MENJAGA AGAMA ALLAH: RENUNGAN RAMADLAN (12)
MENJAGA AGAMA ALLAH: RENUNGAN RAMADLAN (12)
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Saya sungguh mengapresiasi takmir Masjid Al Ihsan, Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya, atas inovasi barunya, yaitu menghadirkan penceramah perempuan dalam acara taushiyah Ramadlan, malam ke 13 pada Bulan Ramadlan 1444 Hijriyah. Selama ini yang mesti memberikan ceramah agama menjelang Shalat Tarawih selalu lelaki, bahkan rasanya di seluruh masjid di Jawa Timur, baik masjid perkotaan maupun pedesaan.
Kali ini yang memberi ceramah agama adalah mahasiswi Program Pascasarjana Ilmu Tafsir dan Hadits, UIN Sunan Ampel Surabaya, Ustadzah Luluk Ita Nur Rasidah, SAg. Bagi Masjid Al Ihsan, memberikan peluang perempuan untuk ceramah pada acara tarawih berjamaah juga yang pertama. Tetapi alhamdulillah bahwa sambutan peserta shalat tarawih juga sangat memadai terbukti dengan beberapa celetukan, misalnya “wah kurang panjang ceramahnya”. Artinya, bahwa jamaah menikmatinya.
Ceramah Ustadzah Luluk memang memberikan penjelasan yang runtut. Dimulai dengan membacakan Surat Muhammad ayat 7, yang berbunyi: “Ya ayyuhal ladzina amanu in tansharullaha yanshurkum wa yutsabbit aqdamakum”. Yang artinya: “Wahai orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. Dari ayat ini kemudian mengalir ceramah Ustadzah Luluk dalam beberapa pokok pikiran.
Pertama, menolong (agama) Allah artinya adalah kita melaksanakan semua perintah Allah dengan mematuhi perintahnya. Menolong Allah itu tidak dimaksudkan bahwa Allah perlu ditolong, akan tetapi menolong agama Allah itu maksudnya adalah dengan mengamalkan semua ajaran agama. Jika kita melaksanakan agama Allah itu artinya kita menolong agama Allah. Kita harus mencintai Allah dan kemudian juga mencintai Nabi Muhammad SAW. “alangkah senangnya jika dicintai Allah dan dicintai Nabi Muhammad SAW”. Salah satu cara agar dicintai Rasulullah adalah dengan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sedangkan agar kita dicintai Allah, maka kita harus melaksanakan semua ajaran Allah yang diwajibkan termasuk melaksanakan puasa pada hari ini.
Kedua, di dalam bulan puasa ini kita dapat melaksanakan amalan yang wajib maupun yang sunnah. Kita bisa tadarrus Al Qur’an, bisa shalat tarawih, bisa membaca dzikir dan bisa mengeluarkan shadaqah. Semua ini kenikmatan yang diberikan Allah kepada kita semua. Oleh karena itu kita harus bersyukur atas nikmat Allah karena kita dapat menolong agama Allah dengan cara menjalankan ajaran-ajaran Allah SWT. Kita bisa tarawih pada malam hari ini. Silahkan mau tarawih delapan rakaat atau 20 rakaat silahkan. Yang penting kita menjalankan qiyamul lail. Karena melaksanakan qiyamul lail termasuk sunnahnya Rasulullah. Di dalam hadits dinyatakan: “man qama ramadlona imanan wahtisaban ghufiro lahu ma taqaddama min dzanbih”. Barang siapa yang menjalankan ibadah malam, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa kita.
Ketiga, perlu memperbanyak amalan ibadah. Jamaah Masjid Al Ihsan ini, maju atau mundur. Kalau maju berarti semakin berkurang, tetapi kalau mundur berarti makin banyak. Tapi rasanya semakin maju. Tetapi yang jelas kita harus bersyukur sebab kita ini bisa tergolong orang yang masih menjalankan ibadah, baik yang wajib maupun yang sunnah. Hanya dengan menjalankan amalan-amalan ibadah saja maka kita dapat menolong agama Allah swt.
Saya memberikan komentar sedikit di dalam tulisan ini terkait dengan konsep menolong agama Allah. Melalui ayat ini, maka bisa memberikan kesan bahwa Allah itu perlu ditolong atau Allah itu perlu dibela. Ayat ini berdasarkan atas teksnya memberikan kesan bahwa Allah itu memerlukan pertolongan manusia. Manusia bisa memberikan pertolongan kepada Allah SWT. Lalu ada pemahaman tentang pertolongan macam apa yang harus dilakukan, misalnya adalah memberantas kemaksiatan atau melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Itulah sebabnya Front Pembela Islam (FPI) di masa lalu melakukan sweeping atas warung-warung terutama saat puasa di siang hari dengan dalih melakukan nahi mungkar. Bahkan juga melakukan sweeping ke tempat-tempat diskotik dan sebagainya. Tindakan seperti ini disebut sebagai membela Allah atau membela agama Allah.
Pemikiran dan prilaku ini menghasilkan anti tesis, bahwa Allah tidak perlu dibela atau ditolong. Yang justru perlu ditolong adalah manusia. Manusialah yang memerlukan pertolongan, sedangkan Tuhan sebagai Dzat yang Maha Kuasa tentu tidak memerlukan bantuan siapapun. Menolong Allah atau membela Allah seharusnya dilakukan dengan membela manusia. Mengentas manusia dari kemiskinan, menghilangkan ketidakadilan, menolong manusia dari keterbelakangan dan seterusnya.
Kala masyarakat Indonesia masih miskin, maka yang diperlukan adalah bagaimana mengentas kemiskinan dan memberikan jalan untuk mencapai kesejahteraan. Jika masih terdapat ketidakadilan, maka seharusnya yang dilakukan adalah memberikan peluang agar keadilan bisa dicapai. Misalnya upaya untuk mengurangi kesenjangan ekonomi sehingga akan terdapat peluang pemerataan. Memang tidak mudah melakukannya akan tetapi tentu harus ada upaya untuk melakukannya.
Upaya melakukan sweeping terhadap warung-warung memang bagian dari upaya untuk menegakkan syariat puasa di siang hari. Akan tetapi tentu juga harus dipikirkan tentang bagaimana kehidupan ekonominya. Harus juga dipahami sebagai negara dengan pluralitas agama tentu juga ada sebagian kecil yang tidak melakukan puasa. Bagi kita yang terpenting supaya tetap menjaga agar tetap terdapat kesopanan dalam menghadapi bulan puasa.
Dengan demikian amar makruf memang diwajibkan oleh Islam, akan tetapi penerapannya tentu sangat kontekstual sesuai dengan lokus di mana Islam itu dijadikan sebagai agama dan pedoman untuk bertingkah laku.
Wallahu a’lam bi al shawab.