BERDOALAH UNTUK AMPUNAN ALLAH: RENUNGAN RAMADLAN (8)
BERDOALAH UNTUK AMPUNAN ALLAH: RENUNGAN RAMADLAN (8)
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Saya akan melanjutkan ceramah yang sudah disampaikan oleh Gus Khobir al hafidz beberapa saat yang lalu tentang apa persyaratan agar kita menjadi itqun minan nar atau tubuh kita tidak tersentuh oleh api neraka. Ada lima hal yang perlu diketahui, yaitu bersyahadat, beristighafar, bermohon ridlo, memperoleh surganya Allah dan dijauhkan dari api neraka.
Kalimat ini yang saya sampaikan dalam ceramah menjelang shalat Tarawih di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency E 8 Ketintang Surabaya. Shalat jamaah Isya’ dan tarawih ini diikuti oleh sejumlah lelaki dan perempuan, anak-anak dan orang dewasa. Mereka adalah jamaah tetap Masjid Al Ihsan dan orang-orang yang memakmurkan Masjid Al Ihsan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti acara-acara yang dilakukan di Masjid Al Ihsan.
Di dalam kesempatan ini, saya sampaikan tiga hal yaitu: pertama, bersyukur kepada Allah atas nikmat kesehatan lahir dan batin, sebab tanpa keduanya tentu kita tidak bisa hadir dalam acara ritual shalat berjamaah dan mendengarkan ceramah agama seperti malam ini. Suatu kenikmatan yang besar adalah kita dikaruniai kesehatan. Semoga kita terus sehat sampai akhir Ramadlan dan bertemu dengan Ramadlan tahun depan.
Kedua, betapa pentingnya syahadat. Kalimat syahadat adalah kalimat pengakuan dan persaksian bagi seorang muslim bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Asyhadu anla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Kita dinyatakan sebagai orang muslim karena kita bersaksi bahwa tidak ada Tuhan atau illah selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan-Nya, sebagai nabi dan rasul terakhir. la nabiyya ba’dahu. Kata kunci menjadi orang Islam adalah dengan pengakuan ini. Dhahir dan bathin kita meyakinya. Tashdiqu bil lisan wa tashdiqu bil qalbi. Ucapan yang keluar dari lesan kita meyakini Allah adalah satu-satunya Tuhan yang wajib disembah dan hati kita juga meyakininya seperti itu. Jangan sampai lisan kita menyatakan percaya tetapi batin kita mengingkarinya. Nu’udzu billahi min dzalik. Jauhkan kami ya Allah dari hal-hal tersebut.
Sebagai umat Muhammad SAW, maka setiap hari kita mesti membaca syahadat. Di dalam shalat maka sekali shalat kita akan membaca syahadat 2 kali. Jadi sehari semalam ada sebanyak 10 kali kita membaca syahadat. Jika kita shalat rawatib dan shalat sunnah lainnya, maka setiap hari kita akan membaca banyak persaksian tentang keesaan Allah, pernyataan bahwa satu-satu yang dapat disembah adalah Allah SWT. Subhanallah betapa kita menjadi orang yang beruntung karena telah menjadi umat Islam dan menyadari akan betapa pentingnya shalat sebab di dalamnya terdapat pengakuan lahir dan batin, pikiran dan perasaan bahwa kita hanyalah makhluk dan kewajiban makhluk adalah mempersaksikan akan keagungan, kebesaran dan kemulyaan Allah SWT sebagai Tuhan Rabbul izzati.
Kala hidup di dunia, sebagai alam ngelakoni janji, maka kita sesungguhnya diminta oleh Allah untuk beribadah. Kita diingatkan agar kita menepati janji kita kepada Allah pada masa alam roh, bahwa kita sudah menyatakan alastu birabbikum qalu bala syahidna, yang artinya: “apakah aku ini Tuhanmu, maka mereka menyatakan ya kami menyaksikannya”. Oleh karena itu berbahagialah orang yang di masa lalu, di alam roh, sudah berjanji kepada Allah dan di alam melaksanakan janji, alam dunia, bisa menepati janji. Alhamdulillan wa syukrillah.
Ketiga, kita sudah diajari oleh ulama kita sebuah doa yang merupakan ekspresi atas lima hal di atas. Doa itu adalah “asyhadu anla ilaha illahllah, astagfirullah. Nas aluka ridhaka wal Jannah, wa naudzubika min sakhawatika wan nar. Allahumma innaka ‘afuwwun karim tuhibbul afwa fa’fuanna ya karim”. Yang artinya: “kami bersaksi tiada Tuhan kecuali Allah. Ya Allah ampuni dosa, kekhilafan dan kesalahan kami, kami meminta ridla-Mu Ya Allah, kami meminta surga-Mu Ya Allah, dan jauhkan kami dari api neraka. Ya Allah Engkau adalah pemberi ampunan, wahai Yang Maha Mulya, Yang Maha Agung. Engkau Ya Allah menyukai orang yang memohon ampunan, wahai Yang Maha Mulya dan Agung”.
Sebuah doa yang indah. Sebuah doa yang jika direnungkan mengandung permohonan, mengandung sanjungan dan menunjukkan betapa manusia membutuhkan Allah SWT. Kitalah yang membutuhkan Allah dan bukan sebaliknya. Tetapi Allah mengajari kita agar kita selamat. Slamet ing donyo lan slamet ing akherat. Di dalam Islam disebut sebagai sa’idun fid daraini. Di dalam doa, bukan hanya di perkataan kita melantunkanya, akan tetapi juga batin kita bersepakat dan mengiyakannya. Perpaduan antara kalimat dalam ungkapan dhahir wa ungkapan di dalam qalbi sangat menentukan atas keberterimaan doa kita oleh Allah SWT.
Tetapi sebagai umat Islam apapun kita sudah beruntung. Mungkin doa kita baru sampai pada tahapan kalam fi dhahiriyah belum kalam fi bathiniyah akan tetapi Allah itu Maha Rahman dan Rahim, maka kita meyakini bahwa pada akhirnya Allah akan memberikan rahmatnya kepada kita agar kita dapat memasuki surga yang dijanjikannya. Ya Allah tetap turunkan rahmat-Mu di tengah ibadah kami yang belum kaffah agar kami bisa menjadi penghuni surga-Mu.
Wallahu a’lam bi al shawab.