• October 2024
    M T W T F S S
    « Sep    
     123456
    78910111213
    14151617181920
    21222324252627
    28293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

GUS DUR DAN BANGUNAN DEMOKRASI INDONESIA

 Kenyataan Gus Dur sebagai presiden rakyat memang tidak bisa dipungkiri. Hal itu pernah terungkap ketika beliau diimpeachment oleh MPR atas alasan yang kurang jelas. Model pemakzulan kepala negara, baru terjadi di era reformasi sebagai bagian dari euforia proses demokrasi yang sedang terjadi kala itu. Gus Dur memang jatuh dari kursi keprisedenan akan tetapi tahta kerakyatan tetap menjadi miliknya. Dan itu terbukti ketika beliau wafat ternyata justru banyak usulan dari masyarakat tentang pengangkatan Beliau untuk menjadi pahlawan nasional dan bahkan penerima hadiah nobel perdamaian.

Pahlawan nasional, memang bukan penghargaan biasa. Pasti ada parameter tertentu yang dijadikan sebagai ukuran untuk menentukan seseorang dapat dinyatakan sebagai pahlawan. Di dalam sejarah kehidupan bangsa Indonesia kemudian dikenal ada pahlawan kemerdekaan, pahlawan revolusi, pahlawan pembangunan, yang masing-masing mewakili representasi era yang disandangnya. Pahlawan kemerdekaan dilekatkan kepada orang yang secara konsisten memperjuangkan kemerdekaan dengan menyerahkan jiwa dan raganya untuk memperoleh kemerdekaan. Pahlawan revolusi disandangkan kepada para pejuang bangsa di era revolusi tahun 1965 dan pahlawan pembangunan disematkan kepada orang yang secara konsisten menjadi pilar pembangunan nasional. Jadi pahlawan adalah orang yang secara konsisten berusaha untuk melakukan perubahan dalam suatu fokus perjuangan dan memberikan sumbangan kepada masyarakat bangsa secara nyata. Kita kenal nama-nama pahlawan, seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Dr. Soetomo, Wahidin Sudirohusodo, Ahmad Dahlan, Hasyim Asy’ari, Wachid Hasyim, Bung Tomo, Ahmad Yani, Sutoyo, dan sebagainya.

Gus Dur sedang diusulkan sebagai pahlawan nasional, beberapa saat setelah Beliau wafat. Bung Tomo yang namanya sudah sangat terkenal sebagai pelaku sejarah dalam peristiwa 10 Nopember 1945 dan kemudian dijadikan sebagai Hari Pahlawan, ternyata baru saja memperoleh gelar pahlawan nasional. Jika dihitung dari kenyataan tersebut, maka pengusulan tersebut tentu sangat cepat. Hal ini tentu saja adalah berkah dari era reformasi yang sedang berlangsung di Indonesia.

Dukungan masyarakat yang terus mengalir dari berbagai penjuru Indonesia dan dari berbagai kalangan tentu merupakan dorongan yang tidak bisa diabaikan. Makanya, pemerintah juga cepat merespon keinginan tersebut sebagai suatu hal yang tidak bisa dihindari. Maka, dalam berbagai kesempatan Gus Ipul –Saifullah Yusuf—Wakil Gubernur Jawa Timur selalu menyatakan bahwa pemerintah Jawa Timur akan segera memproses usulan agar Gus Dur menjadi Pahlawan Nasional, dan Pak De Karwo –Dr. Soekarwo—Gubernur Jawa Timur akan menjadi bagian dari proses menjadikan Gus Dur sebagai pahlawan nasional.

Untuk ukuran sederhana, maka seseorang bisa diusulkan sebagai pahlawan adalah karena konsistensinya dalam memperjuangkan sesuatu untuk kepentingan bangsa. Oleh karena itu, yang tentu dinilai oleh masyarakat adalah konsistensi seseorang untuk menerima  anugerah. Bukan hanya sekedar populer. Jika ukurannya popularitas, maka banyak penyanyi dan pemain sinetron yang populer. Namun demikian yang justru penting adalah konsistensi seseorang dalam memperjuangkan sesuatu bagi bangsanya.

Gus Dur tentu memenuhi syarat popularitas dan konsisten perjuangan itu. Menilik terhadap banyaknya orang yang hadir di dalam upacara kematiannya, banyaknya orang yang memberikan penghormatan kepadanya dan mereka datang dari lintas agama, masyarakat dan bangsa, maka bisa dipastikan bahwa beliau adalah orang yang sangat populer bagi warga dunia. Bahkan kalau dihitung, beliau adalah orang yang paling populer di bumi Indonesia melebihi lainnya. Kaum lintas agama yang berdoa dan melakukan ritual di masing-masing tempat ibadahnya, orang-orang di negara lain yang melakukan penghormatan dengan caranya masing-masing, orang-orang Islam dari berbagai kalangan, dan lainnya, maka bisa dipastikan bahwa beliau memang sangat terkenal.

Dari sisi konsistensi, maka perjuangan Gus Dur dalam menegakkan demokrasi di Indonesia bukan sesuatu yang bisa diremehkan. Keterlibatan Gus Dur di dalam Forum Demokrasi (Fordem), yang di masa Orde Baru berani melakukan tindakan “melawan” terhadap kekuasaan otoritern juga sesuatu yang sangat diperhitungkan. Disebabkan oleh tindakan counter hegemony yang dilakukannya tersebut, maka para pelaku gerakan yang tergabung di dalam Fordem lalu banyak dimusuhi oleh pemerintah. Dilakukan berbagai pencekalan untuk berbicara di forum-forum, rapat-rapat, pertemuan-pertemuan dan sebagainya. Dan salah satu yang masih melekat di dalam ingatan adalah ketika Gus Dur akan dipinggirkan dari percaturan NU dan politik.

Konsistensi membangun demokrasi  seperti itulah yang mencatatkan nama Gus Dur dalam percaturan demokrasi di berbagai tempat. Gerakan membangun demokrasi melalui penguatan civil society pun terus menerus dikumandangkan. Dampaknya adalah munculnya berbagai kalangan yang berani menyuarakan aspirasinya terhadap kekuatan negara. Jika kita cermati lebih mendalam, maka salah satu keberanian untuk melakukan tindakan reformatif  di kalangan masyarakat yang lebih luas tentunya bukan terjadi secara tiba-tiba akan tetapi melalui proses panjang. Dan jika hal itu disimak, maka dapat dipastikan bahwa Gus Dur memiliki andil yang sangat besar.

Oleh karena itu, dari sisi membangun demokrasi di Indonesia, maka Gus Dursangat layak untuk menjadi pahlawan nasional.

Wallahu a’lam bi al shawab.   

Categories: Opini