PUASA ITU RASIONAL: RENUNGAN RAMADLAN (11)
PUASA ITU RASIONAL: RENUNGAN RAMADLAN (11)
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Selama ini kita memaknai puasa tentu hanya dari ajaran Islam yang berupa kewajiban saja. Kita tidak pernah berpikir, apakah puasa itu masuk akal atau tidak. Bisa dinalar atau tidak. Bisa dikaji atau tidak, dan seterusnya. Yang penting perintah untuk menjalankan puasa adalah perintah yang mewajibkan kita untuk melakukannya, dan yang penting kita harus berpuasa sesuai dengan ajaran agama, dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya mata hari.
Kita tidak pernah bertanya tentang apakah ada rahasia Allah SWT atas mengapa manusia dimintanya untuk berpuasa. Saya kira kebanyakan umat Islam juga sama seperti saya dalam melakukan puasa. Kita Imani dan kita lakukan. Bahkan sebagaimana yang sering saya ungkapkan bahwa di dalam mengimani ajaran agama prototipenya adalah Sayydinna Abu Bakar Ash Shiddiq. Orang yang mengimani ajaran agama tanpa berkata tidak, dhahiran wa bathinan.
Sebagai orang yang berkembang dengan memanjakan rasio, maka seringkali kita bertanya-tanya tentang ajaran agama, tentu ajaran agama yang tidak bercorak kegaiban. Sebab yang bertipe kegaiban tentu kita harus percaya saja tanpa pertanyaan, misalnya kegaiban Allah SWT, keberadaan Malaikat, akherat, alam kubur, surga dan neraka, dan keberadaan makhluk Allah yang tidak bisa dilihat oleh orang biasa. Kita harus percaya, dhahiran wa bathinan.
Tetapi tentang kegaiban itu ada yang mutlak tidak bisa dipikir dan dilihat, baik secara dhahiriyah atau bathiniyah, misalnya Allah SWT itu mutlak tidak bisa dinalar karena ketidakmungkinan untuk dilihat, alam akherat, surga dan neraka dan beberapa hal lainnya. Tetapi malaikat bisa dilihat kehadirannya pada zaman Nabi Muhammad SAW oleh para sahabat Nabi. Misalnya kala Jibril mengajari Nabi Muhammad SAW tentang rukun iman, rukun Islam dan ihsan, di mana Malaikat Jibril menyerupai orang yang sempurna fisiknya.
Termasuk yang bisa dilihat adalah alam Jin, yang untuk sementara orang kebanyakan tidak akan melihatnya, akan tetapi ada orang-orang khusus yang bisa melihatnya dan bahkan bergaul dengannya. Tentu ada syarat-syarat yang tidak lazim yang harus dilakukan agar bisa memasuki alam kegaiban ini. Ada banyak cerita orang yang dikaruniai untuk masuk dalam alam kegaiban karena usaha atau riyadhah yang dilakukannya. Jika gelombangnya sudah sama, maka dipastikan akan didapati kemampuan untuk merasakan kehadirannya atau kita hadir kepadanya.
Manusia diberikan kemampuan akal atau rational intelligent. Sebuah kemampuan untuk melakukan berbagai aktivitas yang terkait dengan hal-hal yang fisikal atau jasadiyah. Manusia bisa mengkaji tentang hal-hal yang masuk akal. Artinya, bahwa akal manusia bisa menemukan kebenaran, yang bagi Sebagian orang lain tidak bisa ditemukannya. Manusia diberi kemampuan untuk menemukan teknologi untuk bisa menyibak hal fisikal yang tidak bisa disibak dengan akal pada umumnya. Misalnya teknologi yang sederhana untuk mengecek gula darah, tekanan darah tinggi, kolesterol dan asam urat, dan sebagainya. Melalui teknologi ini, maka kita bisa mengetahui berapa kadar gula kita setelah memakan makanan yang manis-manis. Berapa tensi darah kita setelah kita memakan yang penuh dengan nasi dan lauk pauknya, berapa kadar kolesterol kita setelah makan lemak yang banyak. Jadi melalui kemampuan akal, manusia akhirnya dapat mengetahui hal-hal yang tidak bisa diketahui dengan akal umum saja. Diperlukan seperangkat teknologi untuk memahaminya.
Bagaimana dengan puasa? Adakah aspek atau dimensi rasionalitas di dalamnya. Selama ini kita berpuasa hanya sesuai dengan ketentuan. Dewasa, berakal, sehat fisik dan rohani, maka kita dapat melakukan puasa. Akan tetapi ternyata ada dimensi kesehatan yang sungguh rasional dari orang yang melakukan puasa. Puasa itu dapat menjadi instrument untuk membuat manusia menjadi sehat. Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa puasa dapat dijadikan sebagai sarana untuk sehat. Melalui puasa, maka ada sel-sel mati yang menumpuk dalam tubuh lalu dimakan di kala tubuh kita tidak terdapat asupan makanan. Jika di tubuh kita ada banyak lemak yang menggumpal, maka dengan puasa akan bisa dijadikan sebagai asupan makanan kala lapar. Makanya puasa dapat mengeliminasi kolesterol, asam aurat, diabetes dan juga tmenormalkan tensi darah. Bahkan dianjurkan dalam sepekan bisa melakukan puasa dua kali. Agar bisa menjaga keseimbangan tubuh.
Sekarang banyak orang yang berpuasa selama 16 jam atau 20 jam dengan tujuan agar terjadi keseimbangan di dalam mekanisme tubuh kita. Dengan tidak makan selama 20 atau 16 jam dan hanya minum air putih saja, maka akan terjadi keseimbangan tubuh sehingga kadar gula darah akan bisa turun, demikian pula kolesterol dan asam urat. Dengan kadar gula darah yang rendah di bawah 100, maka tubuh akan menjadi lebih sehat. Memang menjadi kurus tetapi itu lebih baik. Ada jenis puasa ketto atau puasa ala MOBI atau miracle breath of Indonesia. Yang kedua lebih ketat tata caranya. Sebab hanya boleh makan protein dan benar-benar non karbohidrat.
Oleh karena itu, jika di masa lalu puasa hanya dipahami sebagai perintah wajib, maka sekarang ternyata dapat membawa pelakunya untuk sehat. Di dalam hal ini, maka Sabda Nabi Muhammad SAW, shumu tasihhu bukan kata tanpa makna, akan tetapi telah dibuktikan kebenarannya. puasa itu rasional.
Wallahu a’lam bi al shawab.