ASRAMA MAHASISWA INDONESIA DI MESIR
Hal yang tidak bisa saya lupakan adalah kesempatan diterima oleh Dubes RI untuk Republik Arab Mesir, A.M. Fachri dan Atase Pendidikan Kedubes RI di Mesir, Prof. Dr. Sangidu, MHum serta beberapa staf Kedubes, Mukhlason dan lainnya. Pertemuan ini sangat penting terkait dengan pesan Menteri Agama, Surya Dharma Ali yang memang titip pesan secara khusus kepada Dubes RI untuk Mesir. Pesan tersebut memang harus disampaikan secara langsung mengingat pesan ini penting bagi hubungan RI dengan Republik Arab Mesir. Yaitu tentang pembangunan asrama mahasiswa Indonesia yang mengambil kuliah di Universitas Al Azhar.
Pertemuan ini memiliki makna penting terkait dengan upaya pemerintah Indonesia, khususnya Dubes RI untuk Mesir bahwa ke depan mahasiswa harus memiliki suatu asrama yang dijadikan sebagai home base bagi mahasiswa Indonesia, yang jumlahnya sebanyak 5000 orang. Mungkin tidak bisa semua mahasiswa akan bisa menetap di asrama ini, namun pemikiran kreatif dari Dubes RI di Mesir tentu harus dijadikan sebagai gagasan baru tentang rekasi Indonesia – Mesir.
Pada kesempatan itu. Dubes bercerita tentang pendidikan Mesir dan berbagai hal yang menarik untuk dikunjungi. Pak Fachri bercerita tentang hubungan Indonesia-Mesir yang sudah berjalan dalam kurun waktu yang sangat lama. Bahkan Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia di tahun 1945. kemudian juga relasi Indonesia dalam banyak hal. Tidak hanya relasi perdagangan, tetapi juga relasi tentang pendidikan. Dalam relasi perdagangan, ternyata dari tahun ke tahun juga semakin meningkat. Ekspor Indonesia ke Mesir juga selalu menguntungkan pemerintah Indonesia. dalam bidang pendidikan, maka kontribusi Mesir bagi bangsa Indonesia juga sangat besar. Ada sebanyak 5000 mahasiswa yang belajar di Mesir dengan biaya pendidikan dari lembaga pendidikan yang bersangkutan. Meskipun beasiswa tersebut kecil dibanding dengan beasiswa di negara-negara barat, akan tetapi setidak-tidaknya cukup menjadi bekal dalam kerangka mengembangkan SDM Indonesia yang lebih baik di masa depan.
Relasi Indonesia Mesir dalam banyak hal lebih menguntungkan Indonesia. makanya ke depan harus dirancang agar relasi tersebut terjadi secara seimbang. Di dalam hal ini, maka Dubes mengapresiasi keberanian IAIN Sunan Ampel dalam menjalin kerjasama yang menguntungkan kedua belah pihak. “Kita jangan selalu mengadahkan tangan ke Pemerintah Mesir, tetapi juga sekali-kali memberikan keuntungan kepadanya.” Demikian pesan Pak Fachri.
Kerjasama antara lembaga Pendidikan Tinggi (PT) Indonesia dengan PT di Mesir masih bisa dihitung dengan jari. Baru ada lima PT yang memiliki kerjasama tersebut, yaitu UIN Jakarta, UIN Jogyakarta, UNJ dan UGM dan UI. Jadi kalau IAIN Sunan Ampel membangun jaringan kerjasama dengan PT di Mesir maka berarti yang ketujuh. Hal ini menandakan bahwa kerjasama dengan PT di Mesir memang harus didorong lebih cepat. Di dalam kerjasama tersebut tentunya yang mendasar adalah pada peningkatan program akademik, baik yang terkait dengan peningkatan kualitas tenaga akademik maupun penguatan dan pemberdayan program akademik. Pak Fachri menyatakan bahwa UNJ sudah melakukan pengiriman dosen-dosennya di Canal Suez University untuk belajar bahasa Arab dan bahkan juga pengembangan Prodi Islamic Studies yang memperoleh lisensi dari Fakultas Darul Ulum, Cairo University dan Fakultas Dirasat Islamiyah di UIN Jakarta yang juga memperoleh pengakuan dari Al-Azhar University.
Pada tahun 2009, Pak Duber lalu memiliki sebuah gagasan tentang bagaimana membangun asrama mahasiswa di Mesir. Ketika gagasan ini disampaikan kepada Universitas Al-Azhar maka direspon sangat positif. Universitas al-Azhar menyediakan lahan untuk membangun asrama tersebut. hanya sayangnya bahwa ide ini belum dapat direalisasikan. Pak Fachri bahkan menyatakan bahwa beliau tidak akan datang lagi ke Universitas al-Azhar jika tidak membawa uang untuk membangun asrama mahasiswa Indonesia.
Inilah sebabnya maka Beliau sangat mengharap agar bangunan asrama itu segera bisa direalisasikan. Pak Fachri menyatakan: “Jika tidak, maka hal itu akan ditawarkan kepada pemerintah Malaysia. Itu berarti bahwa ide dan proposal itu kita yang punya tetapi orang lain yang memanfaatkan.” Pesan inilah yang kemudian saya sampaikan kepada Pak Menag, Surya Dharma Ali, bahwa dukungan Departemen Agama untuk mewujudkan gagasan tentang asrama mahasiswa Indonesia di Mesir sangat strategis dan penting.
Ada dua hal sekurang-kurangnya tentang alasan pembangunan asrama mahasiswa Indonesia itu. Pertama, sebagai tempat untuk home base bagi mahasiswa Indonesia, terutama yang kuliah di Universitas Al Azhar, sehingga mereka bisa konsentrasi secara penuh dalam mendalami ilmu-ilmu keislaman di Mesir. Kedua, melalui home base yang menyatu, maka akan dapat dilaksanakan pembinaan secara lebih intensif, baik yang terkait dengan keilmuannya, maupun keindonesiaannya. Pak Dubes, mengkhawatirkan bahwa mereka yang datang ke Mesir tidak bisa konsentrasi belajar, sehingga menimbulkan anga drop out yang tinggi dan selain itu juga bisa masuk ke dalam jaringan Islam garis keras yang tentu merugikan Indonesia. Menurutnya, bahwa gerakan Islam keras di indonesia bukan khas Indonesia, tetapi adalah cangkokan dari luar negeri dan kemudian dibawa ke Indonesia. Bahkan beliau meminta agar Departemen Agama menyiapkan pola pembinaan terstruktur dan sistematis bagi mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri, terutama yang di negara-negara Timur Tengah.
Saya sangat sependapat dengan apa yang dinyatakan oleh Pak Dubes, sebab kebanyakan kegiatan Islam garis keras memang berasal dari mereka yang pernah ”nyantri” di luar negeri. Oleh karena itu, saya berjanji di dalam hati bahwa dua hal (asrama mahasiswa Indonesia di Mesir dan pola pembinaan mahasiswa di Timur tengah) akan saya sampaikan langsung kepada Pak Menag sesampainya saya di Indonesia. Dua hal ini memang sangat strategis dalam rangka untuk menyiapkan SDM Indonesia ke depan. Mereka akan menjadi tumpuan bagi bangsa Indonesia.
Ketika saya di Mesir, maka mestilah saya bersyukur sebab banyak orang yang membantu saya dalam banyak hal. Pak Dubes, A.M. Fachri, Pak Prof. Sangidu, Pak Muhlason, Mas Cecep Taufiqurrahman, Mas Romli Syarkowi dan juga mahasiswa Mesir asal Jawa Timur. Mereka semua adalah orang yang banyak membantu saya ketia berurusan dengan dunia pendidikan di Mesir maupun acara lain-lain yang menarik.
Khusus kepada Mas Romli, yang senyumnya selalu saya ingat, dan juga cara bicara Arab amiyahnya yang luar biasa, tentu saya hanya dapat berdoa semoga Allah melapangkan jalan untuk menggapai cita-citanya. Saya berkeyakinan bahwa setiap pertolongan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, maka pastilah Allah akan membalasnya dengan kebaikan pula.
Wallahu a’lam bi al shawab.