• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

BERSHALAWATLAH MUMPUNG ADA WAKTU: RENUNGAN RAMADLAN (10)

 

BERSHALAWATLAH MUMPUNG ADA WAKTU: RENUNGAN RAMADLAN (10)

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Saya kemarin bertemu dengan kawan lama dari BNI. Saya nyatakan lama karena pertemanan saya  pada tahun 2010-2011. Kala saya ke Jakarta, maka tidak lagi kontak. Jadi lamanya tidak bertemu itu sekitar 11 tahun. Kurang lebih. Tiba-tiba beberapa hari yang lalu dia WA saya yang isinya  bertanya tentang kesehatan dan ingin silaturahmi. Untungnya nomor HP masih tersimpan sehingga saya langsung tahu dari mana WA tersebut datang. Benar akhirnya, bertiga mereka bertemu dengan saya di Ruang Guru Besar Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Ampel Surabaya. 31/03/2023.

Tentu saya langsung akrab karena di masa lalu,  relasi social saya dengan beberapa kawan di BNI tentu berlangsung sangat baik. Tidak ada yang khusus di dalam pertemuan ini. Memang hanya bersilaturahmi saja. Makanya, pembicaraan terkait dengan keluarga dan perkembangan pekerjaan di kantor masing-masing. Saya lalu ingat Pak Teddy, yang di masa lalu juga kawan BNI dan sekarang sedang berkarir di Jakarta. Saya kontak Beliau, dan seperti biasa dipastikan “cekakaan” atau tertawa lepas, sebagaimana waktu bertemu langsung atau copy darat. Dan pada saat telponan itu, di saat mau mengakhiri pembicaraan, maka tiba-tiba saya nyeletuk, “jangan lupa baca shalawat”. “Harus dibaca sungguhan ini, sebab shalawat itu yang menyambungkan kita dengan Rasulullah”. Setelah itu telepon saya tutup. Dan di luar perhitungan saya, kawan BNI itu menyatakan: “alhamdulillah Prof, sudah diingatkan untuk baca shalawat”. Lalu pembicaraan beralih tentang persoalan shalawat yang memang harus dibaca oleh umat Islam, kapan, di mana dan dengan cara apa. Bisa di rumah, bisa ditempat kerja dan bisa sendirian atau berjamaah. Yang penting baca shalawat.

Ada tiga catatan penting  untuk saya kemukakan di dalam artikel pendek ini, yaitu: pertama, dakwah yang artinya mengajak tidak harus dikemas dengan hingar bingar dan mewah. Akan tetapi dakwah atau mengajak orang bisa hanya dengan kalimat celetukan yang memberikan nuansa “mengingatkan”. Misalnya, “ayo baca shalawat sebanyak-banyaknya”. Dan hal ini bisa dilakukan dalam pertemuan informal bahkan sambil gurauan. Saya kira dakwah dengan cara tersebut  lebih mengena dibandingkan dengan dakwah yang bersifat hingar bingar dan penuh dengan asesori.

Memang tetap kita butuhkan dakwah melalui media social atau dakwah melalui tulisan dan media cetak bahkan dakwah bil mal, akan tetapi yang jelas bahwa dakwah seperti ini harus dirancang agar dakwah itu memberikan rasa kenyamanan, kesejukan dan kedamaian. Jangan sampai dakwah justru melukai hati dan perasaan dan bahkan mengarahkan kepada disharmoni social. Ungkapan yang mengingatkan akan sebuah perbuatan baik seperti cerita saya di atas akan sangat manjur di dalam upaya untuk fastabiqul khairat dan fadha’ilul ‘amal.

Kedua, shalawat adalah instrument untuk membangun relasi spiritual manusia dengan Nabi Muhammad SAW. Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW memiliki posisi penting di dalam ajaran Islam. Tidak hanya sekedar penghormatan dan ketawadluan kepada Rasulullah SAW tetapi merupakan  salah satu inti dari konsep keselamatan di dalam agama Islam. Semua agama mengabarkan tentang konsep keselamatan. Jalan yang harus ditempuh agar selamat di dalam kehidupan baik di dunia maupun di akherat.

Shalawat merupakan  pintu utama untuk memperoleh keselamatan di dunia dan akherat. Hal ini disebabkan peran Nabi Muhammad SAW yang sedemikian sentral dalam menyelamatkan umat Islam. Nabi Muhammad SAW merupakan satu-satunya manusia yang diberikan otoritas oleh Allah untuk memberikan syafaat. Kedudukan Nabi Muhammad sangat tinggi menurut Allah SWT, sehingga Allah dan Malaikat-Nya juga membaca shalawat dan doa keselamatan kepada Nabi Muhammad SAW. Begitulah Allah SWT menempatkan Nabi Akhiriz zaman itu di dalam konteks kehidupan manusia. Jika Allah SWT dan para Malaikat saja bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, maka manusia yang menghormati dan mencintainya tentu harus juga melakukan hal yang sama yaitu membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Ketiga, mumpung masih ada waktu, maka sudah sepantasnya jika kita mendawamkan bacaan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Jika tidak bisa yang panjang, yang sedang, jika yang sedangpun susah,  maka yang pendek. Jika bisa membaca Allahumma shalli ‘ala Sayiidina Muhammad wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad. Jika  yang panjang ini susah, maka dapat membaca Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad, jika kita tidak bisa membaca yang sedang, maka bisa membaca shallu ‘ala  Muhammad. Berapa jumlahnya sangat tergantung pada kemampuan, tetapi semakin banyak semakin baik. Bayangkan ada orang yang bisa membaca 1.000 kali shalawat, bahkan 10.000 kali shalawat dalam sehari. Dan kita bisa berapa?

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..