur dengan perbuatan adalah selalu beramal kebaikan. Bershadaqah, berinfaq, menyenangkan hati orang lain, jangan iri dan dengki, jangan hasud pada orang lain dan semua amalan yang akan menjadikan hati atau jiwa kita menjadi jiwa yang muthmainnah.

Orang kaya dan banyak hartanya belum tentu jiwanya tenang. Orang yang berkuasa juga belum tentu jiwanya tenang. Orang yang kekurangan juga bisa hidupnya tenang. Semuanya kembali kepada bagaimana kita mengolah batin, agar kita berada di dalam aura kehidupan yang bersyukur atas semua nikmat Allah, terutama nikmat bisa mengabdi dan beribadah kepada-Nya.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..